PENDARAHAN POSTPARTUM
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
MERY KRISNI SARAGIH
MASLINA
Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Anugrah-Nya serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah
“ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Pendarahan postpartum. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Maternitas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami dengan mata kuliah
Maternitas yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami dapat menambah
wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang studi kami pelajari. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyelesaian tugas ini.
Kami juga menyadari, bahwa tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran yang membangun agar tugas ini sesuai dan
bermanfaat bagi tugas kami.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................4
A. Definisi.................................................................................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis.................................................................................................................6
D. Patofisiologi..........................................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................8
F. Penatalaksanaan Klinis.........................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERWATAN SECARA TEORI..............................................................11
A. Pengkajian..............................................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Tujuan
C. Manfaat
4
BAB II
A. Definisi
Perdarahan post partum adalah keadaan dimana ibu mengalami perdarahan atau
keluarnya darah aktif yang melebihi 500 ml setelah melahirkan, (Puput wulandari, 2022).
Menurut WHO (2019) angka kematian ibu (AKI) di dunia yaitu sebanyak 303 jiwa, dimana
penyebab terbanyak kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu pendarahan,
hipertensi dalam kehamilan, infeksi, gangguan metabolic, dan lain lain (kemenkes RI 2019)’
Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml
atau lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan pervaginam atau
1000 ml atau lebih pada persalinan seksio sesare. (journal L. Simanjuntak, 2020)
B. Etiologi
Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4T yaitu (Nurfadillah mansyur,
2020)
1. TONE
Atonia uterus atau gagalnya uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah
pelahiran adalah penyebab perdarahan postpartum primer paling sering. Umumnya setelah
persalinan akan terjadi kontraksi yang berguna membantu untuk menekan pembuluh darah
yang yang menempel pada plasenta sehinggan tidak terjadi perdarahan. Apabila otot uterus
tidak cukup kuat berkontraksi maka akan terjadi perdarahan. Uterus yang mengalami distensi
berlebihan ataupun aktivitas uterus yang terlalu lemah, keduanya beresiko mengalami
perdarahan masif. Atonia uterus ini bisa terjadi baik setelah persalinan dengan pervaginam
normak, persalinan dengan vervaginam instrumental, maupun persalinan abdiminal. Aspek-
aspek yang berhubungan dengan atonia uterus antara lain kehamilan ganda atau kelahiran
janin dengan berat 4500 gram yang mengakibatkan distensi berlebihan, persalinan induksi
atau augmentasi lebih dari 18 jam, ras hispatik dan korioamnioniti, (Arulkumaran et,al 2012).
5
2. TRAUMA
Perdarahan yang dialami ibu melahirkan setelah plasenta lahir dengan lengkap dan
juga uterus berkontraksi dengan baik, bisa dipastikan bahwa perdarahan tersebut bersumber
dari jalan lahir yang mengalami perlukaan. Perlukaan ini bisa terjadi karena disebabkan
kesalahan-kesalahan ketika persalinan, yang mana pada saat persalinan operatif melalui
vagina ekstraksi vacum, embriotomi atau trauma yang berasal dari alat yang dipakai,
(Wiknjosastro,2010).
Hematoma dan laserasi (robekan) pada perinium, vagina atau serviks yang disebabkan
karena trauma persalinan dan mengakibatkan kehilangan darah secara signifkan. Cedera
yang jarang terjadi adalah inversi uterus (keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk kedalam kavum uteri), biasanya disebabkan karena tarikan yg adekuat
terhadap talipusat yang melekat keplasenta berimplantasi difundus. Adapun ruptur uterus
(keadaan robekan pada rahim yang berhubungan langsung antara rongga amneum dan
rongga peritoneum) yang biasanya augmentasi juga meningkatkan resiko terjadinya ruptur
uterus. (Rukiyah ,2018)
3. TISSUE
Retensio plasenta atau dengan keadaan dimana belum lahirnya plasenta yang melebihi
30 menit karena disebabkan his yang kurang kuat ataunplasenta yang sulit terlepas. Rata–
rata jarak kelahiran dan eksplusi plasenta bekisar antara 8 sampai 9 menit. Retensio plasenta
dapat mencegah uterus berkontraksi secara optimal. Apabila intervalnya semakin panjang
maka resiko perdarahan perdarahan postpartum semakin besar. (Evensen et.al 2017). Osium
uteri internum yang sangat berdekatan dengan implantasin plasenta (plasenta previa) yang
dapat disertai dengan terjadinya plasenta akreta ,inkreta, atau plasenta juga dapat
meyebabkan perdarahan postpartum dikarenakan mencegah buterus berkontraksi secara
optimal. Usia ibu semakin lanjut, multiparitas, dan riwayat pelahiran caesar yang disertai
plasenta previa yang menjadi faktor resiko yang berakibatnya implantasi plasenta yang
abnormal, (Cunningham et al 2012)
6
4. THOMBRIN
Defek koagulasi atau kelahiran pembekuan darah dapat mengakibatkan perdarahan
postpartum. Seringkali perdarahan yang paristen adalah sebab terjadinya gangguan
pembekuan darah. Pada umumnya perdarahan ini bisa diatasi melalui pemberian darah
segar (Wiknjosastro,2010).
Menurut Kelly C.Wormer 2023, peyebab perdarahan post partum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Anotia uteri adalah ketidak mampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serat serat miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro 2006). Kegagalan
kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan perdarahan yang cepat
dan parah serta syok 9 hipovolemik.
Kontraksi miometrtium yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena
persalinan lama atau percalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu juga
obat - obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta simpatomimetik
dan nifedipin dapat juga menghambat kontraksi miometrium. Penyebab lain adalah situs
implantasi plasenta disegmen bawah rahim, korioamninitis, endomiometris, septikemia,
hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif. Atonia uteri
merupakan penyebab paling banyak perdarahan postpartum. Atonia dapat terjadi setelah
persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun persalinan abdiminal.
2. Laserasi jalan lahir
Pada umunya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma, Pertolongan
persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir
dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum
lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan prineum, trauma
forsep atau vakum ekstrasi, atau karena versi ekstraksi (Prawiharjo,2010)
7
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu : (Rohani saswita,
Marisah, Hana mania 2019 :
- Derajat 1, robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
- Derajat 2, robekan mengenai mukosa vagina, kulit dan otot-otot perineum
- Derajat 3, robekan mengenai mukosa vagina, kulitperineum, otot-otot
perineum, dan otot-otot sfingter ani eksternal.
- Derajat 4, robekan mengenai mukosa vagina, kulitperineum, otot-otot
perineum, otot-otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas tapi belum dilahirkan.
Secara garis besar, faktor resiko untuk perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi
tiga yaitu saat prenatal, saat persalinan pervaginam dan setelah sectio caesarea.
a. Faktor resiko prenatal adalah perdarahan yang terjadi sebelum persalinan, solusio
plasenta, plasenta previa, kehamilan ganda, preeklamsia, korioamnionitis, hidramion,
kematian janin dalam kandungan, anemia (dengan hb <5,8g/dL,faktor pembekuan
darah, riwayat perdarahan sebelumnya dan obesitas.
b. Faktor resiko perdarahan pervaginam
Faktor resiko saat persalinan pervaginam adalah kala III yang memanjang, episiotomi,
distosia, laserasi jaringan lunak, induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin,
persalinan dengan bantuan alat (forceps atau vakum), sisa plasenta dan bayi besar.
c. Faktor resiko Sectio Caesarea
Faktor resiko perdarahan setelah sectio caesarea adalah amnionitis, preeklamsia,
persalinan abnormal, anestesi umum, partus preterm, dan partus posterem. Volume
darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang, preeklamsia berat
atau eklamsia,sepsis atau gagal ginjal juga merupakan faktor resiko perdarahan
postopartum.
8
C. Manifestasi Klinis
Menurut Fatimah Thurisna Sari (2019), Manifestasi klinis dari perdarahan post partum
dibagi menjadi perdarahan primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir dan sisa plasenta. Sedangkan perdarahan
sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan disebabkan oleh sisa
plasenta.
Faktor faktor yg dapat memoengaruhi perdarahan post partum yaitu umur, paritas,
status gizi, kelainan darah, bayi besar, gameli, induksi persalinan dan mempunyai riwayat
perdarahan postpartum. Gejala klinis dari perdarahan post partum berupa perdarahan terus
menerus, denyut nadi menjadi cepat dan melemah, tekanan darah menurun, pasien tampak
pucat, sesak dan berkeringat. Perdarahan post partum yang tidak dapat segera ditangani
akan mengakibatkan syok dan mengurangnya kesadaran karena keluarnya darah yang
banyak.
D. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum,
sehingga sinus sinus maternalis ditempat inersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus
berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh
darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uteru, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servik,vagina dan perineum.
Klasifikasi perdarahan postpartum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Fatimah thurisna sari 2019)
a. Perdarahan postpartum primer yaitu,perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24
jam pertama kelahiran, dan penyebab utamanya adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
b. Perdarahan postpartum skunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah
24 jam pertama kelahiran, yg disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
baik, atau sisa plasenta yg tertinggal.
9
E. Pemeriksaan penunjang
1. Darah ; kadar HB, hematokrit, masa perdarahan, masa pembekuan.
2. USG; bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.
F. Penatalaksanaan klinis
Menurut Hana Mania (2019), penatalaksanaan untuk perdarahan postpartum dapat
berupa terapi farmakologi, penjelasannya sebagai berikut;
a. Terapi farmakologi
Utuk pencegahan, anemia dalam kehamilan pada pasien dengan riwayat perdarahan
perdarahan pasca persalinan sebelumnya, persalinan harus berlangsung dirumah sakit
jangan memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas berikan 10 unit
oksitosinim setelah anak lahir dan 0,2 mg ergometrin IM setelah plasenta lahir. Dan untuk
penanganan, bila terdapat syok segera berikan transfusi cairan, atau darah, kontrol
perdarahan dan berikan oksigen. Bila keadaan umum telah membaik lakukan pemeriksaan
untuk menentukan etiologi.
Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam Waktu 30 menit, lahirkan
plasenta dengan manual plasenta, bila terdapat plasenta akreta, segera hentikan plasenta
manual dan lakukan histerektomi. Bila hanya sisa plasent, lakukan pengeluaran plasenta
dengan digital/kuretase sementara infus oksitosin diteruskan. Dan pada Atonia uteri, lakukan
masase dan penyuntikan 0,2 ml ergometrin intravena dan postaglandin parenteral. Jika
tidak berhasil lakukan kompresi bimanual pada uterus dengan cara memasukkan tangan kiri
kedalam vagina dan dalam posisi mengepal dan diletakkan diforniks anterior, dan tangan
kanan diletakkan didinding perut memegang fundus uteri.
Bila tetap gagal dapat dipasang tampon uterovaginal dengan cara mengisi kavum uteri
dengan kasa sampai padat selama 24 jam atau dipasang kateter folley Bila tindakan tersebut
tidak dapat menghentikan perdarahan juga, terapi defenitif yg diberikan adalah histerektomi
atai ligase uterine Bila disebabkan gangguan pembekuan darah , berikan transfusi plasma
segera.
10
Pada perdarahan persalinan sekunder, kompresi bimanual sedikitnya 30 menit
antibiotik sprektrum luas oksitosin 10u/IM atau 10-20 u/IV dengan tetesan lambat, 15 metil
PGF 0,25mg/IM tiap 2 jam atau ergot alkaloid tiap 6 jam sedikitnya selama 2 hari.
11
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN SECARA TEORI
A. Pengkajian
Sedangkan untuk faktor resiko saat persalianan meliputi plasenta previa anterior, plasenta
previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37”c. korioamnionitis dan retensio plasenta.
meningkatnya usis ibu merupakan faktor independen terjadinya perdarahan postpartum .
Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar dari pada persalinan caesar dibanding
persalinan pervaginam. Perdarah postpartum juga berhubungan dengan obesitas, resiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks masa tubuh .
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat
hipovolemik terinduksi kehamilan dan derajat anemia saat persalinan.
Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan
tekanan darah mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak
dan kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, eksremitas dingin .
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk
mengetahui penyebab/etiologi.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan usg. Pada keadaan
tertentu, jika pasien ditemukan perdarahan post partum maka dapat ditindak lanjuti segera
utuk dilakukan penghentian darah segera.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat, yaitu;
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Resiko Hipovolemi
3. Kelelahan/Keletihan
4. Resiko Syok
12
SDKI SLKI SIKI
D. 0009 L. 02011 I. 02079
I. 02065
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi dan
kontraindikasi obat sesuai
dengan indikasi
- Periksa tanggal kadaluarsa
obat
- Monitor tanda vital dan nilai
laboratorium sebelum
pemberian obat ,jika perlu
monitor efek terapeutik obat
13
dan monitor efek samping
toksisitasis dan iteraksi obat.
Teraupeutik
- Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, waktu
rute, dokumentasi)
- Pastikan ketepatan dan
kepatenan keteter IV
- Campuran obat kedalam
kantung, botol, atau buret,
sesuai kebutuhan.
- Berikan obat IV dengan
kecepatan yang tepat
- Tempelkan lebel keterangan
nama obat dan dosis pada
wadah cairan IV
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
- Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
14
D.0033 L. 03028 I. 03116
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis,glukosa
2,5%,Nacl 0,40%)
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isitonis (Nacl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid
(mis,Albumin,Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk
darah.
15
I. 03121
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor elastisitas atau turgor
kulit
- Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
- Monitor intake dan output
cairan
- Identifikasi tanda- tanda
hipovolemia (mis.frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgot kulit
menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
- Identifikasi tanda tanda
hipervolemi (mis : dispneu,
edema peroper, JVP
meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojugular positif,
BB menurun)
- Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis
: prosedur pembedahan
mayor, trauma/pendarahan,
luka bakar, afaresis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
16
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan.
17
D.0057 L.05046 I.05178
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
18
I.12362
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan tidur
- Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk
bertanya.
Edukasi
- Jelaskan pentingknya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Anjarkan cara
mengindentifikasi kebutuhan
istirahat (mis, kelelahan, sesak
napas saat aktivitas)
- Ajarkan cara
mengidentifikasikan target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan.
19
D.0039 L.03032 I.02068
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor
resiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan /merasakan
tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
alergen.
20
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian anti
inflamasi jika perlu.
I.03121
Pemantauan cairan
Observasi
- Monitor frekensi dan kekuatan
nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian
kapiler
- Monitoe elastisitas atau turgor
kulit
- Monitor jumla, warna dan berat
jenis urine
- Monitor kadar albumin dan
protein total
- Monitor hasilpemeriksaan
serum(mis, osmolaritas, serum,
hematokrit, natrium, kalium,
BUN)
- Monitor intake dan output
cairan
- Identifikasi tanda tanda
hipovolemi(mis, frekuensi nadi
menigkat, nadi teraba lemah,
TD menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
menigkat, BB menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda tanda
hipervolemi(mis,Dispneu,
edema perifer, edema
anasarka, JVP menigkat, CVP
menigkat, refleks
hepaatojugular positif, BB
menurun dalam waktu singkat
21
- Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
(mis,prosedur pembedahan
mayor,truma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
22
Defenisi
Perdarahan postpartum adalah: Keadaan dimana ibu mengalami perdarahan atau keluarnya darah aktif yang
melebihi 500ml setelah melahirkan (Puput Wulandari,2022)
Etiologi
Menurut Leo Sianjuntak 2020,Penyebab perdarahan postpartum yaitu:
1. Tonus(Atonia Uteri)
2. Trauma(Robekan jalan lahir)
3. Tissue(Retensi plasenta atau sisa plasenta)
4. Ttrombin(Kelainan koagulasi darah)
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium,
Pemeriksaan darah (kadar haemoglobin,hematokrit,masa perdarahan,masa pembekuan.
2. USG,
Bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsei intrauterine.
Patofisiologi
Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif, b/d Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menganggu
metabolisme tubuh
23
Intervensi
Perawatan sirkulasi
Management energi
Managemen Hipovolemia
Pencegahan syok
Luaran
Status sirkulasi
Tingkat keletihan
Status cairan
Tingkat syok
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan perdarahan postpartum yaitu mampu menangani perdarahan postpartum
yang hingga saat ini masih menjadi ancaman angka kematian tertinggi didunia dengan
penatalaksanaan medis yang melibatkan obat antibiotik,analgesik hingga dilakukan tindakan
pembedahan.
Komplikasi
Syok
Sindrom Sheesan(nekrosis hipofisis pars anterior)
24
25
26
27
28
29
30
DAFTAR PUSTAKA
DPP PPNI, T. S. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI, T. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
31