: Laporan Kasus
Abstrak
Perdarahan pasca persalinan adalah keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui persalinan per vaginam, atau >1000
ml pada seksio caesarea setelah melahirkan. Salah satu penyebab perdarahan pasca persalinan yang paling umum ialah atonia
uteri. Atonia uteri mengacu pada kontraksi yang tidak memadai dari sel-sel miometrium korpus uteri sebagai respon terhadap
pelepasan oksitosin endogen. Atonia uteri merupakan keadaan lemahnya tonus rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir dan merupakan kegawatdaruratan
dalam kasus obsterti. Ny. RF, P3A0 usia 36 tahun, datang ke IGD RS Abdul Moeleok dengan perdarahan pasca persalinan sejak ±
2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien melahirkan secara pervaginam ditolong oleh bidan dan mengalami perdarahan
pasca persalinan. Pada pemeriksaan obstetri, tinggi fundus uteri didapatkan setinggi pusat dan teraba lembek disebabkan
oleh tidak adanya kontraksi uterus yang adekuat (atonia uteri) pasca persalinan. Pasien diberikan tatalaksana berupa
resusitasi cairan, oksitosin dan misprostol dan perdarahan teratasi.
Korespondensi: Alandra Rizhaqi Vastra, alamat: Jl. Abdul Muis 8 No. 9A Bandar Lampung. email: arvastra.md@gmail.com.
Nomor HP: 081368044228
hidung, mulut, leher, jantung dan paru pasien sebagai berkurangnya/tidak adanya kontraksi
dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri, uterus yang adekuat setelah lepasnya plasenta.
tinggi fundus uteri didapatkan setinggi pusat dan Atonia uteri menjadi penyebab paling sering
teraba lembek. Pemeriksaan inspekulo kematian ibu oleh perdarahan pasca persalinan
menunjukkan portio livid dengan posisi yaitu sekitar 75-90%.5 Atonia uteri bisa
anterior, OUE tertutup, fluxus (-), perdarahan disebabkan karena overdistensi uterus
aktif (-). Pasien diberikan uterotonika berupa (polihidramnion, bayi kembar, makrosomia),
oksitosin 10 UI secara drip 30 tetes per menit kelelahan (proses melahirkan yang lama), atau
dalam Ringer Lactate 500 cc dan tablet tidak bisa kontraksi karena tokolitik atau
misoprostol 3x200 mcg per rectal dan anastesi general.6 Pada pendarahan pasca
pendarahan teratasi. persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
Pasien melakukan pemeriksaan darah biasanya ditemukan uterus yang lembut dan
lengkap dan diperoleh nilai hemoglobin 9,4 pendarahan pervaginam.6 Hematom bisa timbul
gr/dL; leukosit 21.700 /uL; eritrosit 3,1 juta/uL; sebagai nyeri atau perubahan tanda vital yang
hematokrit 28%; trombosit 250.000/mL; MCV tidak sesuai dengan kehilangan darah.11
90 fL; MCH 31 pg; MCHC 34 g/dL; CT 10 menit; Hematom retroperitoneal dapat timbul 24 jam
BT 3 menit; kalsium 7,6 mg/dL; klorida 106 pasca melahirkan dan bisa disertai dengan
mmol/L. demam, ileus, nyeri paha, dan edem
ekstremitas inferior.6
Pembahasan Diagnosis atonia uteri dapat ditegakkan
Pasien datang dengan keluhan apabila terdapat perdarahan aktif, banyak dan
perdarahan setelah melahirkan pervaginam ± 2 bergumpal, dan pada palpasi didapatkan fundus
jam sebelum masuk rumah sakit. Pada uteri masih setinggi atau diatas pusat dengan
pemeriksaan fisik pasien didapatkan kesadaran kontraksi yang lembek setelah plasenta lahir.3
komposmentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, Adanya kehilangan darah yang lebih banyak dari
frekuensi nadi 92x/menit, suhu 36,7 oC, status biasanya dan adanya uterus yang lembek dan
generalis pasien didapatkan kepala, hidung, membesar yang mungkin terdapat darah di
mulut, leher, jantung, dan paru pasien dalam dalamnya. Pada bagian fundus memiliki
batas normal. Pada pemeriksaan obstetri, tinggi kontraksi yang lebih baik dibandingkan dengan
fundus uteri didapatkan setinggi pusat dan segmen bawah Rahim yang mengalami dilatasi
teraba lembek. Pasien diberikan uterotonika dan atonia. Kondisi tersebut dapat diketahui
berupa oksitosin 10 UI secara drip 30 tetes per melalui pemeriksaan vaginal toucher.8
menit dalam Ringer Lactate 500 cc dan tablet Gejala yang dialami oleh pasien yaitu
misoprostol 3x200 mcg per rectal dan segera setelah persalinan selesai terjadi
pendarahan teratasi. perdarahan yang menyembur dan perdarahan
Perdarahan pasca persalinan adalah terjadi secara terus menerus mengalir dari jalan
keadaan kehilangan darah >500 ml melalui lahir dan uterus teraba lembek. Faktor
persalinan per vaginam, atau >1000 ml pada predisposisi perdarahan pasca persalinan akibat
seksio caesarea setelah melahirkan.6,7 atonia uteri adalah regangan rahim berlebihan
Perdarahan pasca persalinan berdasarkan onset karena kehamilan gemelli, polihidramnion, atau
terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu early anak terlalu besar, fibroid uterus, adanya
hemorrhagic post partum (perdarahan terjadi indikasi infus MgSO4, penggunaan oksitosin
segera setelah persalinan) dan late hemorrhagic secara terus menerus, pengeluaran plasenta
post partum (perdarahan terjadi lebih dari 24 secara manual, pemberian anestesia yang
jam hingga 12 minggu pasca persalinan). dalam, usia ibu >35 tahun, kelelahan karena
Perdarahan pasca persalinan primer disebabkan persalinan lama atau persalinan kasep, partus
oleh 4T, yaitu tonus (atonia uteri), tissue precipitatus, kehamilan grande-multipara, ibu
(retensio plasenta dan bekuan darah), trauma dengan keadaan umum yang tidak baik,
(robekan jalan lahir), dan thrombin (gangguan terdapat tanda anemis, menderita penyakit
pembekuan darah).1,2,5,9 kronik, mioma uteri yang mengganggu kontraksi
Atonia uteri merupakan penyebab umum rahim, korioamnionitis, dan ada riwayat pernah
pendarahan pasca persalinan yang didefinisikan atonia uteri sebelumnya. Faktor risiko lainnya
yaitu adanya sisa jaringan plasenta yang 1 jam pasca persalinan, waspadai dengan tanda-
tertinggal, gangguan perlekatan plasenta, tanda awal syok hipovolemik dan pertahankan
plasenta previa, solusio plasenta, koagulopati, akses IV sampai 24 jam pasca persalinan.13
dan inversion uteri, serta adanya BMI yang Untuk mengurangi risiko perdarahan pasca
meningkat (>40 kg/m2).8,10 Faktor risiko yang persalinan pada seksio sesaria elektif berikan
terdapat pada pasien yaitu usia ibu >35 tahun infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc kristaloid.12
dan bayi besar yaitu dengan berat badan 3.700 Risiko perdarahan pasca persalinan dapat
gram. dikurangi dengan pengenalan tanda awal
Manifestasi klinis perdarahan pasca hematom pasca persalinan. Tanda – tandanya
persalinan berdasarkan gejala fisik dan jumlah yaitu nyeri yang berlebihan atau persisten, syok
kehilangan darahnya dibagi menjadi syok hipovolemik tidak sesuai dengan perdarahan
tekompensasi, syok derajat ringan, sedang, dan yang terlihat, rasa tekanan pada pelvis atau
berat. Derajat syok terkompensasi bila tekanan retensio urin. Resusitasi dapat dilakukan
darah sistol normal, tanda dan gejala palpitasi, keperluan dan pemeriksaan vaginal/rektal
pusing, takikardi, dan estimasi kehilangan darah dilakukan untuk menentukan lokasi dan
500 – 1.000 ml. Syok derajat sedang apabila perluasan dan pertimbangan transfer ke ruang
tekanan darah sistol 80 – 100 mmHg, tanda dan operasi untuk evakuasi bekuan, repair primer
gejala kelemahan, berkeringat, takikardi, dan dan/atau hemostasis pembuluhan darah.
estimasi kehilangan darah 1.000 – 1.500 ml. Penentuan klasifikasi kehamilan risiko
Syok derajat sedang apabila tekanan darah rendah dan risiko tinggi harus diperhatikan
sistol 70 – 80 mmHg, tanda dan gejala gelisah, untuk memudahkan penyelenggara pelayanan
pucat, oliguria, dan estimasi kehilangan darah kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu
1.500 – 2.000 ml. Syok derajat berat apabila hamil saat perawatan antenatal dan
tekanan darah sistol 50 – 70 mmHg, tanda dan melahirkan. Antisipasi terhadap pencegahan
gejala anuria dan penruunan kesadaran, serta perdarahan pasca persalinan dapat dilakukan
estimasi kehilangan darah 2.000 – 3.000 ml.12 dengan persiapan sebelum hamil untuk
Pasien ini memiliki tekanan darah 110/70 memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
mmHg dan nadi 92x/menit dengan keadaan setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain
umum tampak sakit sedang dan kesadaran sehingga pada saat hamil dan persalinan, pasien
kompos mentis sehingga pasien tidak tersebut ada dalam keadaan optimal.
mengalami syok. Mengenali faktor predisposisi perdarahan pasca
Untuk menurunkan risiko perdarahan persalinan seperti multiparitas, anak besar,
pasca persalinan yaitu memastikan plasenta hamil kembar, polihidramnion, bekas seksio
lahir lengkap, lakukan penjahitan robekan sesaria, adanya riwayat perdarahan pasca
perineum dan vagina, menilai tonus uterus tiap persalinan sebelumnya, dan kehamilan risiko
15 menit hingga 30 menit, dan masase jika tonus tinggi lainnya. Persalinan harus selesai dalam
kurang adekuat, serta ajarkan pasien untuk waktu 24 jam dan pencegahan partus lama.
masase. Mendukung secara aktif untuk Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di
berkemih segera setelah melahirkan dan fasilitas rumah sakit rujukan. Kehamilan risiko
mendukung pelepasan oksitosin alamiah rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan
dengan menjaga pasien tetap hangat dan terlatih untuk menghindari persalinan dukun,
tenang, membantu pemberian ASI segera, serta dan menguasai langkah-langkah pertolongan
memfasilitasi kontak kulit-kulit ibu dengan pertama menghadapi perdarahan pasca
bayi.12 persalinan dan mengadakan rujukan
3
Pada ibu dengan risiko perdarahan pasca sebagaimana mestinya.
persalinan antepartum atau intrapartum, Rekomendasi observasi pasca persalinan
pengurangan risiko dapat dilakukan dengan menurut POGI pada 2016 disebutkan bahwa
pertimbangkan profilaksis infus oksitosin pasca untuk persalinan normal risiko rendah, dalam 2
persalinan. Inisiasi menyusui dini membatasi jam pertama pasca persalinan yaitu memantau
penggunaan profilaksis misoprostol per rektal temperatur dalam 1 jam pertama, nadi,
sebagai lini kedua terapi perdarahan pasca respirasi, tekanan darah sebanyak 1x, penilaian
persalinan. Lalu observasi tiap 15 menit hingga fundus/lokia tiap ¼ - ½ jam, penilaian nyeri,
output urine dalam 2 jam pertama, jika ada laparotomi dengan pilihan bedah konservatif
indikasi lanjutkan monitor nadi, respirasi, dan (mempertahankan uterus) atau melakukan
tekanan darah. Observasi pasca persalinan pada histerektomi. Alternatifnya berupa: ligase arteri
perempuan risiko tinggi selama 1 jam pasca uterine, atau arteria ovarika, operasi ransel B
persalinan yaitu periksa temperatur setiap ½ Lynch, histerektomi supravaginal, dan
3
jam, nadi, respirasi, tekanan darah setiap ¼ jam histerektomi total abdominal.
atau sesuai indikasi, penilaian fundus/lokia tiap Penanganan untuk perdarahan pasca
¼ - ½ jam, penilaian nyeri, output urine dalam 2 persalinan sangat menentukan keselamatan ibu
jam pertama, setelah jam pertama, lanjutkan setelah persalinan. Pada tahun 2011, WHO
sesuai indikasi klinis.12 mengeluarkan “Priority Medicines for Maternal
Penatalaksanaan perdarahan pasca and Child Health” yang termasuk di antaranya
persalinan dilakukan dengan prinsip adalah obat uterotonika untuk penanganan
‘HAEMOSTASIS’, yang terdiri atas ask for help, perdarahan pasca persalinan karena atonia
assess (vital parameter, blood loss) and uteri (Tabel 1).12 Uterotonika yang dapat
resuscitate, establish aetiology, ensure digunakan berupa misoprostol, oksitosin,
availability of blood, echolics (oxytocin, methyl-ergometrine dan ergometrine-oxytocin.
ergometrin, or syntometrine bolus IV/IM), Penelitian di India membandingkan
massage the uterus, oxytocin infusion/ penggunaan misoprostol, oxytocin, methyl-
prostaglandin IV/per-rectal/IM/ intramyome- ergometrine dan ergometrine-oxytocin untuk
trial, shift to theathre-exclude retained products mengurangi perdarahan, dengan methyl-
and trauma/bimanual compression, tamponade ergometrine merupakan obat yang paling
balloon/uterine packing, apply compression efektif.10 Namun, penggunaan ergometrine
sutures-B-Lynch/modified, systematic pelvic telah dibatasi karena efek sampingnya sehingga
devascularization – uterine /ovarium/ oksitosin menjadi uterotonika yang paling
quadruple / internal iliac / interventional disarankan. Misoprostol oral (prostaglandin E1
radiologis, if appropriate, uterine artery analog) digunakan sebagai alternatif
embolization, subtotal/total abdominal penanganan perdarahan pasca persalinan
12
hysterectomy. akibat atonia uteri. Berdasarkan data tahun
Pada pasien atonia uteri, dapat dilakukan 2010 di Nigeria, tidak ada perbedaan yang
penatalaksanaan yaitu dengan sikap signifikan antara pemberian oral misoprostol
Tredelenburg, memasang venous line, dan dan oksitosin per intramuskular. Keduanya
memberikan oksigen, sekaligus merangsang dinyatakan memiliki efektifitas yang sama untuk
kontraksi uterus dengan cara masase fundus penanganan perdarahan pasca persalinan.14
uteri dan merangsang puting susu, pemberian Memilih uterotonika yang sesuai dan
oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan melakukan pemijatan uteri adalah langkah awal
IM/IV/SC, memberikan derivat prostaglandin yang baik. Selanjutnya, cara pemberian dan
F2α (carboprost tromethamine) yang kadang dosis pemberian juga harus diperhitungkan
memberikan efek samping barupa diare, dengan tepat (Tabel 2).
hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardia,
pemberian misoprostol 800 – 1.000 µg per Tabel 1. Obat-obatan untuk untuk pendarahan pasca
rektal, kompresi bimanual eksternal dan/atau persalinan12
internal, kompresi aorta abdominalis, Obat Sediaan Obat
pemasangan “tampon kondom”, kondom dalam Oksitosin Injeksi 10 UI atau 10
UI/ml
kavum uteri disambung dengan kateter,
Misoprostol Tablet
difiksasi dengan karet gelang dan diisi cairan Sodium chloride Injeksi
infus 200 ml yang akan mengurangi perdarahan Sodium lactate (Ringer’s Injeksi
dan menghindari tindakan operatif. Namun, Lactate) (Hartman’s)
tindakan memasang tampon kasa utero-vaginal
tidak dianjurkan dan hanya bersifat temporer Tabel 2. Pilihan Uterotonika dan Dosis3
sebelum tindakan bedah ke rumah sakit Obat Dosis
rujukan. Bila semua tindakan itu gagal, maka Oksitosin Bolus 0.5-1 unit, infus
dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operatif 20-160 unit/liter