Yang dimaksud dengan perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam setelah persalinan berlangsung.
Haemorragic post partum (HPP) biasanya kehilangan darah > 500 ml selama atau setelah
melahirkan.(Marylin E Doengoes, 2001)
Penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir.
1. Faktor penyebab
· Atonia uteri (> 75% ), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta, 2002)
· Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh
robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi
ditempat : robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perinium
· Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam rahim baik sebagian atau
seluruhnya)
· Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan
perkirakan banyaknya darah yang keluar
· Berikan oksitosin (10 IU IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV)
· Siapkan darah untuk transfuse, ambil darah untuk cross cek, berikan NaCl 11/15 menit apabila
pasien mengalami syok (pemberian infuse sampai sekitar 3 Lt untuk mengatasi syok)
· Jika perdarahan pesisten dan uterus tetap rileks, lakuka kompresi bimanual
· Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka lakukan pemeriksaan pada
vagina dan serviks untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan ersebut
· Jika ada indikasi yang mungkin terjadi infeksi diikuti dengan demam, menggigil, lokhea yang berbau
busuk, segera berikan anibiotic berspektrum luas
B. Syok Obstetrich
Suatu keadaan klinis yang akut pada seorang penderita, yang bersumber pada
berkurangnya perfusi jaringan dengan darah, akibat gangguan pada sirkulasi mikro.
· Anemia
· Gangguan gizi
· Siapkan diri deng keyakinan bahwa kita telah benar mendeteksi penyebab syok
· Hentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah, pasien diposisikan trendelenberg, jangan
sampai kedinginan, jaga jalan nafas dengan possi dan melonggarkan pakaian pasien lalu berikan
oksigen 100% kira-kira 51/menitmelalui jalan nafas
· Berikan infuse NaCl 0,9 % RL, dekstran, plasma, dan sebagainya dengan memasang tekanan vena
pusat (CVP) dan keadaan dieresis untuk mengukur keluar masuk cairan dengan cepat
· Perhatikan kelancaran ventilasi, kemudian berikan oksigen diberikan dengan masker, jika perlu
gunakan pipa endotrakial atau trakeotomi (dilakukan oleh dokter) serta oksigenasi 100%
· Ibu harus mendapatkan cukup cairan dengan larutan garam 0,9% RL, dekstran dan sebagainya
dengan menggunakan CVP
· Berikan antibiotik berpektrum luas dan dosis tinggi secara intravena sebelum jenis kuman diketahui
(sesuai instruksi dokter)
· Pemberian glukortikoid besar manfaatnya pada penderita ini misalnya dexamethason 3 m/kg berat
badan, suntikan jika perlu diulangi 4 jam kemudian
Umumnya, ketika data dari Ethiopia untuk tahun 1980-1999 dibandingkan dengan laporan
1
WHO untuk Sub Sahara Afrika pada tahun 1992, proporsi kematian ibu akibat aborsi (31% vs 33%)
dan gangguan hipertensi (7% vs 6%) hampir konsisten. Namun, ada lebih dari perbedaan ganda
dalam proporsi kematian ibu akibat perdarahan (12% vs 25%) dan tenaga kerja terhambat dengan
atau tanpa ruptur uteri (29% vs 13%).
WHO analisis penyebab kematian ibu di Afrika oleh Khan KS et al 2 untuk 1996-2002 muncul
sebanding dengan data dari Ethiopia untuk tahun 2000-2012 dengan interval kepercayaan 95%,
dengan pengecualian tenaga kerja terhambat: perdarahan 34% (13% -44%), persalinan macet 4%
(0,0-10%), gangguan hipertensi 9% (2% -34%), sepsis / infeksi 10% (10% -13%) dan aborsi 4% ( 0,0-
24%). Singkatnya, persalinan macet dengan atau tanpa ruptur uteri menyumbang lebih dari tiga kali
lipat dari kematian ibu di Ethiopia dari perkiraan untuk seluruh Afrika.
Ulasan ini memiliki keterbatasan. Karena pengaturan untuk sebagian besar studi berbasis
rumah sakit yang cukup berbeda, sulit untuk menarik kesimpulan mengacu pada bangsa. Di atas
semua, karena kurangnya pelaporan, bahkan di rumah sakit dan sifat retrospektif sebagian besar
studi, proporsi kematian ibu disebabkan satu jenis penyebab langsung mungkin tidak mencerminkan
besarnya sebenarnya dari masalah.
Kesimpulannya, ulasan ini mengidentifikasi beberapa kisah sukses mengurangi aborsi dan
infeksi terkait kematian ibu. Namun, terhambat tenaga kerja, perdarahan dan hipertensi terkait
kematian ibu yang semakin tinggi. Dari literatur 3,4 , komplikasi obstetri yang fatal adalah hasil dari
kurangnya atau keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan kebidanan. Sejak tenaga kerja
terhambat, perdarahan dan hipertensi diidentifikasi sebagai penyebab utama kematian ibu di
fasilitas kesehatan, harus fokus pada membantu para ibu yang muncul di fasilitas kesehatan awal.
REFERENSI
2. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gülmezoglu AM, Van Look PFA. WHO analysis of causes of
maternal death: a systematic review. Lancet. 2006;367:1066–1074.
4. Abe E, Omo-Aghoja LO. Maternal mortality at the Central Hospital, Benin City Nigeria: a ten year
review. Afr J Reprod Health. 2008;12(3):17–26.
1 komentar:
1.
Sudah baik, tpai perlu lebih banyak baca dan menulis ya dek, spy karya kamu akan
semakin baik dan kamu juga akan semakin pintar.
Nanti kita belajar bersama cara menulis artikel ilmiah yang baik dan benar.
Tetap semangat belajar dan berbagi, God belss :-)
Balas
Beranda
Diberdayakan oleh Blogger.