Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ( PUSKESMAS )

2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi

pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan

keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam

melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis,

demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber

daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus

memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas

tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan

sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan

sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah

kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator

pembangunan kesehatan di kecamatan.2

2.1.2 Profil Puskesmas dan Posyandu

Puskesmas Bontang Barat yang terletak di Jl. Damai Rt.7

Kelurahan Kanaan Kecamatan Bontang Barat merupakan Puskesmas yang

resmi menjadi Puskesmas induk memiliki luas wilayah 118,72 km 2 dan

terdiri atas 3 kelurahan, yaitu kelurahan Kanaan, Gunung Telihan, dan

Belimbing.4

Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Bontang Barat terdiri

dari kelurahan Kanaan terdapat 2 posyandu, Gunung Telihan terdapat 10

posyandu, dan Belimbing terdapat 11 posyandu.4

No Kelurahan Nama Posyandu


Sejahtera I
1 Kanaan
Sejahtera IV
Taman Hati
Tulip
Jasmine
Sejahtera II
2 Gunung Telihan Sejahtera III
Sejahtera V
Bakung
Cendrawasih 1
Anggrek
Cendrawasih 2
Anggrek 2
Permata Bunda
Mawar
Mekar Sari
3 Belimbing Suka Makmur
Anyelir
Sakura
Kusuma
Sri Kandi
Harapan Bunda
Tabel 2.1 Posyandu Balita di Wilayah Puskesmas Bontang Barat 4

2.1.3 Jumlah Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Bontang Barat

Jumlah Balita
Nama
No Kelurahan Laki- Perempuan TOTAL
Posyandu
laki
Sejahtera I 32 40 72
1 Kanaan
Sejahtera IV 44 43 87
Taman Hati 47 44 91
Tulip 61 50 111
Jasmine 10 7 17
Gunung Sejahtera II 50 40 90
2 Sejahtera III 43 46 89
Telihan Sejahtera V 38 45 83
Bakung 39 31 70
Cendrawasih 1 46 49 95
Anggrek 1 61 63 124
Cendrawasih 2 15 18 33
Anggrek 2 32 26 58
Permata Bunda 7 16 23
Mawar 44 28 72
Mekar Sari 37 36 73
3 Belimbing Suka Makmur 17 21 38
Anyelir 35 36 71
Sakura 17 21 38
Kusuma 68 69 137
Sri Kandi 22 21 43
Harapan Bunda 35 23 58
TOTAL 1537

Tabel 2.2 Jumlah Balita di berbagai Posyandu Wilayah Puskesmas Bontang Barat 4

2.2 TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran fisik anak,

terutama tinggi (panjang) badan. Berat badan lebih erat kaitannya dengan

status gizi dan keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun dapat

digunakan sebagai data tambahan untuk menilai pertumbuhan anak.

Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena dapat berkaitan


dengan perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan fungsi-fungsi individu antara lain: kemampuan gerak kasar dan

halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi sosial,

kemandirian, intelegensia, bahkan perkembangan moral. 1,5

Gangguan tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik dan atau

karena faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar

tumbuh kembang anak. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi

kebutuhan dasar tumbuh kembang anak yaitu kebutuhan biopsikosial, terdiri

dari kebutuhan biomedis/’asuh’ (nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan,

pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan kebutuhan

psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, stimulasi

bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lain-lain) sejak masa konsepsi

sampai akhir remaja. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita

sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining

perkembangan yang sistematis agar lebih objektif. 1,3,5

2.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara

lain:1

1) Faktor dalam (internal)

a. Ras/etnik atau bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga.

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

c. Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama

kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin.

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada

laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki

akan lebih cepat.

e. Genetik.

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang

akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh

pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

2) Faktor luar (ekstemal).

a. Faktor Prenatal

i. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

ii. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti

club foot.

iii. Toksin/zat kimia


Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan

kelainan kongenital seperti palatoskisis.

iv. Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia

adrenal.

v. Radiasi

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin

seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota

gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.

vi. lnfeksi

lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,

Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan

pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainan

jantung kongenital.

vii. Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin

dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,

kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan

menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia

dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

viii. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

ix. Psikologi ibu


Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu

hamil dan lain-lain.

b. Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c. Faktor Pasca Persalinan

i. Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

ii. Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan

jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

iii. Lingkungan fisis dan kimia.

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup

yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

iv. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,

akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

v. Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.


vi. Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat

pertumbuhan anak.

vii. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

viii. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

ix. Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan.

2.2.2 Aspek-aspek perkembangan yang dipantau1

i. Gerak kasar atau motorik kasar

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti

duduk, berdiri, dan sebagainya.

ii. Gerak halus atau motorik halus

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan


oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti

mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

iii. Kemampuan bicara dan bahasa

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk

memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

mengikuti perintah dan sebagainya.

iv. Sosialisasi dan kemandirian

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak

(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain}, berpisah

dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya, dan sebagainya.

2.2.3 Periode Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan

dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh

kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa

kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:1,3

1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).

Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester

pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka

terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi,

merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan

toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap

ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan

gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.

2). Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa

neonatal dibagi menjadi 2 periode:

a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.

b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan

berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.

Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai

unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua

yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada

masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI

eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping

ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh

yang sesuai.

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak

terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat

besar.
3). Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta

fungsi ekskresi.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.

Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi

dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada

3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak

masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan

cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang

kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan- hubungan antar sel syaraf ini

akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan

belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.

Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat

dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral

serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga

setiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi

tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia

dikemudian hari.

4). Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi

perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya


ketrampilan dan proses berfikir.

Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya,

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar

rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak

mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar

waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-

taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan

fasilitas permainan untuk anak.

Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain

yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak

taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk

menunjang kebutuhan anak.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan

sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap

sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses

belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.

Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan

perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila anak

mengalami kelainan atau gangguan.

2.3 DEFINISI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH

KEMBANG ANAK

Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara


komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan

mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada

balita, yang disebut juga anak usia dini. Sedangkan intervensi yang dimaksud

adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan

tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya

perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan

yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai

dengan umumya. 3,5

2.4 FUNGSI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk

mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga

upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan

dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa

kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan

umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh

kembang yang optimal.5

2.5 JENIS KEGIATAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang

yang dapat dikerjakan, yaitu: 1,3

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui

status gizi anak, serta lingkar kepala.


b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui

terdapat penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya

dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk

mengetatahui adanya masalah mental emosional, autisme dan

gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dasar, jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai

berikut:1

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan


Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Anak Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMM CHAT* GPPH*
E
0 ✔ ✔
bulan
3 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
6 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
9 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
12 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
15 ✔ ✔
bulan
18 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
21 ✔ ✔ ✔
bulan
24 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
30 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
36 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
42 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
48 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
54 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
60 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
66 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
72 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddlers
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Tanda * : Tes dilakukan atas indikasi

Tabel 2.3 Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak1

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,


Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 40

2.5.1 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan

alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1


Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan
 Keluarga  Orang tua  Buku KIA
 Masyarakat  Kader kesehatan, BKB,
TPA
 Petugas Pusat PAUD  KPSP
terlatih  TDL
 Guru TK terlatih  TDD
 Puskesmas  Dokter  KPSP
 Bidan  TDL
 Perawat  TDD

Keterangan:
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
TK : Taman Kanak-Kanak
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar

Tabel 2.4 Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan1

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,


Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 41

2.5.2 Skrining Perkembangan

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,

sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai

risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992)

menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan


anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining

perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan risiko

rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh

orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang

dilanjutkan dengan skrining. 1,3

A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP )

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver

Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang

terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT,

mata dan lain-lain pada tahun 1986. Tujuan skrining / pemeriksaan

perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. 1,5

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15,

18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai

umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang

terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta

datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang

dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan

umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP

untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.5

o Alat / instrument yang digunakan adalah : 5

 Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan


perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72

bulan.

 Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,

kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang

tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

o Cara menggunakan KPSP : 1

 Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak

lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur

bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.

 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur

anak.

 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab

oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”

 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan

tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,

tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke

posisi duduk.”

 Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh

karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan

kepadanya.

 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut


pada formulir.

  Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab

pertanyaan.

  Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

o Interpretasi hasil KPSP : 1

 Hitunglah berapa jawaban Ya.

- Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau

pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

- Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum

pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak

tahu.

  Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S)

 Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

 Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

 Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis

keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).

Gambar 2.1 Algoritme Interpretasi KPSP (Kuesioner Pra Skrining


Perkembangan)1
B. Tes Daya Dengar ( TDD )

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan

pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan

kemampuan daya dengar dan bicara anak. 1,5

C. Tes Daya Lihat ( TDL )

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan

daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan

untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. 1,5

2.5.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya

masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. 1

Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk

menemukan secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Bila penyimpangan mental emosional


terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga

kesehatan. 1,3,5

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah

mental emosional pada anak pra sekolah.

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18

bulan sampai 36 bulan.

2.6 INTERVENSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk

mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan

perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan

intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah

sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun. Tindakan

intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang

dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan

evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. 1,5

2.7 RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN ANAK

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak

dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan

penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai


berikut :1,5

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)

dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan

jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan

pemantauan tumbuh kembang buku KIA

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk

Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang sesuai standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan

tersebut memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim

medis di Puskesmas.

3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas

maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas

klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta

laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi

sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh

kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan

jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan

psikolog. 1,3,5
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Perkembangan
n
da
ga IA
ar K
lu k u
ke bu
di an n
ng k a ga
ba n an a n
m gu pa
ke ng ng a g im
h e ba ten
bu m em ( ny
m an rk as pe
tu n g p e tu g h ) a
n
ua t d
e
an pe lati Ad
ta ka ng at ter ar
an ra pa ngk dik as s sa ian
m ya k k alu a dir
Pe as yim i ti di ra h ah an
m en P d en ge rak n b m
ip S ,p an ge da ke
in KP an gu an ra an
i d n at n g g u ic a i d
ks ka h Ga ang n b lisas
te na ese
De ggu k G gua sia
e ng s o an
m ng
Ga uan pa
g im
ng ny an
Ga Pe ng
ni ba
Di
si kem
en r
rv Pe
te
In

Balita di Puskesmas Bontang Barat


da an
k a ng
da pa
Ti im
ny
pe

Anda mungkin juga menyukai