Anda di halaman 1dari 11

ALOKASI ANGGARAN DANA DESA

Dosen Pengampu: Dr. Edy Purwo Saputro,S.E, M.Si.

Disusun Oleh:
Cahya Hermana Fahrezi
B100190017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang terdiri dari
wilayah-wilayah (daerah) provinsi dan kabupaten/kota. Kabupaten/kota terdiri dari
beberapa kecamatan dan dalam satu kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan dan desa.
Desa memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sistem pemerintahan Indonesia
mengingat bahwa desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang memiliki peranan
fundamental bagi negara. Pengertian desa sangat beragam, artinya sangat tergantung dari
sudut mana melihat desa. Perspektif geografi misalnya, desa dimaknai sebagai tempat
atau daerah, dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dan mereka dapat
menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkan kehidupannya. Dijelaskan desa bercirikan bahasa ibu yang kental,
tingkat pendidikan yang relatif rendah, pencaharian umumnya dari sektor pertanian.
Bahkan terdapat kesan bahwa pemahaman umum memandang desa sebagai tempat
bermukim para petani. Akan tetapi saat ini pandangan tentang desa mulai berubah seiring
perkembangan tata pemerintahan.
Desa mempunyai otonomi yang disebut dengan otonomi desa dan perlu
ditegaskan bahwa otonomi desa bukan diberikan oleh negara tetapi otonomi desa berasal
dari desa itu sendiri. Hal tersebut didasarkan pada sejarah ketatanegaraan Republik
Indonesia dimana desa jauh lebih dulu terbentuk dari pada Negara Republik Indonesia.
Akan tetapi hukum positif Indonesia juga mengatur tentang desa, diantaranya Undang-
Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa menekankan bahwa negara yang memberikan
otonomi kepada desa. Dengan disahkannya UU Desa maka diprediksikan desa akan
memasuki babak baru untuk penataan dan pembangunan wilayahnya (Yansen, 2014),
yang datang membawa harapan-harapan baru bagi kehidupan kemasyarakatan dan
pemerintahan yang ada di desa.
Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai
peranan yang sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan
publik. Maka desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana-prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan yaitu Alokasi Dana Desa (ADD) untuk menunjang segal sektor di masyarakat.
Untuk membangun basis yang kuat bagi demokrasi, partisipasi rakyat, keadilan,
dan pemerataan pembangunan sekaligus memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal
yang berbeda-beda, pemerintah bersama lembaga legislatif mengesahkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Unsur penting dalam kedua undang-undang ini adalah bahwa penguasa daerah
(gubernur, bupati, walikota) harus lebih bertanggungjawab kepada rakyat di daerah.
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya
untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat
untuk membuat kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat, serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Nyata
artinya, melaksanakan apa yang menjadi urusannya berdasarkan kewenangan yang
diberikan dan karakteristik dari suatu wilayah sedangkan bertanggung jawab adalah
otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus sejalan dengan maksud dan tujuan
pemberian otonomi yaitu memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemberian ADD merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka
penyelenggaraan otonomi desa. ADD bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten diluar Dana Alokasi Khusus (DAK)
setelah dikurangi belanja pegawai. Sasaran ADD adalah seluruh desa yang ada dalam
wilayah kabupaten setempat. Penggunaan ADD 30% untuk mendukung penyelanggaraan
pemerintahan desa dan penguatan peran kelembagaan masyarakat desa, sedangkan 70%
untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat desa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian alokasi anggaran dana desa ?
2. Bagaimana penetapan alokasi anggaran dana desa?
3. Bagaimana penggunaan alokasi anggaran dana desa?
4. Bagaimana pengelolaan alokasi anggaran dana desa?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan alokasi anggaran dana desa
2. Mengetahui Bagaimana penetapan alokasi anggaran dana desa
3. Mengetahui Bagaimana penggunaan alokasi anggaran dana desa
4. Mengetahui Bagaimana pengelolaan alokasi anggaran dana desa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anggaran Dana Desa


Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, dana desa adalah dana yang bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui pendapatan dan belanja daerah kabupaten/ kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa merupakan dana
perimbangan yang diterima oleh kabupaten/ kota dalam APBD Kabupten/ Kota setelah
dikurangi oleh Dana Alokasi Khusus. Alokasi Danana Desa yang dimaksud adalah paling
sedikit 10% (sepuluh persen) dari Dana Perimbangan yang diterima oleh kabupaten/ kota
setelah dikurangi oleh Dana Alokasi Khusus. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana
yang harus diserahkan oleh pemerintah daerah kepada pemerintah desa , yang berasal
dari Kabupaten yang penggunaannya 30% untuk belanja aparatur dan operasional
sedangkan 70% untuk belanja publik serta pemberdayaan masyarakat.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan
masyarakat. ADD merupakan perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten yang
penyalurannya melalui Kas Desa. ADD adalah bagian dana Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa
(ADD) ini adalah untuk :
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya;
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan
potensi desa;
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa;
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Pemerintah mengharapkan kebijakan Alokasi Dana Desa ini dapat mendukung


pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis masyarakat dalam upaya pemberdayaan
masyarakat pedesaan sekaligus memelihara kesinambungan pembangunan di tingkat
desa. Dengan adanya Alokasi Dana Desa, desa memiliki kepastian pendanaan sehingga
pembangunan dapat terus dilaksanakan tanpa harus terlalu lama menunggu datangnya
dana bantuan dari pemerintah pusat.

B. Penetapan Alokasi Dana Desa


Alokasi Dana Desa (ADD) didasarkan pada ketetapan-ketetapan berikut ini:
a) Penetapan dan hasil perhitungan ADD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
b) Penetapan dan hasil perhitungan ADD dimaksud diberitahukan kepada desa
selambat-lambatnya bulan Agustus setiap tahunnya.
c) Data variabel independen utama dan variabel independen tambahan    selambat-
lambatnya dikirim oleh Tim Pendamping Tingkat Kecamatan    kepada Tim Fasilitasi
Kabupaten pada bulan Maret untuk penghitungan    ADD    tahun berikutnya.

C. Tujuan Alokasi Dana Desa


Tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah untuk memberikan stimulus pembiayaan
program pemerintah serta pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah :
1) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelaksanaan pelayanan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewewenangannya
2) Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi
desa
3) Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha
bagi masyarakat desa
4) Mendorong peningkatan swadaya gotong royong pada masyarakat

Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 72 ayat (2),
Pembagian Alokasi Dana Desa menggunakan dasar asas adil dan merata, yaitu :
a) Asas merata merupakan nilai Alokasi Dana Desa yang dibagikan pada tiap Desa
memiliki nilai yang sama untuk setiap desa yang disebut dengan Alokasi Dana Desa
minimal
b) Asas adil merupakan nilai Alokasi Dana Desa yang dibagikan pada tiap desa
berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau
yang disebut dengan Alokasi Dan Desa Proporsional (ADDP)
Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa maka, dalam pengelolaan
Keuangan Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip pengelolaan Alokasi Dana Desa.
1) Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa(ADD) direncanakan,
dilaksanakan serta dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari , oleh dan utuk
masyarakat
2) Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, hukum
dan teknis
3) Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah
serta terkendali
4) Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka
untuk peningkatan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar,
penguatan kelembagaan desa serta kegiatan lain yang diperlukan masyarakat desa
yang diputuskan melalui musyawarah desa. 5) Alokasi Dana Desa (ADD) harus
dicatat dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan proses penganggarannya
mengikuti mekanisme yang berlaku.

D. Penggunaan anggaran dana desa


Alokasi Dana Desa digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk penyelenggaraan Pemerintah
Desa Sebesar 30% dari jumlah penerimaan Alokasi Dana Desa (ADD).
2. Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat
Desa sebesar 70.
3. Alokasi Dana Desa (ADD) diarahkan untuk membiayai kegiatan meliputi :
a. Penyelenggaraan Pemerintahan Pemerintahan Desa Alokasi Dana Desa
(ADD) yang digunakan belanja aparatur dan operasional Desa yaitu untuk
membiayai kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan prioritas
sebagai berikut:
1) Peningkatan Sumber Daya Manusia Kepala Desa dan Perangkat Desa
meliputi Pendidikan,Pelatihan, Pembekalan, Studi Banding
2) Biaya operasional Tim Pelaksana Bidang Pemerintahan.
3) Biaya tunjangan Kepala Desa, Perangkat Desa, tunjangan dan operasional
BPD, Honor ketua RT dan RW serta penguatan kelembagaan RT / RW
4) Biaya perawatan kantor dan lingkungan Kantor Kepala Desa.
b. Biaya penyediaan data dan pembuatan pelaporan, pertanggungjawaban
meliputi :
1) Pembuatan/Perbaikan monografi, peta dan lain-lain data dinding.
2) Penyusunan APBDes, LPPD dan LKPJ, pelaporan dan pertanggung
jawaban penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).
3) Biaya lain-lain yang perlu dan mendesak, misalnya Penanganan keadaan
darurat seperti bencana alam, kebakaran dan sebagainya.
4. Pemberdayaan Masyarakat Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan prioritas kegiatan seperti:
a. Biaya Pemberdayaan Manusia dan Institusi. Penggunaanya meliputi:
1) Pembinaan Keagamaan.
2) Peningkatan kemampuan Pengelola Lembaga Usaha Milik Desa
(BUMDES, LPMD, dsb) dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat.
3) Pelayanan kesehatan masyarakat terutama pada penanganan Gizi Balita
melalui POSYANDU
4) Menunjang kegiatan 10 Progaram Pokok PKK, Kesatuan Gerak PKK dan
UP2K-   PKK.
5) Menunjang kegiatan Anak dan Remaja antara lain pengadaan sarana TPK,
TK, sarana Olahraga, Karangtaruna dll.
6) Biaya Musrenbang dan serap aspirasi tingkat dusun / lingkungan
7) Peningkatan keamanan dan ketentraman Desa.
5. Biaya Pemberdayaan Lingkungan. Penggunaanya meliputi:
a. Pembangunan/biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil atau sarana
perekonomian Desa seperti pembuatan jalan, talud/irigasi, jembatan, los pasar,
lumbung pangan dll.
b. Untuk penghijauan / tanaman hortikultura.
6. Biaya Pemberdayaan usaha/ ekonomi. Penggunaanya meliputi:
a. Pengembangan lembaga simpan pinjam melalui modal usaha dalam bentuk
BUMDes, UED-SP, LKPMD, Badan Perkreditan Desa dan lembaga lainnya. 
b.  Pengembangan usaha mikro dan usaha kecil masyarakat antara lain melalui
penambahan modal usaha serta budidaya pemasaran produk.
c. Biaya untuk pengadaan Pangan

E. Pengelolaan Anggaran dana desa


Untuk menimalisir bahkan mencegah terjadinya penyalahgunaan Alokasi Dana Desa
ini maka pemerintah kabupaten menetapkan pengaturan dan pengelolaan yang harus
ditaati oleh setiap pengelola ADD di setiap desa yang adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan ADD dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan kedalam
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b. Pengelolaan Keuangan ADD merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa beserta lampirannya.
c. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD harus direncanakan.
d. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip efisien dan efektif, terarah,
terkendali serta akuntabel dan bertanggung jawab.
e. Bupati melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa.
f. ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa.
g. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa yang dibantu
oleh lembaga kemasyarakatan di desa.
F. Pengawasan terhadap Alokasi Dana Desa
Pengawasan pelaksanaan alokasi dana desa tidak terlepas dari struktur tugas dan
kewenangan serta pertangungjawaban sebagaimana disusun dalam struktur organisasi
pelaksana.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi pelaksana alokasi
dana desa telah dibentuk dengan baik sehingga memberikan  garis kewenangan dan
tugas serta arah pertanggungjawaban antar fungsi yang jelas. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya di lapangan pelaksanaan fungsi belum sepenuhnya berjalan, terutama
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi yang melibatkanBeberapa pejabat pelaksana
serta LPMD yang diakibatkan ketidakmengertian akan tugas dan tanggung jawab
masing-masing sehingga mengurangi efektivitas pengawasan. Kurangnya koordinasi
antar lain juga dirasa masih kurang sehingga beberapa fungsi terlihat bekerja secara
terpisah dan menumbuhkan ketidakpercayaan.Pengawasan juga tidak terlepas dari
kapasitas sumber daya yang dimiliki. Sumber daya dalam implementasi suatu
kebijakan merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu. Faktor penghambat
yang dapat diidentifikasikan kurangnya pengawasan mencakup:
a. Sosialisasi Kebijakan ADD
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebijakan ADD dipandang belum
memadai karena hanya dilakukan pada perangkat pelaksana, sehingga
pemahaman masyarakat mengenai ADD kurang, hal ini akan berakibat pada
sulitnya mengajak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan ADD maupun dalam
pengawasan kegiatan terutama pengawasan oleh masyarakat.
b. Kapasitas Sumber Daya Manusia
Sementara itu masih terdapat kelemahan dalam hal sumber daya manusia dimana
tingkat kemampuan pelaksana tidak merata, yaitu secara pendidikan masih rendah
sehingga mempengaruhi kemampuan mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah dengan cepat.  Namun hal ini tidak mempengaruhi pelaksanaan ADD
karena adanya kemampuan untuk menggerakkan masyarakat. Faktor penghambat
dalam kaitannya dengan sumber daya manusia berpusat pada rendahnya
pendidikan para pelaksana ADD, sehingga pemahaman pelaksana mengenai ADD
kurang, serta tidak adanya dukungan yang memadai. Hal ini menimbulkan
kurangnya dukungan pengawasan, terutama pengawasan oleh masyarakat  sebagai
penerima manfaat ADD. 
c. Peran Serta Masyarakat
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya peran serta masyarakat
dinilai kurang memadai akibat kurangnya sosialisasi yang ditujukan bagi
masyarakat.  Hal ini menyebabkan masyarakat baik secara individu maupun
melalui kelembagaan kurang memahami peran serta tugasnya. Dalam hal ini
pemahaman masyarakat adalah membantu pelaksanaan secara fisik dari berbagai
kegiatan implementasi ADD. Kondisi tersebut menyebabkan tidak ada
peningkatan kapasitas masyarakat/lembaga masyarakat yang akhirnya
menyebabkan rendahnya peran pengawasan oleh masyarakat.Peningkatan
kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pembangunan yang kurang optmal. Pengawasan terhadap
segala tindakan Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat termasuk juga
keputusan-keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah sejak Otonomi Daerah
diberlakukan pertama kali (UU No. 1 tahun 1945) sampai saat ini (UU No. 23
tahun 2004), mengenal tiga macam jenis pengawasan yaitu :
1. Pengawasan umum
Pengawasan umum adalah suatu jenis pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap segala kegiatan Pemerintah Daerah untuk menjamin
penyelenggaraan Pemerintah Daerah dengan baik. Jenis pengawasan ini
diberlakukan pertama kali berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1948
Tentang Penetapan Aturan-aturan Pokok mengenai Pemerintahan Sendiri di
Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya
Sendiri. Selanjutnya diberlakukan lagi pada tahun 1959 (berdasarkan Penpres
No. 6/1959 dan Penpres No. 5 Tahun 1960, tahun 1965 (berdasarkan UU No.
18/1965), dan terakhir Tahun 1974 (berdasarkan UU No. 5/1974 dan UU No.
5/1979).
2. Pengawasan preventif
Secara harfiah pengawasan preventif berarti pengawasan yang bersifat
mencegah (pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan).
Artinya, pengawasan ini dilakukan untuk mencegah agar pemerintah daerah
tidak mengambil kebijakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Bentuk pengawasan ini berupa ketentuan-ketentuan
yang berlaku atau prosedur-prosedur yang harus dilalui dalam
menyelenggarakan pekerjaan. Pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah
Menteri Dalam Negeri bagi Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah,
Tingkat I bagi Peraturan Daerah dan Keputusan Daerah Tingkat II. Diatur
lebih lanjut pada Pasal 144 dan 145 UU No. 32 tahun 2004.
3. Pengawasan represif
Pengawasan represif adalah bentuk pengawasan yang dilaksanakan setelah
keputusan/ketentuan itu dilaksanakan. Wujudnya adalah berupa tindakan
membandingkan apakah pekerjaan yang sedang/telah dilaksanakan menurut
kenyataan telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau prosedur-prosedur
yang berlaku/ditetapkan. Dalam konsep otonomi daerah maka jenis
pengawsan ini dipahami sebagai pengawasan yang berupa penangguhan atau
pembatalan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah baik berupa
Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, maupun
Keputusan Pimpinan DPRD dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.Pengawasan ini dilakukan dalam konteks jika peraturan yang dibuat
tersebut dinilai bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, dan/atau peraturan perundang-
undangan lainnya (pasal 145 ayat 2 UU No. 32 tahun 2004)

BAB III
PENUTUP
Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat.
Pengelolaan ADD akan baik apabila proses perencanaan, proses implementasi, proses
evaluasi dilaksanakan secara jujur, transparan, dan tanggungjawab. Dana ADD adalah
danaRakyat, maka sudah sewajarnya bila rakyat meminta informasi, mengakses, dan mengontrol
dana tersebut.
Di sini kami selaku mahasiswa Fakultas Hukum Unsri ingin memberi saran dan masukan
agar proses perencanaan dan penggunaan alokasi anggaran dana desa agar dilaksanakan dengan
transparan, terbuka dan jujur agar tidak terjadi penyalahgunaan dana desa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Di akses pada tanggal 21 September 2016 dari http://astadi77.blogspot.co.id/2016/04/makalah-


alokasi-dana-desa.html

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang N0 06 Tahun 2014 tentang Desa

Di akses pada tanggal 21 September 2016 dari http://andyfisip.blogspot.com/, Alokasi Dana

Desa

Di akses pada tanggal 21 September 2016 dari http://leuserantara.com/artikel-alokasi-dana-desa-

untuk-desa-bukan-untuk-aparatus-desa/

Makalah, Maryuni.2004. Alokasi Dana Desa sebagai Alat penetapan Dana Perimbangan

Pemerintah Kabupaten-Desa.Surabaya : Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai