Disusun Oleh:
Cahya Hermana Fahrezi
B100190017
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang terdiri dari
wilayah-wilayah (daerah) provinsi dan kabupaten/kota. Kabupaten/kota terdiri dari
beberapa kecamatan dan dalam satu kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan dan desa.
Desa memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sistem pemerintahan Indonesia
mengingat bahwa desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang memiliki peranan
fundamental bagi negara. Pengertian desa sangat beragam, artinya sangat tergantung dari
sudut mana melihat desa. Perspektif geografi misalnya, desa dimaknai sebagai tempat
atau daerah, dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dan mereka dapat
menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkan kehidupannya. Dijelaskan desa bercirikan bahasa ibu yang kental,
tingkat pendidikan yang relatif rendah, pencaharian umumnya dari sektor pertanian.
Bahkan terdapat kesan bahwa pemahaman umum memandang desa sebagai tempat
bermukim para petani. Akan tetapi saat ini pandangan tentang desa mulai berubah seiring
perkembangan tata pemerintahan.
Desa mempunyai otonomi yang disebut dengan otonomi desa dan perlu
ditegaskan bahwa otonomi desa bukan diberikan oleh negara tetapi otonomi desa berasal
dari desa itu sendiri. Hal tersebut didasarkan pada sejarah ketatanegaraan Republik
Indonesia dimana desa jauh lebih dulu terbentuk dari pada Negara Republik Indonesia.
Akan tetapi hukum positif Indonesia juga mengatur tentang desa, diantaranya Undang-
Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa menekankan bahwa negara yang memberikan
otonomi kepada desa. Dengan disahkannya UU Desa maka diprediksikan desa akan
memasuki babak baru untuk penataan dan pembangunan wilayahnya (Yansen, 2014),
yang datang membawa harapan-harapan baru bagi kehidupan kemasyarakatan dan
pemerintahan yang ada di desa.
Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai
peranan yang sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan
publik. Maka desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana-prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan yaitu Alokasi Dana Desa (ADD) untuk menunjang segal sektor di masyarakat.
Untuk membangun basis yang kuat bagi demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan,
dan pemerataan pembangunan sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal
yang berbeda-beda, pemerintah bersama lembaga legislatif mengesahkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Unsur penting dalam kedua undang-undang ini adalah bahwa penguasa daerah
(gubernur, bupati, walikota) harus lebih bertanggungjawab kepada rakyat di daerah.
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya
untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat
untuk membuat kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat, serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Nyata
artinya, melaksanakan apa yang menjadi urusannya berdasarkan kewenangan yang
diberikan dan karakteristik dari suatu wilayah sedangkan bertanggung jawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus sejalan dengan maksud dan tujuan
pemberian otonomi yaitu memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemberian ADD merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka
penyelenggaraan otonomi desa. ADD bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten diluar Dana Alokasi Khusus (DAK)
setelah dikurangi belanja pegawai. Sasaran ADD adalah seluruh desa yang ada dalam
wilayah kabupaten setempat. Penggunaan ADD 30% untuk mendukung penyelanggaraan
pemerintahan desa dan penguatan peran kelembagaan masyarakat desa, sedangkan 70%
untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat desa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian alokasi anggaran dana desa ?
2. Bagaimana penetapan alokasi anggaran dana desa?
3. Bagaimana penggunaan alokasi anggaran dana desa?
4. Bagaimana pengelolaan alokasi anggaran dana desa?
Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 72 ayat (2),
Pembagian Alokasi Dana Desa menggunakan dasar asas adil dan merata, yaitu :
a) Asas merata merupakan nilai Alokasi Dana Desa yang dibagikan pada tiap Desa
memiliki nilai yang sama untuk setiap desa yang disebut dengan Alokasi Dana Desa
minimal
b) Asas adil merupakan nilai Alokasi Dana Desa yang dibagikan pada tiap desa
berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau
yang disebut dengan Alokasi Dan Desa Proporsional (ADDP)
Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa maka, dalam pengelolaan
Keuangan Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip pengelolaan Alokasi Dana Desa.
1) Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa(ADD) direncanakan,
dilaksanakan serta dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari , oleh dan utuk
masyarakat
2) Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, hukum
dan teknis
3) Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah
serta terkendali
4) Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka
untuk peningkatan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar,
penguatan kelembagaan desa serta kegiatan lain yang diperlukan masyarakat desa
yang diputuskan melalui musyawarah desa. 5) Alokasi Dana Desa (ADD) harus
dicatat dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan proses penganggarannya
mengikuti mekanisme yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat.
Pengelolaan ADD akan baik apabila proses perencanaan, proses implementasi, proses
evaluasi dilaksanakan secara jujur, transparan, dan tanggungjawab. Dana ADD adalah
danaRakyat, maka sudah sewajarnya bila rakyat meminta informasi, mengakses, dan mengontrol
dana tersebut.
Di sini kami selaku mahasiswa Fakultas Hukum Unsri ingin memberi saran dan masukan
agar proses perencanaan dan penggunaan alokasi anggaran dana desa agar dilaksanakan dengan
transparan, terbuka dan jujur agar tidak terjadi penyalahgunaan dana desa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Desa
untuk-desa-bukan-untuk-aparatus-desa/
Makalah, Maryuni.2004. Alokasi Dana Desa sebagai Alat penetapan Dana Perimbangan