Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN PARTUS TAK MAJU

Oleh :

ZELSA PUSPITASARI
(30902000234)

RSUD DR. H. SOEWONDO KENDAL

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021/2022
A. Pengertian Partus Tak Maju

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008).

Proses persalinan tidak selamanya berjalan dengan normal terkadang ada keadaan

dimana suatu persalinan yang awalnya diperkirakan normal tetapi pada saat prosesnya terjadi

penyulit atau komplikasi. Komplikasi ini dapat berupa distosia persalinan, dan dalam distosia

persalinan ini terdapat beberapa jenis diantaranya partus tak maju. Partus tak maju adalah His

yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan

lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2009).

Partus tak maju adalah persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan servik

dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju adalah

persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada persalinan spontan/ dengan induksi

dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus janin tidak terjadi atau berlangsung tidak

normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG, 2009).

Partus tak maju rata-rata di dunia dapat menyebabkan kematian ibu sebesar 8% dan di

negara Indonesia sendiri sebesar 9% kematian pada ibu disebabkan oleh kejadian partus tak

maju. Partus tak maju merupakan salah satu penyebab kematian ibu karena partus tak maju

akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga saat ibu mengedan, dehidrasi pada ibu, dan

dapat juga menyebabkan perdarahan post partum yang sangat membahayakan keselamatan

ibu (Fatoni, 2011). Kejadian partus tak maju merupakan proses persalinan yang mana
berlangsung lebih dari 24 jam pada ibu dengan kehamilan primi, dan lebih dari 18 jam pada

ibu dengan kehamilan multi. Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus yang macet

dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi,

kelelahan, serta, asfiksia dan kematian dalam kandungan (Purwaningsih, 2010).

B. Etiologi

Sebab-sebab terjadinya partus tak maju ini sangat kompleks dan tergantung pada

pengawasan saat hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya

(Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Adapun etiologi partus tak maju sebagai berikut :

1. Kelainan letak janin dan presentasi

a. Kelainan letak janin meliputi:

1) Letak sungsang (letak bokong)

a) Letak bokong sempurna (complete breech)

b) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)

c) Letak bokong murni (frank breech)

d) Letak bokong kaki (footling breech)

2) Letak lintang (transverse lie)

Pada pemeriksaan palpasi sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba

bagian besar (kepala/bokong) pada simfisis, kepala biasanya teraba di daerah

pinggang.

3) Letak miring (Oblique lie)

a) Letak kepala mengolak

b) Letak bokong mengolak


b. Kelainan presentasi meliputi:

1) Presentasi dahi Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin berada di

tengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi

merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan

kepala dengan panggul,saat persalinan kepala janin tidak dapat turun sehingga

persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilakukan

persalinan normal kecuali bayi kecil atau pelvis luas.

2) Presentasi bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung dari satu sisi

ke sisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah pada pintu atas

panggul menjelang persalinan.presentasi bahu disebabkan paritas tinggi

dengan dinding abdomen dan uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

3) Presentasi muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.

2. Kelainan jalan lahir

Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan

sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-

ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:

a) Distosia karena kelainan panggul

Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang

dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis

(kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll).


Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul

dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;

1) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika

ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari

12 cm.

2) Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau

persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh

ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang

menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina

dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena

tertahan pada pintu atas panggul.

3) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah

diameter sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ).

4) Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis

posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse

arrest)

5) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum  8 cm

dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (normalnya 11

cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran

janin ukuran biasa.

6) Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur

tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan

dismorfik, pelvik kifosis


b) Distosia karena kelainan jalan lahir lunak

Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak

(kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks

uteri, dan uterus:

1) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)

2) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur

anuler)

3) abnormalitas serviks (odema,atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)

4) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)

5) Tumor ovarium

c) Kelainan his dan meneran

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada

jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi

dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah

satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh

korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian

mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his

dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya,

lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum. Adapun

jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:

1) Inersia uteri

His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu

daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi

berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas

janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah
belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri

sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama

(hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder

jarang ditemukan

2) His yang terlalu kuat

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam

waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam

disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,

kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus

bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan

perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak

karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

3) Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi

Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah

dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara

kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus

otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus

dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky

uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis.

Sedangkan untuk Kelainan Meneran Terkadang pada persalinan kala I fase aktif

terdapat usaha-usaha ibu untk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus

hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya odema pada genetalia sehingga partus

tak maju dapat terjadi.


d) Pimpinan partus yang salah

Pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu

penyebab terjadinya partus tak maju. Seringkali penyebab partus tak maju ini

adalah berhubungan dengan pengawasan pada pelaksanaan pertolonganpersalinan

yang tidak adekuat yang bisa disebabkan ketidaktahuan, ketidaksabaran, atau bisa

juga karena keterlambatan merujuk.

e) Janin besar/ ada kelainan congenital Hal ini biasanya sering terjadi berat janin

lebih dari 4.000 gram, hidrosefalus,bahu yang lebar, dan janin kembar.

f) Respon psikologis ibu terhadap persalinan

g) Ketuban pecah dini

C. Patofisiologi

Partus tak maju merupakan penyulit persalinan dalam kala I, hal ini terjadi di

karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin, dimana dari faktor ibu adanya

penyempitan pintu tengah panggul yang berbentuk android, tidak adanya penurunan kepala

serta putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul dan janin, kontraksi

uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan pembukaan.Dari faktor janin yang

ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti Posisi Oksipitalis Posterior Persisten atau

ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi serta berat janin yang melebihi dari

normal >4250 – 4500 (Oxorn dan Forte, 2010)

D. Manifestasi Klinik

Pada kasus persalinan tak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan

mental yang dapat diobservasi dengan:

1. Dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)


2. Demam

3. Nyeri abdomen yang intensif

4. Frekuensi nyeri terkadang meningkat dan tidak terkoordinasi

5. Syok (nadi cepat, anuria, ekstremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah)

E. Komplikasi

a. Komplikasi Partus tak maju menurut Prawirohardjo (2008) yaitu:

1) Infeksi Intrapartum

2) Ruptura Uteri

3) Cincin Retraksi Patologis

4) Pembentukan Fistula

5) Cedera Otot-otot Dasar Panggul

6) Efek pada Janin

7) Kaput Suksedaneum

8) Molase Kepala Janin

F. Penatalaksanaan

1. Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera

lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan

SC.

2. Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-200 mg secara intramuskuller,

penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan fisiologis, larutan glucose 5-10%

pada jam pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diobservasi kecuali bila

menghabiskan untuk segera bertindak


3. Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi

forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan

lain-lain.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah laboratorium (Hb, Albumin, Reduksi),

Ultrasonografi (USG), dan catatan terbaru sebelumnya. Tahap ini merupakan langkah yang

menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi

akan menentukan, oleh karena itu proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif

objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien

sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai