PERLENGKETAN
BAB I
LAPORAN KASUS
Keterangan Umum
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Anamnesa:
dirasakan sejak 12 jam yang lalu dan dirasakan hilang timbul. Mulas-mulas
dirasakan semakin sering dan semakin kuat hingga saat ini. Mulas dirasakan
Selain mulas, terdapat keluhan keluar darah dan lendir dari jalan lahir. Saat ini
spontan pada tahun 1994 dan anak ke-2 dilakukan spontan pada tahun 2004.
ke bidan sebanyak 8 kali dan ke dokter spesialis obgyn 2 kali Tidak terdapat
penyakit selama kehamilan sekarang. Pasien mengaku sulit buang air kecil, tidak
disertai nyeri. Riwayat BAB 1-2x sehari, normal. Nafsu makan pasien baik,
pasien makan 3x/hari. Tidak terdapat riwayat penyakit darah tinggi, kencing
manis, astma dan alergi obat pada pasien dan keluarga. Pasien hanya
Riwayat Menstruasi : Menarche saat usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, lama
5-7 hari
HPHT : 17-Juli-2016
TP : 24-April-2017
UK : 39-40 minggu
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.6 0C
BB sebelum hamil : 56 Kg
BB sesudah hamil : 70 Kg
TB : 155 Cm
Kepala
Thorax
TFU : 38 cm
Leopold I : Bokong
Leopold II : Puka
DJJ : 144x/menit
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema ekstremitas inferior -/-
Diagnosa Masuk
sungsang
Perjalanan Persalinan
21 April 2017
21.00 Telah lahir bayi laki-laki (BB: 3846gr, PB: 52cm, AS: 6-8, Lk/Ld: 36/34)
sungsang+oligohiramnion
Laporan Operasi
perdarahan dirawat
secara tumpul
11. Plasenta dikeluarkan secara manual, lengkap bersama kotiledon dan selaput
ketuban
12. Cavum uteri dieksplorasi dengan kasa steril terbuka yang dililitkan pada digiti
2 dan 3 OP
13. SBR dijahit secara jelujur 2 lapis dengan benang surgeon I, end to end
17. Dengan cara yang sama, dilakukan kontap pada tuba sinistra
Diagnosis Pre-Operasi
G3P2A0 + gravidarum 39-40 minggu janin hidup tunggal +oligohiramnion+letak
sungsang
Oligohiramnion+letak sungsang
Prognosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oligohidramnion
2.1.1 Definisi
Definisi oligohidramnion yang digunakan beragam karena tidak ada titik
potong yang ideal sewaktu dilakukan pengukuran. Oligohidramnion mempunyai
karakteristik seperti di bawah ini:
Berkurangnya volume cairan amnion
Volume cairan amnion < 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu
Single deepest pocket (SDP) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile dari umur
kehamilan
Tidak ditemukan kantong yang bebas dari tali pusat pada pengukuran
minimal 1 cm pada pengukuran SDP
Volume cairan amnion bergantung pada usia kehamilan, karena itu , definisi yang
paling baik adalah Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile.
2.1.2 Epidemiologi
Insiden sekitar 3,9 % dari seluruh kehamilan, namun estimasi sekitar 12 %
dari kehamilan usia 40 minggu atau lebih.
2.1.5 Penatalaksanaan
Oligohidramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan penanganan aktif
dengan cara induksi persalinan atau penanganan ekspektatif dengan cara hidrasi
dan pemantauan janin, dan atau USG reguler untuk menilai volume cairan
amnion. Ketika kedua pilihan tersedia, penanganan aktif adalah pendekatan yang
umum dilakukan pada wanita hamil aterm dengan atau tanpa faktor resiko pada
ibu atau fetus. Induksi persalinan pada wanita resiko rendah dengan
oligohidramnion paling umum dilakukan, meskipun tidak ditemukan perbaikan
pada keluaran neonatal. Conway dkk mengacak 61 wanita dengan
oligohidramnion hamil aterm diinduksi atau ekspektatif menemukan tidak ada
perbedaan pada keluaran maternal dan neonatal. Mereka menyimpulkan bahwa
penanganan ekspektatif dengan pemantauan fetus 2 kali seminggu adalah
alternatif yang sensibel terhadap induksi persalianan, dan kebanyakan (67%)
wanita akan masuk persalinan spontan dalam 3 hari sesudah diagnosis. Meskipun
kekuatannya kecil dan insufisien, penelitian ini menyarankan bahwa
oligohidramnion tidak memperlihatkan hubungan dengan keluran tambahan, tapi
menyebabkan intoleransi persalinan pada fetal, yang menghasilkan angka SC
yang lebih tinggi. Penanganan ekspektatif mempunyai keluaran neonatal yang
sama baik, pendekatan itu belum digunakan secara luas.
Amnioinfusion merupakan suatu prosedur melakukan infus larutan NaCl
fisiologis atau ringer laktat ke dalam kavum uteri untuk menambah volume cairan
amnion. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
berkurangnya volume cairan amnion, seperti deselerasi variabel berat dan
sindroma aspirasi mekonium dalam persalinan. Tindakan amnioinfusion cukup
efektif, aman, mudah dikerjakan, dan biayanya murah. Pada tahun 1976, Gabbe
dkk pertama kali melaporkan tindakan amnio infusion pada kera rhesus yang
hamil. Dalam percobaannya, janin kera memperlihatkan gambaran deselerasi
variabel menyusul pengeluaran cairan amnion dari kavum uteri; dan gambaran
deselerasi variabel menghilang setelah kavum uteri diisi kembali dengan cairan.
Penelitian pada manusia baru dilaporkan pada tahun 1983 oleh Miyazaki dan
Taylor, yang menyatakan bahwa tindakan amnioinfusion dapat menghilangkan
gambaran deselerasi variabel yang timbul akibat oligohidramnion.
Amnioinfusion dapat dilakukan dengan cara transabdominal atau transservikal
(transvaginal). Pada cara transabdominal, amnioinfusion dilakukan dengan
ultrasonografi (USG). Cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dimasukkan
melalui jarum spinal yang ditusukkan ke dalam kantung amnion dengan tuntunan
ultrasonografi. Pada cara transservikal, cairan dimasukkan melalui kateter yang
dipasang ke dalam kavum uteri melalui serviks uteri. Selama tindakan
amnioinfusion, denyut jantung janin dimonitor terus dengan alat kardiotokografi
(KTG) untuk melihat perubahan pada denyut jantung janin. Mula-mula
dimasukkan 250 ml bolus cairan NaCI atau ringer laktat selama 20-30 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan infus 10-20 ml/jam sebanyak 600 ml. Jumlah
tetesan infus disesuaikan dengan perubahan pada gambaran KTG. Apabila
deselerasi variabel menghilang, infus dilanjutkan sampai 250 ml, kemudian
tindakan dihentikan, kecuali bila deselerasi variabel timbul kembali. Jumlah
maksimal cairan yang dimasukkan adalah 800-1000 ml. Apabila setelah 800-
1000 ml cairan yang dimasukkan tidak menghilangkan deselerasi variabel, maka
tindakan dianggap gagal.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk tindakan amnioinfusion, antara lain:
amnionitis, hidramnion, uterus hipertonik, kehamilan kembar, kelainan kongenital
janin, kelainan uterus, gawat janin yang berat, malpresentasi janin, pH darah janin
7, plasenta previa atau solusio plasenta. Meskipun amnioinfusion cukup mudah
dan aman dilakukan, beberapa komplikasi mungkin terjadi selama tindakan,
antara lain: prolapsus tali pusat, ruptura pada jaringan parut bekas seksio sesarea,
hidramnion iatrogenik, emboli cairan amnion, febris intrapartum.
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di
bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong
janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di
bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya
air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila
masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong
yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-
jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan antara bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke
dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong (Prawirohardjo, 2008, pp.609-611).
2.2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong
dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang
peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit. Kadang-
kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk
uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus (Prawirohardjo, 2008, p.611).
(2) Saat bokong membuka vulva, dilak ukan episiotomi.Seger a setelah b kong
(3) Pada waktu tali pusat l ahir dan tampak teregang, seger a kendorkan tali
pusat tersebut.
(5) De ngan gera kan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pu sar, perut, bahu
b) Manual aid
Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong Pada persalinan dengan cara manual aid ada 3
tahapan yaitu : tahap pertama lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan
dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan lengan yang memakai
tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, lovset; tahap ketiga lahirnya kepala
dengan memakai cara mauriceau dan forceps piper.
Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara
klasik :
(1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
(2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap
muka janin.
(3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat
dilahirkan.
.
Gambar 2.2 Pengeluaran lengan secara klasik
(Prawirohardjo, 2008, p.618)
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara
mueller :
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam
ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
(2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.
c) Ekstraksi sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi
sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri
persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat
janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.
Cara ekstraksi kaki :
(1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada
pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk
menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin
sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan
oleh tangan operator yang lain.
(2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan
dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis.
Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan
dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha.
B. Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam,
maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan
seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting
dalam menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio sesarea direkomendasikan
pada presentasi kaki ganda dan panggul sempit (Prawirohardjo, 2008, p.622).
Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat
persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada
indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12 jam, fetal
distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan
seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26 minggu
dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin tinggi,
hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin besar)
(Cunningham, 2005, p.568).