Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi
yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic
disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang besar,
atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap penyempitan diameter
panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan distosia selama
persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul, midpelvis, atau
pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa
terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung pada
pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran
kepala janin.
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama
yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin
(passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat
bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau
kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat
berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi
kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Distosia berpengaruh buruk
bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan
prognosis ibu dan janin.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa pengertian distosia bahu ?
2. Apa etiologi distosia bahu ?

3. Bagaimana manifestasi klinis pada persalinan distosia bahu ?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada persalinan distosia bahu ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui persalinan komplikasi distosia bahu
1.3.2 Tujuan Umum.
1. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi terjadinya distosia bahu.

2. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis kemungkinan terjadi


distosia bahu.

3. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan distosia bahu.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Asuhan Keperawatan


2.1.1 Definisi Distosia Bahu

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh
terlalu lama lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang
abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi
janin dan jalan lahir. Kelainan persalinan ini adalah konsekuensi empat
kelainan yang dapat berdiri sendiri atau berkombinasi: a). kelainan gaya
dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang kurang kuat atau kurangnya
koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi serviks (disfungsi uterus),
maupun kurangnya upaya otot volunteer selama persalinan kala dua, b).
kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul sempit, c) kelainan presentasi,
posisi atau perkembangan janin dan kelainan jaringan lunak saluran
reproduksi yang membentuk halangan bagi turunnya janin. (Leveno, 2009).

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver


obstetric oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakangan pada kepala
bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan persentasi

3
kepala,setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu
memasuki panggul dalam posisi oblig. Bahu posterior memasuki panggul
lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi
luar bahu posterior berada dicekungan tulang sakrum atau disekitar spina
ischiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen
obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak
memasuki pintu atas panggul, maka bahu porterior dapat tertahan
promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan
demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putar
paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antar bahu posterior
dengan kepala (disebut dengan turtle sign). (Prawirohardjo, 2011)

2.1.2 Etiologi
Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia adalah :
1. persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau
akibat upaya mengedan ibu ( kekuatan atau powers ).
2. perubahan struktur pelvis ( jalan lahir passage ). Walaupun kekuatan
gaya eksplusifnya mungkin normal, memiliki kelainan struktur atau
karakter jalan lahir yang menimbulkan hambatan mekanis terhadap
turunnya bagian terbawah janin yang tidak teratasi.
3. Sebab-sbab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan
posisi, bayi besar, dan jumlah bayi ( penumpang atau passengers ).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem
pendukung.

4
Penyebab dari distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul,
kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul ( misalnya pada
makrosomia ) yang disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang
pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala
telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
2.1.3 Manifestasi Klinis
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi.
Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat
mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk
dan
besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga
obesitas
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksilateral dan traksi ridak
berhasil melahirkan bahu.
4. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva.
5. Dagu tertarik dan menekan perineum
6. Tanda
7. Kemajuan lambat dari 7-10 cm, meskipun kontraksinya baik.
8. Gelisah
9. Sesak Nafas

2.1.4 Faktor Resiko


Kelainan bentuk panggul, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu
yang pendek.
Faktor resiko distosia bahu:
1. Maternal
a) Kelainan anatomi panggul

5
b) Diabetes gestasional
c) Kehamilan pastmatur
d) Riwayat distosia bahu
e) Tubuh ibu pendek
2. Fetal
b) Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
a) Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
b) Protracted active phase pada kala I persalinan
c) Protracted pada kala II persalinan
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan
pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.

2.1.5 Patofisiologi
Setelah keliharan kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akanberada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat meneran akan menyebabkan bahu depan
(anteriot) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Adapun untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan panggul: panggul luar dan panggul dalam
2. Pemeriksaan radiologik: untuk pelvimetri dibuat 2 foto yaitu
a) Foto pintu atas panggul: ibu dalam posisi setengah duduk,
sehingga tabung Ro tegak lurus atas pintu atas panggul

6
b) Foto lateral: ibu dalam posisi berdiri, tabung Ro diarahkan
horizontal pada trochanter mayor dari samping
3. Pemeriksaan besarnya janin

2.1.7 Komplikasi
1. Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahayan serius yang mengancam ibu dan janinnya
pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban, bakteri, di
dalam cairan amnion dan menginvasi desidua sefrta pembuluh korion
sehingga terjadi bacteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia
pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang mterinfeksi adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri ke vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi
distosia.
2. Rupture Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya
serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi
dan pada mereka dengan riwayat seksio sesaria. Apabila disproporsi
antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala
tidak cakap dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat terenggang yang kemudiam dapat menyebabkan ruptur.
3. Cincin Retraksi Patologis
Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai
perenggangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada
siutasi semacam ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu indentasi
abdomen dan menandakan ancaman akan rupturya segmen bawah
uterus.
4. Pembentukan Fistula

7
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan
lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami
tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi
nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengn munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau
rektovaginal.

5. Cedera Otot Dasar Panggul


Saat pelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari
kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-
gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf dan jaringan ikat.

6. Efek pada Janin


Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta
infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul infeksi
intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi
juga merupakan penyebab penting kematian dan neonates. Hal ini
disebabkan karena bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi
bakterimia pada ibu dan janin. Pneumoni janin, akibat aspirasi cairan
amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.

2.1.6 Penatalaksanaan
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat
diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.

8
3. Lakukan Episiotomi
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk
membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai
maneuver :
a) Mc Robert
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan
melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu.
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi
simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut
inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan
yang terhimpit.

9
b) Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara
bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic
saat traksi curam bawah pada kepala janin.

c) Maneuver Woods
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 180 derajat secara
“crock screw” maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis
pubis akan terbebas. Maneuver Wood. Tangan kanan penolong
dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180
derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis
pubis.

10
d) Persalinan bahu belakang
7. Operator memasukkan tangan kedalam vagina
menyusuri humerus posterior janin dan kemudian
melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada
dengan mempertahankan posisi fleksi siku,
8. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui
wajah janin,
9. Lengan posterior dilahirkan.

e) Maneuver Rubin

11
Terdiri dari 2 langkah yaitu sebagai berikut :
Manuver Rubin I
1. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan
melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil
maka dilakukan langkah kedua
2. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk
dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada
anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu
anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan
bahu depan dari simfisis pubis.
Manuver Rubin II
1. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
2. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah
dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan
membebaskan bahu anterior yang terjepit.
f) Pematahan klavikula
Dilakukan dengan menekan klavikula anterior ke arah SP
g) Maneuver Zavanelli
Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan
melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau
posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat
kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong
kepala kedalam vagina.
h) Kleidotomi
Dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting
klavikula.
i) Simfsiotomi
Menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan
emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu:

12
1. Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli
anaesthesi.
2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh
3. Lakukan episiotomi mediolateral luas
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi
curam bawah untuk melahirkan kepala
5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten

2.1.7 Penanganan
Prinsip utama dalam penanganan distosia bahu adalah melahirkan
badan bayi sesegera mungkin dengan beberapa teknik berikut :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi
jaringan lunak dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan
2. Lakukan posisi McRoberts dengan meminta ibu untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah di desinfeksi tingkat tinggi
a) Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah
bawah pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan
bawah simfisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang
dapat mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
b) Meminta seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara ke
arah bawah pada daerah suprapubis untuk mebantu persalinan
bahu.
Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi
nahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
a) Pakailah sarung tangan yang telah di desinfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan ke dalam vagina sepanjang punggung bayi

13
b) Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan
arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan
diameter bahu
c) Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang
(posterior) sesuai dengan arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
a) Masukkan tangan ke dalam vagina
b) Raih humerus dari lengan belakang (posterior) dan dengan
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah
dada. Ini akan memberikan ruangan untuk bahu depan agar
dapat bergerak dibawah simfisis pubis.

6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan
lain :
a) Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan
bahu depan (anterior)
b) Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan
lengan belakang (posterior)

2.2 Pengkajian
2.2.1 Identitas pasien
a) Identitas Klien

14
Nama: nama jelas dan lengkap
Umur: dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun
Agama: untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
Pendidikan: berpengaruh dalam tindakan keperawatan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga perawat bisa memberikan konseling sesuai
pendidikannya
Pekerjaan: untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya dan berpengaruh dalam gizi pasien
tersebut
Suku/Bangsa: berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari
Alamat : untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

c) Identitas penanggungjawab klien (Suami):


Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat.

2.2.2 Riwayat kesehatan Klien


a) Keluhan utama : Proses persalinan yang lama akan menyebabkan
nyeri dan cemas.
b) Riwayat kesehatan terdahulu: klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya adanya penyulit persalinan (mis:
hipertensi, anemia, panggul sempit, riwayat DM ,riwayat bayi
kembar.
c) Riwayat kesehatan sekarang : ada kelainan letak janin (mis:
lintang, sunsang, dll) apa yang menjadi presentase dll.
d) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi

15
2.2.3 Pengkajian pola fungsional
a) Aktifitas/ itirahat: keletihan, kurang energi, penurunan
penampilan
b) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat, mungkin menerima
magnesium sulfur untuk hipertensi karena kehamilan
c) Eliminasi: distensi usus atau kandung kemih yang mungkin
menyertai
d) Integritas Ego: mungkin saat cemas dan ketakutan
e) Nyeri atau ketidaknyamanan: mungkin menerima narkotika atau
anastesi pada awal proses kehamilan, kontraksi jarang dengan
intensitas ringan sampai sedang sebelum persalinan atau sesudah
persalinan,
f) Keamanan: serviks mungkin kaku atau tidak siap, pemeriksaan
vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi.
g) Seksualitas: uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion

2.2.4 Pemeriksaan fisik


a) Keadaan Umun : Lemah
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Kepala
Kulit : Tidak ada luka dan tidak ada perdarahan dibawah kulit
Rambut : Tidak rontok, bersih, tidak terdapat ketombe, tidak
kusam/ kering
Muka : Tidak terdapat luka dan perdarahan dibawah kulit
Mata : Terdapat anemis pada konjungtiva ,pupil isokor, sclera
tidak terdapat ikterik
Hidung : Tidak terdapat sekret ,tidak ada lesi dan tidak terdapat
edema
Gigi : Bersih, tidak ada caries, dan lengkap

16
Bibir : Mukosa kering, tampak anemis, tidak ada stomatis
Telingan : Simetris, bersih, tidak ada lesi ,dan tidak terdapat
edema
Leher : Tidak terdapat luka dan tidak terdapat pembesaran
thyroid
Tenggorokan : Tidak terdapat kemerahan, dan tidak terdapat
pembesaran tonsil
Thorak : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
yang abnormal, tidak terdapat suara tambahan
Abdomen : I : tidak ada lesi bekas operasi, pembesaran perut
sesuai dengan usia kehamilan
P : Tidak ada pembesaran hati ,
Leopold 1 : TFU peretengahan pusat dan px,
pada fundus teraba 1 bagian yg lunak ,tidak
melenting, dan kurang bulat (bokong).
Leopold 2 : Pada perut bagian sebelah kiri
teraba ada tekanan yang lebar dan keras seperti
papan (punggung) dan sebelah kanan teraba
bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Leopold 3 : bagian terbawah janin teraba bulat,
keras dan melenting (kepala)
Leopold 4 : bagian yg terbawah janin sudah
masuk PAP (divergen)
A : Djj terdengar 140x/menit, puctum maximum
dibawah pusat sebelah kiri
Punggung dan Pinggang : Biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang , terdapat tanda michales
yang simetris
Genetalia : I : Serviks teraba lunak

17
P : Nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri,
Bloo Slym ,dinding vagina
Ektremitas : I : tidak ada luka ,tidak ada edema, tidak ada
varises
P : Akrali Hangat
P : Reflek patela ada (+)

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


a) Palpasi dan Balotemen : Leoplod 1
teraba kepala (Balotemen) di fundus
uteri
b) Vaginal toucher : Teraba bokong yang lunak dan tregular
c) X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan
pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi
sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan
kongenital lain.
d) Ultrasonografi
Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operator
berpengalaman da[at menentukan sebagai berikut :
a. Presentasi janin
b. Ukuran
c. Jumlah kehamilan
d. Lokasi plasenta
e. Jumlah cairan amnion
f. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

2.3 Diagnosa

18
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi)
dan agens cedera fisik yang ditandai dengan mengekspresikan perilaku
(gelisah)
2. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif
4. Ansietas yang berhubungan dengan stresor yang ditandai dengan
gelisah

2.4 Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Nyeri Akut Tujuan : Setelah Domain 1: Fisiologi
dilakukan tindakan dasar
keperawatan selama Kelas E :
3x24 jam, diharapkan Peningkatan
nyeri akut dapat teratasi kenyamanan fisik

Domain IV Intervensi :
Kelas S Manajemen Atur suhu,
Lingkungan : pencahayaa
Outcome : Kenyamanan n, hindari
Pengetahuan manajemen 1. Ciptakan kebisingan,
nyeri lingkungan atur posisi
1. Faktor-faktor tenang dan seyaman
penyebab dan mendukung mungkin
faktor-faktor 2. Sediakan dan tidak
berkontribuksi lingkungan membuang
dari skala 2 yang aman dan sampah

19
(terbatas) bersih sembaranga
menjadi skala 4 n.
(banyak) Domain 2 :
2. Strategi untuk Kompleks
mengontrol nyeri Kelas H :
dari skala 2 Manajemen Obat
(terbatas) Obatan
menjadi skala 4
(banyak) Intervensi :
Pemberian Analgesik
Domain V 1. Tentukan
Kelas V lokasi,
karakteristik, Agar tidak
Outcome : kualitas dan terjadi
Tingkat nyeri keparahan kesalah
1. Nyeri yang nyeri sebelum pada saat
dilaporkan dari mengobati pemberian
skala 2 (cukup pasien obat yang
berat) menjadi 4 2. Cek perintah membuat
(ringan) pengobatan klien merasa
2. Ekspresi wajah meliputi obat, tidak
nyeri dari skala 2 dosis, dan nyaman
(cukup berat) frekuensi obat dibagian
menjadi 4 analgesik yang yang sakit
(ringan) diresepkan
3. Cek adanya
riwayat alergi
obat

2. Resiko Tujuan : Setelah Domain 2 : Fisiologi

20
kekurangan dilakukan tindakan kompleks (Lanjutan)
Volume keperawatan selama Kelas N :
Cairan 3x24 jam diharapkan Manajemen Perfusi
resiko kekurangan Jaringan
volume cairan dapat
teratasi Intervensi :
Monitor Cairan Untuk
Domain II : Kesehatan 1. Tentukan menentukan
Fisiologi jumlah dan jenis dan
Kelas G : Cairan dan jenis jumlah
Elektrolit intake/asupan cairan yang
cairan akan
Outcome : 2. Monitor diberikan
Hidrasi asupan dan kepada klien
1. Intake cairan dari pengeluaran
skala 3 (cukup
terganggu) Domain 4 :
menjadi skala 5 Keamanan
(tidak terganggu) Kelas V :
2. Outout urin dari Manajemen Resiko
skala 3 (cukup
terganggu) Intervensi :
menjadi 5 (tidak Monitor tanda-tanda
terganggu) vital
1. Monitor Lakukan
Keseimbangan Cairan tekanan darah, pemeriksaan
1. Tekanan darah nadi, suhu, dan TTV kepada
dari skala 2 status pasien
(banyak pernafasan setelah jam
terganggu) dengan tepat minum obat

21
menajdi skala 4 2. Monitor
(sedikit tekanan darah
terganggu) setelah pasien
2. Keseimbangan minum obat
intake dan output
dalam 24 jam
dari skala 3
(cukup
terganggu)
menjadi skala 5
(tidak terganggu)
3. Resiko Tujuan : Setelah Domain 4 :
Infeksi dilakukan tindakan Keamanan Persiapkan
keperawatan selama Kelas V : ruangan yg
2x24 jam diharapkan Manajemen Resiko bersih aman
resiko infeksi dapat dan
teratasi Intervensi : nyaman,
Kontrol Infeksi lakukan
Domain II : Kesehatan 1. Bersihkan pemakaian
Fisiologi lingkungan APD
Kelas H : Respon Imun yang baik lengkap
2. Pakai sarung serta
Outcome : tangan kondisikan
Keparahan Infeksi 3. Ganti peralatan alat selalu
1. Nyeri dari skala perawatan per steril
2 (cukup berat) pasien terlibih
menjadi skala 4 dahulu
(ringan) Domain 5 : Keluarga
Kelas W : Perawatan
Domain VI : Melahirkan

22
Keseimbangan
keluarga Intervensi :
Kelas Z : status Perawatan Intrapartum
kesehatan anggota : Resiko Tinggi
keluarga Melahirkan
1. Komunikasika
Outcome : n perubahan
Status maternal : status ibu atau Lakukan
intrapartum janin kepada pemeriksaan
1. Koping dokter kepada ibu
ketidaknyamanan 2. Beritahu dan janin
kehamilan dari dokter jika ,dan
skala 2 (cukup terdapat tanda- konfirmasik
besar) menajdi tanda kelainan an hasil
skala 4 (ringan) pada ibu atau pemeriksaan
2. Nyeri dengan jantung janin tersebut
kontraksi dari 3. Amati dengan kepada
skala 2 (besar) seksama ada dokter
menjadi 4 tidaknya
(ringan) perdarahan
postpartum

4. Ansietas Tujuan : Setelah Domain 3 : perilaku


dilakukan tindakan (lanjutan)
keperawatan selama Kelas T :
2x24 jam diharapkan Peningkatan
Ansietas dapat teratasi Kenyamanan
Psikologis
Domain III :
Kesehatan Psikososial Intervensi :

23
Kelas O : Kontrol Diri Teknik menenangkan
1. Pertahankan Fokuskan
Outcome : sikap yang diri untuk
Kontrol kecemasan diri tenang dan keselamatan
1. Mengurangi hati-hati dan
penyebab 2. Yakinkan keamanan
kecemasan dari keselamatan klien
skala 3 (kadang- dan keamanan
kadang) menjadi klien
4 (sering)
2. Menggunakan Pengalihan
teknik relaksasi 1. Motivasi Pilih salah
untuk individu untuk satu tehnik
mengurangi memilih teknik yang mudah
kecemasan dari pengalihan dan ajarkan
skala 3 (kadang- yang di kepada
kadang) menjadi inginkan (mis : keluarga
skala 4 (sering) musik atau supaya
latihan dapat
Kelas M : pernafasan membatu
Kesejahteraan dalam) klien jika
psikologis 2. Dorong klien
partisipasi merasakan
Outcome : keluarga dan gelisah
Tingkat kecemasan nyeri orang
1. Tidak dapat terdekatnya
beristirahat dari
skala 2 (cukup
berat) menajdi
skala 4 (ringan)

24
2. Perasaan gelisah
dari skala 2
(cukup berat)
menajdi skala 4
(ringan)

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi
jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin dan jalan
lahir. Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul,kegagalan
bahu untuk ‘melipat’ ke dalam panggul (misal : pada makrosomia). Disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat
melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk kedalam
panggul.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Bulechek Gloria M, Butcher Howard, dkk. 2016. Nursing Intervensitions
Classification Edisi Keenam. United Kingdom. CV Mocomedia.

Herdman T. Heather &Kamitsuru Shigemi. 2018. Nanda-1 Diagnosis Keperawatan:


Definisi Dan Klarifikasi. Jakarta : EGC.
Leonard Lowdermilk, Deltra. 2013. Keperawatan Maternitas Edisi 8. Singapore :
Elsevier
Moorhead Sue, Johnson. Marion, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification
Edisi Kelima. United Kingdom. CV Mocomedia.

27

Anda mungkin juga menyukai