1
Zainuddin
2
Suriana Ar Mahdi
3
Amelia Abriani Ismail
1,2,3
Universitas Khairun, Maluku Utara, Indonesia
zainudin@unkhair.ac.id
Abstract
This study aims to determine and analyze the influence of machiavellian, love of
money, tax systems, tax rates, tax audits, tax discrimination, technology and tax
information on ethical perceptions of tax evasion. The population in this study were all
corporate taxpayers registered at KPP Pratama Ternate. The research sample was
randomly selected using random sampling method. The number of samples is 347
corporate taxpayers who are registered at KPP Pratama Ternate. This survey research
instrument using a questionnaire. Data were analyzed by Smart-PLS. The results of
hypothesis testing concluded that: love of money and tax discrimination have a positive
effect on tax evasion ethics, while machiavellian, tax systems, tax rates, tax audits, and
taxation technology and information have no effect on tax evasion ethics.
Submission date : Februray 14, 2020 Accepted date : January 15, 2021
41
42 | J I P A K 2 0 2 1
1. PENDAHULUAN
Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2015-2018
Target Penerimaan Pajak Realisasi Penerimaan Pajak % Realisasi
Tahun
(Triliunan Rupiah) (Triliunan Rupiah) Penerimaan Pajak
2015 1.489 1.240 83,3%
2016 1.539 1.284 83,4%
2017 1.498 1.343 89,6%
2018 1.424 1.315 92,4%
Sumber: www.kemenkeu.go.id
(2015) dan Prisantama & Muqodim (2016) mengungkapkan bahwa tax audit
berpengaruh negatif terhadap persepsi etis penggelapan pajak. Namun, Mira & Khalid
(2016) mengungkapkan bahwa pemeriksaan pajak tidak berpengaruh dengan persepsi
etis penggelapan pajak. Sedangkan Purwanto, Sulaeha, & Safira (2018) mengemukakan
adanya hubungan antara Tax Audit dengan persepsi etis penggelapan pajak.
Menurut Indriyani, Nurlaela, & Wahyuningsih (2016) diskriminasi dalam
perpajakan terjadi apabila kebijakan perpajakan hanya menguntungkan satu pihak
dengan merugikan pihak yang lain. Salah satu contoh adalah pemberian kebijakan tax
amnesty yang banyak mendapat penolakan dari masyarakat. Ayu & Sari (2017)
mengatakan tax amnesty berlawanan dengan UU 1945 pasal 27 ayat 1 karena ini
memberikan hak khusus kepada para pelaku pajak yang tidak taat dengan
membebasakan dari sanksi pidana dan administartif serta dari proses pemeriksaan
sehingga dinilai telah mendiskriminasi pelaku pajak yang lain. Suminarsasi & Supriyadi
(2012); Ekaningtyas, (2020), dan Prisantama & Muqodim (2016) mengemukakan
bahwa terdapat pengaruh positif antara diskriminasi dengan persepsi etis penggelapan
pajak, sedangkan Pratiwi & Prabowo (2019) mengungkapkan bahwa tidak ada
pengaruh antara dikriminasi dengan persepsi etis penggelapan pajak.
Dalam reformasi dan modernisasi perpajakan Ditjen Pajak telah menerapkan 4
aplikasi untuk pelayanan perpajakan antara lain, e-registration, s-SPT, e-billing, e-
Filling dan online payment. Dengan diluncurkannya aplikasi ini diharapkan
mempermudah wajib pajak dalam bidang pelayanan untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya, untuk kedepannya diaharapkan tingkat penggelapan pajak akan
menurun. Permatasari & Laksito (2013), Ardyaksa & Kiswanto (2014), Silaen, Basri, &
Azhari, (2015), Fitriyanti, Fauzi, & Armeliza (2017) dan Lenggono (2019) dalam
penelitiaanya menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara teknologi informasi dengan
tax evasion namun Ismarita (2018) menyatakan sebaliknya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Machiavellian, love of money, sistem
perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, dan teknologi informasi
terhadap etika penggelapan pajak. Adapun kebaharuan penelitian ini adalah menguji
variabel Machiavellian dan Love of Money secara bersama terhadap etika penggelapan
pajak pada wajib pajak badan yang belum pernah dilakukan di Indonesia utamanya
pada wajib pajak badan di Indonesia Timur.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Terdapat konsep teori yang mendasar dalam penelitian ini sebagai pengembangan
hipotesis yaitu teori atribusi, theory of planned behavior, dan theory acceptance model.
Atribusi theory atau dikenal dengan Teori atribusi merupakan teori yang mejelaskan
pengaruh motivasi dan perilaku dari individu tersebut yang dikenalkan oleh Heider
(1958). Atribusi merupakan metode mengamati dan memprediksi maksud, motif, dan
perilaku individu yang terlihat pada dirinya. Robbins & Judge (2018: 97) mengatakan
J I P A K 2 0 2 1 | 45
Perumusan Hipotesis
Pengaruh Machiavellian terhadap Persepsi Etis Penggelapan Pajak
Machiavellianisme menurut Moss (2005) merupakan sebuah langkah dimana
orang yang memanipulasi memperoleh penghargaan lebih banyak dibanding ketika
tidak melakukan tindakan manipulatif. Dalam penelitian tersebut juga mendeskripsikan
kepribadian Machiavellian sebagai kecenderungan untuk memanipulasi individu lain
yang mempunyai kepribadian yang kurang baik seperti pengabaian moralitas serta
komitmen ideolgi yang rendah (Asih & Dwiyanti, 2019). Dalam Theory of planned
behavior, apabila individu menganggap objek itu bermanfaat terhadap dirinya, pastinya
akan ditanggapi dengan positif, begitu juga sebaliknya individu tersebut akan memberi
respon yang negatif apabila informasi tersebut tidak menguntungkannya. Selaras
dengan penjelasan tersebut seseorang yang memiliki sikap machiavellian akan lebih
mementingkan diri pribadi dan mempunyai sikap yang agresif untuk menjalankan
kepentingannya.
Menurut Farhan, Helmy, & Afriyenti (2019) seseorang yang menganggap
penggelapan pajak itu merupakan perbuatan yang etis menggambarkan orang tersebut
memiliki sifar machiavellian yang tinggi. Penelitian ini selaras dengan penelitian
Supriyati (2017) yang mengatakan adanya hubungan yang positif antara sifat
46 | J I P A K 2 0 2 1
perilaku tidak etis terhadap perilaku penggelapan pajak, sebaliknya apabila rendahnya
tingkat teknologi dan informasi perpajakan yang ada maka akan berdampak terhadap
perilaku penggelapan pajak yang dianggap baik atau etis. Pernyataan ini juga didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari & Laksito (2013) serta
Ardyaksa & Kiswanto (2014). Berdasarkan uaraian dan penelitian terdahulu, maka
dapat dirumuskan:
H7 : Teknologi dan Informasi Perpajakan Berpengaruh Negatif terhadap Persepsi
Etis Penggelapan Pajak
3. METODOLOGI
Model Analisis
Pengolahan data akan diolah dengan menggunakan pendekatan Partial Least
Square (PLS) dengan menggunakan aplikasi Smart PLS Versi 3.0. pengujian Partial
50 | J I P A K 2 0 2 1
Least Square (PLS) merupakan analisis multivariat yang menangani banyak variabel
explanatori dan variabel respon. model struktural digunakan untuk uji kausalitas
(pengujian hipotesis dengan model prediksi) sedangkan model pengukuran digunakan
untuk uji validitas dan realibilitas.
Profil Responden
Kuisioner disebar kepada 374 responden, dari jumlah penyebaran tersebut,
sebanyak 7% kuisinoner tidak dikembalikan, dan sebanyak 93% atau 347 kuisioner
yang dikembalikan yang selanjutnya digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Responden adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP Kota Ternate dengan bentuk
badan usaha yaitu PT (Perseroan Terbatas) sebanyak 92 dan Perseroan sebanyak 255
52 | J I P A K 2 0 2 1
responden. Berikut penjabaran profil responden penelitian ini berdasarkan sektor usaha
dan usia kegiatan usaha.
Tabel 2
Profil Responden Berdasarkan Sektor Usaha dan Usia Kegiatan Usaha
Berdasarkan Sektor Usaha Berdasarkan Usia Kegiatan Usaha
Sektor usaha Jumlah Persentase Usia usaha Jumlah Persentase
Industri 6 2% 1 – 5 Tahun 113 33%
Jasa 116 33% 5 – 10 Tahun 158 46%
Konstruksi 178 51% 10 – 20 Tahun 64 18%
Perdagangan 47 14% di atas 20 Tahun 12 3%
Total 347 100% Total 347 100%
Sumber: Data primer diolah PLS v3.0 (2020)
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digambarkan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Statistik Deskriptif
Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Standar
Variabel
Min Max Mean Min Max Mean Deviasi
MC 8 40 24 23 40 32.88 3.17
LM 8 40 24 18 35 25.92 3.37
SP 4 20 12 6 20 13.08 3.08
TP 5 25 15 6 25 14.98 4.29
PP 4 20 12 4 17 12.25 3.26
DP 4 20 12 5 18 13.1 2.45
TI 4 20 12 5 20 14.48 2.39
EP 5 25 15 4 20 13.5 3.28
Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)
Data yang ditampilkan dalam tabel menunjukan bahwa dari delapan variabel
dalam penelitian ini, variabel tarif pajak (TP) adalah variabel dengan penyebaran data
yang paling besar. Hasil ini bisa dilihat dari nilai standar deviasi untuk variabel ini yang
merupakan nilai penyebaran data jika diukur dari nilai rata-ratanya. Hasil seperti ini
disebabkan oleh bervariasinya jawaban responden terhadap lima item pernyataan yang
mewakili variabel ini. Kisaran teoritis merupakan perkiraan nilai kisaran minimum dan
maksimum. Makna nilai dari kisaran minimum dan teoritis dalam penelitian ini adalah
J I P A K 2 0 2 1 | 53
nilai teroritis dimaksud dengan prediksi nilai tertinggi atau terendah yang dikalikan
dengan total pertanyaan. Sedangkan untuk nilai kisaran Aktual merupakan nilai
minimum atau maksimum yang diperoleh dari penjumlahan jawaban atas pertanyaan
dengan melakukan analisis statistik deskriptif.
Gambar 2
Diagram Jalur Hubungan disertai Nilai Outher Loading Setelah Eliminasi
(Sumber : Data diolah PLS v3.0, 2020)
54 | J I P A K 2 0 2 1
Discriminant Validity
Tabel 4
Korelasi antar Konstruk dan Akar AVE
MC LM SP TP PP DP TI EP
MC 0.69
LM -0.072 0.78
SP -0.412 0.091 0.87
TP -0.296 0.077 0.676 0.808
PP -0.381 0.026 0.636 0.711 0.811
DP -0.213 0.137 0.605 0.597 0.544 0.734
TI -0.114 0.088 0.163 0.209 0.34 0.296 0.63
EP -0.273 0.291 0.549 0.543 0.519 0.545 0.197 0.797
Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai √AVE lebih tinggi daripada nilai
korelasi di antara variabel laten. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk memiliki
discriminant validity yang tinggi.
Composite Realiability
Tabel 5
Composite Reliabillity
Variabel Reliabilitas Komposit
MC 0.782
LM 0.747
SP 0.903
TP 0.903
PP 0.884
DP 0.775
TI 0.722
EP 0.870
Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)
Inner Model
Tabel 5 menyajikan hasil uji inner model yang terdiri dari Uji R-square, Estimasi
koefisien jalur dan hasil pengujian hipotesis
J I P A K 2 0 2 1 | 55
Tabel 6
Path Coefficient dan R-Square
Sampel Rata-rata Standar
T Statistik P
Asli Sampel Deviasi Keterangan
(O/STDEV) Values
(O) (M) (STDEV)
MC -> EP -0.03 -0.05 0.084 0.361 0.718 Ditolak
LM -> EP 0.227 0.231 0.087 2.607 0.009 Diterima
SP -> EP 0.176 0.152 0.133 1.326 0.185 Ditolak
TP -> EP 0.146 0.16 0.143 1.020 0.308 Ditolak
PP -> EP 0.166 0.181 0.125 1.327 0.185 Ditolak
DP -> EP 0.226 0.216 0.112 2.022 0.044 Diterima
TI -> EP -0.01 0.019 0.100 0.098 0.922 Ditolak
R Square 0.458
Adjusted R Square 0.422
Sumber : Data primer diolah PLS v3.0 (2020)
Uji R Square
Dari hasil Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa nilai R Square Variabel Y (EP)
sebesar 0.458 atau 45.8% yang berarti kontribusi machiavellian, love of money, sistem
perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, serta teknologi dan
informasi perpajakan terhadap persepsi etis penggelapan pajaksebesar 45,8%.
Sedangkan sisanya 54,2% dijelaskan oleh variabel yang tidak dimasukkan pada
penelitian ini.
dengan teori atribusi yang menerangkan tindakan seseorang dipengaruhi dari dalam dan
dari luar, yang menandakan biasany orang akan berperilaku bukan karena keinginan
sendiri tapi adanya desakan yang tidak bisa dikontrol oleh seseorang. Tindakan
penggelapan pajak yang berasal dari luar biasanya terjadi karena adanya desakaan dan
tekanan yang menjadi dasar perilaku tidak etis, seperti halnya kenaikan tarif pajak yang
terlalu tinggi sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam pembayaran pajak,
pemeriksaan pajak dan lain sebagainya (McGee, 2006). Penelitian ini konsisten dengan
penelitian Farhan et al., (2019) yang menunjukan tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara Machiavellian terhadap persepsi etis penggelapan pajak. Hasil ini
berbanding terbalik dengan yang ditemukan oleh Asih & Dwiyanti (2019) dan Shafer &
Simmons (2008), dan Shafer & Wang (2018) yang mengemukakan bahwa adanya
pengaruh negatif Machiavellian terhadap penggelapan pajak.
Hal ini dijelaskan dalam theory of planned behaviour sebagus apappun penerapan
dalam sistem perpajakan belum tentu dapat mempengaruhi wajib pajak untuk tidak
melakukan penggelapan pajak, karena biasanya individu tersebut lebih mengutamakan
kepentingan pribadinya. Hal ini juga dipengaruhi dengan adanya peran account
representative yang disediakan oleh Negara sebagai konsultan yang mendampingi
Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan dengan tujuan dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya penggelapan pajak sehingga presepsi wajib pajak
mengenai sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap tindakan etika penggelapan
pajak. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Elmiza, dkk (2014) yang menunjukan
bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara sistem perpajakan terhadap
persepsi etis penggelapan pajak.
Pajak untuk merasa takut atau jera terhadap tindakan penggelapan pajak. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa & Kiswanto
(2014) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak (tax evasion). Namun menolak
penelitian Alm & Malézieux (2020), Ardian & Pratomo (2015), Prisantama &
Muqodim (2016) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan anatara
pemeriksaan pajak terhadap penggelapan pajak (tax evasion).
Informasi perpajakan tidak mempengaruhi tindakan etika penggelapan pajak. Hasil ini
sejalan dengan penelitian (Friskianti & Handayani, 2014) yang menunjukkan bahwa
teknologi sistem perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap tax evasion. Hal ini tidak
sejalan dengan Ardyaksa & Kiswanto (2014) yang menunjukkan bahwa teknologi
sistem perpajakan memiliki pengaruh terhadap tax evasion.
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh machiavellian, love of
money, sistem perpajakan, tarif pajak, pemeriksaan pajak, diskriminasi pajak, serta
teknologi dan informasi perpajakan terhadap persepsi etis penggelapan pajak pada
wajib pajak badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ternate. Hasil
kesimpulan yang didapat adalah sifat Machiavellian tidak berpengaruh terhadap
persepsi etis penggelapan pajak, karena tindakan tidak etis yang dilakukan dapat
didasari oleh faktor eksternal. Hal ini sejalan dengan teori atribusi yang menjelaskan
bahwa perilaku seseorang bisa berasal dari internal dan eksternal, yang berarti
seseorang berperilaku bukan karena keinginan sendiri tapi adanya desakan yang tidak
bisa dikontrol oleh seseorang. Sifat love of money berpengaruh positif terhadap
persepsi etis penggelapan pajak. Bagi seseorang yang menganggap kewajiban pajaknya
sebagai sebuah tindakan yang tidak bermanfaat terhadap dirinya mengakibatkan
kerugian akibat dari pengenaan pembayaran pajak merupakan bentuk tingkat kecintaan
uang yang tinggi pada wajib pajak. Sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap
persepsi etis penggelapan pajak. Menurut theory of planned behaviour sebagus apapun
penerapan dalam sistem perpajakan belum tentu dapat mempengaruhi wajib pajak
untuk tidak melakukan penggelapan pajak, karena biasanya individu tersebut lebih
mengutamakan kepentingan pribadinya. Tarif pajak tidak berpengaruh terhadap
persepsi etis penggelapan pajak. Artinya tinggi atau rendahnya tarif pajak yang diatur
oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi seseorang untuk tidak melakukan
penggelapan pajak. Pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap persepsi etis
penggelapan pajak. Hal ini dikarenakan pada kenyatannya, pengawasan yang dilakukan
pemerintah tidak dapat membuat wajib pajak untuk merasa takut atau jerah terhadap
tindakan penggelapan pajak. Diskriminasi pajak berpengaruh positif terhadap persepsi
etis penggelapan pajak. Artinya semakin individu merasa terdiskriminasi maka
inidividu tersebut akan cenderung melakukan tindakan penggelapan karena individu
tersebut memandang sebagai perilaku yang wajar, begitupun sebaliknya. Teknologi dan
informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap persepsi etis penggelapan pajak
dikarenakan pemanfaatan teknologi informasi belum dimanfaatkan dengan baik oleh
wajib pajak sehingga penggelapan pajak cenderung dilakukan.
60 | J I P A K 2 0 2 1
Implikasi
Diharapkan dengan adanya penelitian ini penentu kebijakan, dalam hal ini adalah
pemerintah dapat bekerjasama dengan organisasi terkait mengadakan seminar atau
pelatihan terkait dengan pemahaman pajak. Sifat-sifat egoism individu yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi para wajib pajak dapat dikurangi melalui sosialisasi
pajak sehingga dapat mengurangi penggelapan pajak,
Saran
Penelitian ini mengalami kendala dalam penyebaran kuisioner, sehingga beberapa
saran dari peneliti sebagai pengembangan penelitian ke depan agar hasil penelitian
dapat lebih baik adalah peneliti berikutnya disarankan dapat memperluas jangka waktu
penelitian atau dapat menggantinya dengan wajib pajak orang pribadi serta menambah
populasi penelitian bukan hanya Wajib Pajak yang terdaftar di Kota Ternate. Di
samping itu untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat menambah variabel
independen lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi penggelapan pajak, misalkan
latar belakang keluarga dan pendidikan serta kompetensi dari para wajib pajak sebagai
responden.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, V., & Sari, P. (2017). Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, dan
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. 6(2).
Aziz, T. I., & Taman, A. (2015). Pengaruh Love Of Money dan Machiavellian
Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Nominal, IV(2), 31–44.
Budiarto, D. S., Nurmalisa, F., & Yennisa. (2017). Hubungan Antara Religiusitas Dan
Machiavellian Dengan Tax Evasion: Riset Berdasarkan Perspektif Gender.
Telaah Bisnis, 17(2), 145–168. Retrieved from
http://journal.stimykpn.ac.id/index.php/tb/article/view/54/42
Chaironisyah, R. W. (2018). Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak
orang pribadi mengenai etika atas penggelapan pajak (tax evasion). Universitas
Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ekaningtyas, R. M. (2020). Persaingan Dan Diskriminasi Upah Gender Di Industri.
17(2), 168–175.
Ervana, O. N. (2019). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Keadilan Pajak Dan Tarif Pajak
Terhadap Etika Penggelapan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Klaten). Akuntansi Pajak, 1(1), 80–92.
https://doi.org/10.24964/japd.v1i1.802
Farhan, M., Helmy, H., & Afriyenti, M. (2019). Pengaruh Machiavellian Dan Love Of
Money Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak Dengan Religiusitas Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1), 470–486.
Fitriyanti, I., Fauzi, A., & Armeliza, D. (2017). Pengaruh Ketepatan Pengalokasian,
Teknologi dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi Terhadap Penggelapan
Pajak (Tax Evasion). Ilmiah Wahana Akutansi, 12(01), 84–104.
Friskianti, Y., & Handayani, B. D. (2014). Pengaruh Self Assessment System,
Keadilan, Teknologi Perpajakan, dan Ketidakpercayaan Kepada Pihak Fiskus
Terhadap Tindakan Tax Evasion. Accounting Analysis Journal, 3(4), 457–465.
Górecki, M. A., & Letki, N. (2020). Social Norms Moderate the Effect of Tax System
on Tax Evasion: Evidence from a Large-Scale Survey Experiment. Journal of
Business Ethics, (2003). https://doi.org/10.1007/s10551-020-04502-8
Gumus, E., & Oz Yalama, G. (2013). Determinants of Tax Evasion Behavior:
Empirical Evidence from Survey Data Open economy and fiscal policy View
project Determinants of Tax Evasion Behavior: Empirical Evidence from Survey
Data. International Business and Management.
Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2020). Perpajakan (Konsep, Aplikasi, Contoh,
dan Studi Kasus) (3rd ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Handyani, A., & Cahyonowati, N. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. Diponegoro Journal Of
Accounting, 3(3), 1–7.
Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations. New York: Wiley.
Indriyani, M., Nurlaela, S., & Wahyuningsih, E. M. (2016). Pengaruh Keadilan, Sistem
Perpajakan, Diskriminasi dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion. Prosiding
Seminar Nasional IENACO, 818–825.
Ismarita, G. (2018). Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi,
Diskriminasi dan Sistem Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi, 1(1), 1–15. Retrieved from
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/21090/20410
62 | J I P A K 2 0 2 1
King, W. R., & He, J. (2006). A meta-analysis of the technology acceptance model.
Information and Management, 43(6), 740–755.
https://doi.org/10.1016/j.im.2006.05.003
Lau, T. C., Choe, K. L., & Tan, L. P. (2013). The moderating effect of religiosity in the
relationship between money ethics and tax evasion. Asian Social Science, 9(11),
213–220. https://doi.org/10.5539/ass.v9n11p213
Lenggono, T. O. (2019). Pengaruh Tarif Pajak, Teknologi Dan Informasi Perpajakan,
Terdeteksi Kecurangan, Dan Ketepatan Pengalokasian Pajak Terhada Tax
Evasion. Jurnal Sosoq, 7(1), 43–50. Retrieved from
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akuntansi/article/view/13915
McGee, R. W. (2006). Three views on the ethics of tax evasion. Journal of Business
Ethics, 67(1), 15–35. https://doi.org/10.1007/s10551-006-9002-z
Mira, & Khalid, A. (2016). Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan
Terhadap Tax Evasion dengan Moralitas Pajak sebagai Variabel Moderat pada
KPP Pratama Makassar Utara. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, II(1), 89–107.
Modugu, K. P., & Omoye, A. S. (2014). an Appraisal of Personal Income Tax Evasion
in Nigeria. Asian Economic and Financial Review, 4(1), 33–40.
Moss, J. (2005). Race Effects on the Employee Assessing Political Leadership: A
Review of Christie and Geis’ (1970) Mach IV Measure of Machiavellianism.
Journal of Leadership & Organizational Studies, 11(2), 26–33.
https://doi.org/10.1177/107179190501100204
Paramita, A. . M. P., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Pengaruh Sistem Perpajakan,
Keadilan, Dan Teknologi Perpajakan Pada Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udanaya, 17(2), 1030–1056.
Permatasari, I., & Laksito, H. (2013). Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak
(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan). Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.
Pohan, H. T. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin Q, Akrual
Pilihan, Tarif Efektif Pajak, dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap Penghindaran
Pajak Pada Perusahaan Publik. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan
Keuangan Publik, 4(2), 113–135.
Pratiwi, E., & Prabowo, R. (2019). Keadilan dan Diskriminasi Pajak Terhadap
Penggelapan Pajak: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi. AFRE (Accounting and
Financial Review), 2(1), 8–15. https://doi.org/10.26905/afr.v2i1.3008
Prisantama, A., & Muqodim. (2016). The Influences of the Tax System, Tax Rate, Tax
Audit and Tax Discrimination on Tax Evasion by Body Taxpayer. The Indonesian
Journal of Accounting Research, 19(2), 161–184. Retrieved from http://www.ijar-
iaikapd.or.id/index.php/ijar/article/view/408/76
Purwanto, Sulaeha, T., & Safira, H. (2018). Pengaruh Self Assessment System Dan
Pemeriksaan Pajak Terhadap Tax Evasion (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang). Ekspansi, 10(2), 139–146.
Richardson, G. (2006). Determinants of tax evasion: A cross-country investigation.
Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 15(2), 150–169.
https://doi.org/10.1016/j.intaccaudtax.2006.08.005
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2018). Essentials of Organizational Behavior
(Fourteenth Edition). In Journal of Chemical Information and Modeling.
J I P A K 2 0 2 1 | 63