Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL


DOSEN: INDAH NURFAZRIAH, M.KEB

Universitas Faletehan

RIKA AMELIA
6021032068

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
TAHUN 2021-2022
ANALISA KASUS!

Ny. M P5A0 telag anda tolong persalinannya 2 jam yang lalu. Saat anda melakukan observasi
Ny. M mengeluh pusing dan keluar darah dari kemaluan banyak. Apa yang anda lakukan sebagai
seorang Bidan?

Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu pasca persalinan. Semua
wanita yang melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu beresiko untuk mengalami
perdarahan post partum dan gejala sisanya. Meskipun angka kematian ibu telah sangat menurun
di negara maju, kasus ini tetap menjadi penyebab utama kematian ibu di tempat lain.

Angka kematian ibu terkait kehamilan di Amerika Serikat adalah sekitar 7-10 wanita per 100.000
kelahiran hidup dan statistik menunjukkan bahwa sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh
perdarahan postpartum. Di negara berkembang, angka kematian ibu dapat melebihi 1000 wanita
per 100.000 kelahiran hidup, sementara itu di Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012  angka kematian ibu adalah sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 25% kematian ibu
terjadi karena disebabkan oleh perdarahan postpartum, yang mencapai 100.000 kematian ibu per
tahun, dan American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) memperkirakan
terjadi 140.000 kematian ibu per tahun atau 1 wanita setiap 4 menit.

Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah
persalinan vaginal atau lebih dari 1000 mL setelah sesar. Perdarahan postpartum primer terjadi
dalam 24 jam pertama setelah persalinan, sementara perdarahan postpartum sekunder adalah
perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah
persalinan. Perkiraan kehilangan darah saat melahirkan 500 ml bersifat subjektif dan umumnya
tidak akurat. oleh karena itu, suatu penelitian menyarankan menggunakan 10% penurunan
nilai hematokrit untuk menentukan adanya perdarahan postpartum
Cara Menangani Perdarahan Post Partum

Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum secara sistematis terdapat dua tingkat
penatalaksanaan yaitu tatalaksana umum dan tatalaksana khusus.

1. Tatalaksana Umum

 Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara simultan


 Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
 Apabila menemukan tanda-tanda syok, penatalaksanaan syok
 Memberikan oksigen.
 Memasang infus intravena dengan jarum besar
 Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat)
sesuai dengan kondisi ibu.
 Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.
 Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.
 Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah
cairan yang masuk.
 Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
 Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri.
 Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina).
 Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
 Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan
anemia berat
 Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab
2. Tatalaksana Khusus

 Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus
oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
 Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual secara hati-hati
 Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
 Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan dinding vagina lakukan
penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks lakukan penjahitan secara kontinu
dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit
 Gangguan Pembekuan Darah : Memberikan transfusi darah lengkap segar untuk
menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
 Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit,
apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan
dapat melakukan operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil
dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total.
 Ruptura uteri : Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi
untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat
dilakukan histerektomi sub total hingga total.

Anda mungkin juga menyukai