Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Blok Uropoetika dan Reproduksi 2


POST PARTUM, KURETAGE

OLEH:
Fairuz Din Sukowati
201810330311084
Kelompok Skill 9

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
Definis perdarahan postpartum
Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml atau lebih
setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan pervaginam atau 1000 ml atau
lebih pada persalinan seksio sesarea. Definisi ini dirasakan terlalu sederhana apabila dikaitkan
dengan adanya pertambahan volume plasma darah yang normal pada kehamilan yaitu rata-rata
sebesar 30 – 60% atau 1500 – 2000 ml selama kehamilan. Oleh karena itu pengukuran kadar
hematokrit sangat penting menilai jumlah perdarahan yang terjadi selain pengukuran secara
kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit turun sebesar 3% itu berarti sudah
terjadi kehilangan darah sebanyak pertambahan volume darah kehamilan normal (30-60%)
ditambah dengan 500 ml.
Etiologi perdarahan postpartum
Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4 T yaitu tone (tonus; atonia
uteri), tissue (jaringan; retensio plasenta dan sisa plasenta), tears (laserasi; laserasi perineum,
vagina, serviks dan uterus) dan thrombin (koagulopati; gangguan pembekuan darah). Atonia
uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum yaitu sebesar 70% dan sekaligus
penyebab utama kematia maternal. Trauma seperti laserasi, ruptura uteri dll. sebesar 20%, tisuue
(jaringan) seperti retensio plasenta, sisa plasenta sebesar 10% serta thrombin (koagulopati) atau
gangguan pembekuan darah seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), thombotic
thrombocytopenic purpura, penyakit von Willebrand dan hemofilia, menyumbang 1% sebagai
penyebab PPH.
Klasifikasi perdarahan postpartum.
Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml. Perdarahan
mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat >2000 ml Pembagian lain
menurut Sibai adalah perdarahan ringan (mild) apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat
(severe) > 1500 ml, dan massif > 2500 ml.
Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum primer { primary
post partum haemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama postpartum,
sedangkan sekunder (secondary post partum haemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi
setelah periode 24 jam sampai 6 minggu postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum
adalah atonia uteri.
Pengelolaan dan Penatalaksanaan
Manajemen aktif persalinan kala tiga terbukti mencegah terjadinya perdarahan
postpartum. Manajemen aktif persalinan kala tiga terdiri dari tiga tindakan yaitu injeksi oksitosin
segera setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dan masase uterus pasca kelahiran
plasenta.
Prosedur penanganan perdarahan postpartum dapat disingkat dengan HAEMOSTASIS
(Tabel 2). Tatalaksana ini terdiri dari tatalaksana awal diantaranya meminta bantuan, memasang
jalur intravena dengan kateter ukuran besar, mencari etiologi dan melakukan masase uterus.
Langkah selanjutnya yaitu memberikan obat-obatan berupa preparat uterotonika, diantaranya
oksitosin, metilergometrin, dan misoprostol. Oksitosin diberikan 10-20 unit dalam 500 mL NaCl
0,9% atau 10 unit intramuskular. Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1 diberikan
dengan dosis 600-1000 mcg dengan rute pemberian per oral, rektal atau vaginal.
Setelah memberikan obat-obatan, langkah selanjutnya adalah memberikan tatalaksana
konservatif non bedah, seperti menyingkirkan faktor sisa plasenta atau robekan jalan lahir,
melakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta abdominal, serta memasang tampon uterus
vagina dan kondom kateter. Langkah selanjutnya dari tatalaksana perdarahan postpartum adalah
melakukan tatalaksana konservatif bedah, yakni metode kompresi uterus dengan teknik B-Lynch,
devaskularisasi sistem perdarahan pelvis, atau embolisasi arteri uterina dengan radiologi
intervensi. Langkah terakhir adalah melakukan histerektomi subtotal atau total.
WHO membuat rekomendasi penanganan perdarahan postpartum yang kurang lebih sama
dengan langkah HAEMOSTASIS. Berikut penjabaran praktis upaya tatalaksana perdarahan
postpartum dan persiapan rujukan pada berbagai kondisi :
Pemantauan dan Manajemen Tim
Pemantauan yang tepat dan pengenalan dini serta usaha pencegahan agar tidak terjadi
perburukan pada kasus perdarahan postpartum sangat diperlukan. Ada beberapa sistem skoring
tanda klinis yang dapat digunakan sebagai tanda peringatan untuk memprediksi peristiwa kritis
yang tidak diharapkan, diantaranya national early warning score (NEWS) atau modified
obstetric warning scoring system (MEOWS).
Berdasarkan skor yang didapat, akan ditentukan frekuensi pemantauan serta respon yang
diperlukan. Berikut ialah sistem skoring NEWS :
Kuretasea

Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk mencegah
terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi (Sofian, 2011).Pendekatan transerviks pada
abortus bedah mensyaratkan bahwa serviks mula mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian
kehamilan di evakuasi dengan mengerok keluar secara mekanis isi (kuretase tajam), dengan
mengisap keluar isi (kuretase hisap), atau keduanya. Namun paling sering digunakan adalah
kuret hisap tapi memerlukan kanula kaku yang dihubungkan ke sumber vakum bertenaga listrik
(Cunningham, et al, 2014).

Tujuan Kuretase

Menurut Damayanti (2014) bahwa tujuan kuretase dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahimYaitu mengambil sedikit jaringan lapis
lendir rahim, sehingga dapat diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang
terjadi misalnya perdarahan pervaginam yang tidak teratur, perdarahan hebat,
kecurigaan akan kanker endometriosis atau kanker rahim, pemeriksaan
kesuburan/fertilitas.
2) Kuret sebagai terapi Bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran
kehamilan dengan cara mengeluarkan hail kehamilan yang telah gagal berkembang,
menghentikanperdarahan akibat mioma dan polip dari dalam rongga rahim,
menghentikan perdarahan akibat gangguan hormone dengan cara mengeluarkan
lapisan dalam mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran,
tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proes persalinan, hamil
anggur, menghilangkan polip rahim.

Manfaat Kuretase

Kuretase ini memiliki beberapa manfaat tidak hanya untuk calon ibu atau wanita yang
mengalami keguguran, namun juga beberapa hal lainnya untuk memeriksa masalah atau
kesehatan pada rahim, diantaranya adalah:

1) Membersihkan rahim sesudah keguguran.


2) Mendiagnosa keadaan tertentu yang ada pada rahim.
3) Pendarahan pervaginam yang tidak teratur.
4) Membersihkan jaringan plasenta yang tersisa sesudah proses persalinan di kemudian
hari.
5) Menghilangkan blighted ovum atau tidak ada janin dalam kandung telur.
6) Hamil anggur
7) Menghindari rahim tidak bisa kontraksi karena pembuluhdarah pada rahim tidak
menutup sehingga terjadi pendarahan.
8) Membersihkan sisa jaringan pada dinding rahim yang bisa menjadi tempat kuman
berkembang biak dan timbul infeksi.

Indikasi Kuretase

Menurut Supriyadi (1994), indikasi kuretase dibagi menjadi dua yaitu :

1) Diagnostik : Jaringan endometrium untuk diagnosis histologi


2) Terapeutik : Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau melahirkan,
mengangkat polip atau endometrium hiperplastik.

KURETASE PASCA PERSALINAN


REFERENSI

 Sibai, BM, 2011, Management of Acute Obstetric Emergencies, Elsevier Saunders.


 Saroyo, YB, 2019, Management of PPH Emergency (Latest Update), Proceeding Book PIT
POGI Surabaya 2019 in Collaboration with AOFOG.
 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Perdarahan Pasca-Salin, Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016.
 Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Rouse, DJ & Spong, CY 2014:
Williams Obstetrics 24th. ed. McGraw Hill Medical pp. 780 – 861.
 Poggi, SBH, Postpartum Hemorrhage & the Abnormal Puerperium in Decherney AH,
Nathan L,Laufer N, Roman AS, Eds. 2013, Current Diagnosis & Treatment 11 th edition, The
MacGaw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai