Disusun Oleh :
Nadia Izzati
P17324121529
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data profil kesehatan Indonesia, tahun 2020, jumlah ibu bersalin/ ibu
nifas di Indonesia mencapai 4.984.432.(1) Berdasarkan pelaporan Puskesmas di
Kabupaten Bandung cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 92,96%.(2)
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan
akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ
reproduksi ini disebut involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat
perhatian karena sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini.
Perdarahan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas,
dimana 50%-60% karena kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna.(3)
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu sangat
tinggi. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di
seluruh dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015 , sekitar 303.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di
Negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 KH. (3)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu keberhasilan layanan suatu
negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab yang dapat dicegah
terkait dengan kehamilan dan persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi
berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau
persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu target di bawah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu
bersalin global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, dengan tidak ada yang
memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali rata-rata global. Wanita meninggal
akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama
yang menyebabkan 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah
melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2018).(4)
Belum adanya survei atau penelitian terbaru untuk menentukan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bandung sehingga tidak ada pembanding dalam
angka kematian Ibu. Adapun pelaporan dari program Kesga Gizi Untuk jumlah
kematian ibu maternal yang tercatat di Dinas Kesehatan berdasarkan Laporan dari
Puskesmas di Kabupaten Bandung pada tahun 2019 sebanyak 40 orang.(2)
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus
(Prawirohardjo, 2012). Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari
keseluruhan kematian akibat perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam dan melebihi
1000 ml pada seksio sesarea (Chunningham, 2012), atau perdarahan yang lebih dari
normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, seperti kesadaran menurun,
pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit (Karkata, 2010). (4)
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab penting kamatian ibu, ¼
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pasca persalinan, plasenta
previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan uteri) disebakan oleh
perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan biasanya terjadi segera
setelah ibu melahirkan.Data Word Health Organisation menunjukkan 99% kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negaranegara berkembang.
Menurut komplikasi utama yang menyebabkan kematian ibu hampir 75% adalah
pendarahan hebat (kebanyakan perdarahan setelah melahirkan). Infeksi (biasanya
setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan
eklamsia). WHO melaporkan 25% kematian maternal diakibatkan oleh perdarahan
postpartum dan dihitungkan ada 100.000 kematian maternal setiap tahunnya.
Pendarahan postpartum terjadi pada 30% dari seluruh kematian maternal di Asia dan
Afika.(2018). (4)
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Program pemberian ASI
merupakan program prioritas, karena memberi dampak yang luas status gizi dan
kesehatan balita. Kementerian Kesehatan menargetkan peningkatan target pemberian
ASI ekslusif hingga 80%. Namun pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih rendah.
Pencapaian ASI ekslusif di Indonesia hanya 74,5% (Balitbangkes, 2019)(5)
Hasil Riskesdas 2018 mengungkap bahwa alasan utama anak 0- 23 bulan
belum/tidak pernah disusui adalah karena ASI tidak keluar (65,7%). Sehingga 33,3%
bayi yang berumur 0-5 bulan telah diberikan makanan prelakteal dengan jenis
makanan terbanyak adalah susu formula (84,5%). Berbagai upaya dilakukan untuk
meningkatkan produksi ASI seperti melakukan pijat oksitosin. Berdasarkan hasil
penelitian Wulandari et.al 2018 mengatakan bahwa terdapat perbedaan rerata
berulang yang signifikan antara produksi ASI setelah perlakuan pijat oksitosin
pertama, kedua, dan ketiga. (5)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada nifas dan menyusui
secara komprehensif dengan menerapkan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Nifas
Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau
tahunan.
b. Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan
tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya
merupakan proses menyusui eksklusif. Menurut WHO (2010), menyusui
eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan
mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses
menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang
cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidajati, 2012).
2.1.2 Tujuan Masa Nifas
a. Involusi
1) Uterus
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Sebesar hamil
6 minggu
2 minggu 50 gr 2,5 cm
Normal
8 minggu
30 gr
b. Pengeluaran Lochea
Lochia Rubra
Lochia Sanguinolenta
3 sampai 7 hari
Lochia Serosa
7 sampai 14 hari
Berwarna kekuningan
d. Lochia Alba
Setelah hari ke 14
Berwarna putih
d. Sirkulasi Darah
e. Sistem Kardiovaskuler
f. Sistem Hematologi
g. Sistem Pencernaan
Nafsu Makan
Motilitas
Pengosongan Usus
i. Sistem Endokrin
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada
tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
meningkatkan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
b. Prolaktin
k. Perubahan Payudara
l. Sistem Eliminasi
Menurut Reva Rubin (1991), terdapat tiga fase dalam masa adaptasi
peran pada masa nifas, yaitu:
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum
pernah mempunyai pengalaman mengasuh anak.
Wanita karir atau pekerjaan tetap atau formal di luar rumah.
Ibu yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk
membagi suka dan duka.
Ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
(significant others).
Ibu dengan anak sebelumnya yang sudah remaja.
Single parent.
Mengenai karakteristik periode Taking Hold dapat digambarkan
sebagai berikut.
Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK,
serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan halhal tersebut.
Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go), dimana
masing-masing ibu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap
dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari
sebuah keluarga. Karkteristik periode Letting go digambarkan sebagai
berikut.
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini
pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat
tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.
a. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa (pada
perempuan dewasa tidak hamil kebutuhan kalori 2.000-2.500 kal, perempuan
hamil 2.500-3.000 kal, perempuan nifas dan menyusui 3.000-3.800 kal).
Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada 6 bulan pertama postpartum,
peningkatan kebutuhan kalori ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan ke
dua postpartum yaitu menjadi 500 kalori. Ibu nifas dan menyusui
memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin
serta bahan pengawet atau pewarna.
b. Kebutuhan eliminasi
1) Miksi
Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat
dilakukan tindakan:
2) Defekasi
Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup serat
dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang
air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air hangat.
Personal Higiene
1) Perawatan perinium
Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium dibersihkan
secara rutin. Caranya adalah dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal
sekali sehari. Membersihkan dimulai dari arah depan ke belakang sehingga
tidak terjadi infeksi. Ibu postpartum harus mendapatkan edukasi tentang hal
ini. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor diganti
paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau
lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka.
2) Perawatan payudara
ASI yang sudah ibu perah / ASI yang sudah di pompa dengan alat
pemompa (breast pum). Breast pump atau pemompa ASI adalah alat pemompa
yang dapat membantu mengeluarkan ASI sehingga bayi Anda dapat tetap
minum ASI. Breast pump juga membuat masa-masa menyusui lebih praktis
karena Anda dapat memompa susu untuk disimpan sebagai stok. Manfaat dari
metode ini yaitu untuk meningkatkan asupan ASI eksklusif pada bayi selama 6
bulan dan mencegah kejadian kesakitan pada bayi serta untuk mengurangi
risiko pada ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif yang berdampak fatal
kemudian hari bagi kesehatan anak seperti gangguan alergi, pencernaan dan
pertumbuhan.
3) Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Libido
menurun pada bulan pertama postpartum, dalam hal kecepatan maupun lamanya,
begitu pula orgasmenya. Ibu perlu melakukan fase pemanasan (exittement) yang
membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini harus diinformasikan pada pasangan
suami isteri. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua
jari ke dalam vagina, apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk
melakukan hubungan suami istri. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui,2018)
Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara lain; pada hari-hari awal
pasca penjahitan luka terasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan
pada perineum, jahitan perineum tampak lembab, merah terang, selanjutnya
mulai tampak layu karena sudah memasuki tahap proliferasi dan maturasi.
Tanda-tanda infeksi luka jahitan perineum pada masa nifas, antara lain:
pembengkakan luka, terbentuk pus, dan perubahan warna lokal menjadi
kemerahan serta disertai adanya nyeri pada jahitan perineum.
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala
komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi. Menurut Mochtar (2002), gejala klinis peritonitis
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Tanda dan gejalanya adalah demam, nyeri perut bagian bawah tetapi
keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum dauglas menonjol
karena ada abses.
Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut
nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia, kadang-kadang
muntah.
f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan
penglihatan Kabur
S ( Data Subyektif)
Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
O ( Obyektif)
Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama ( Pengkajian
data) ,terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain.
A (Assessement)
(Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan intrepretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam
pendokumentasian menejemen kebidanan karena keadaan pasien
setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun obyektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis
P ( Planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan dating. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.
a) Riwayat kesehatan
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, tulisan yang salah tersebut jangaj
dihapus. Pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata salah
diatasnya dibubuhkan paraf.
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu serta tanda tangan dan nama
terang
(Kurniarum Arum,2016
Pengertian SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang berhubungan
dengan masalah pasien yang terdapat pada catatan kebidanan. Dan bersifat sederhana,
jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalkasanaan manajemen kebidanan. Dalam metode SOAP ini memiliki 4 unsur
yaitu : S adalah data Subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis / assessment
dan P adalah planning/ penatalaksanaan. Tujuan pembuatan SOAP : 1. SOAP
merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis,
mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan.
2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan
pendokumentasian. 3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif
Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan
Contoh Dokumentasi asuhan- soap dalam bentuk laporan asuhan kebidanan masa
nifas
a. Data subjektif
1. Identitas
Istri Suami Nama : Nama : Umur : Umur : Agama : Agama
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan :
Pekerjaan : Alamat : Alamat :
a. Nutrisi
- Porsi makan :
- Pantangan :
b. Eliminasi
- BAB
Frekuensi :
Konsistensi :
Warna :
- BAK
Frekuensi :
Warna :
Bau :
c. Personal Hygiene
- Frekuensi mandi :
d. Aktivitas :
- Masalah :
f. Pola seksual : - Kapan ibu dan suami berencana memulai hubungan
seksual : (jika sudah dilakukan) - Bagaimana kenyamanan fisik dan
psikologis ibu saat berhubungan :
10. Data Psikososial dan Spiritual - Tanggapan Ibu dan keluarga terhadap
kelahiran bayinya - Tanggapan Ibu terhadap perubahan fisiknya -
Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah dialaminya -
Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi - Hubungan sosial ibu dengan
mertua, orang tua, keluarga - Pengambil keputusan dalam keluarga -
Orang yang membantu ibu merawat bayi - Adat/kebiasaan/kepercayaan
ibu yang berkaitan dengan kelahiran dan perawatan bayi - Kegiatan
spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas
B. DATA OBJEKTIF
3. Pemeriksaan Penunjang
C. ANALISA DATA
3. Kebutuhan :
D. PENATALAKSANAAN
C. ANALISA DATA
2. Masalah : Jika ada masalah yang menyertai masa nifas dan tidak
tercakup dalam diagnose kebidanan, misalnya post partum blues.
3. Kebutuhan :
D. PENATALAKSANAAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
Istri Suami
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah merasa baikan, namun perutnya masih terasa mules,
dan terasa sedikit perih dijalan lahir, ibu melahirkan pada tanggal 20 April
2022, pukul 19.05 di puskesmas solokanjeruk secara normal.
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Nifas
4. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama lamanya sudah 1 tahun. Menikah usia 21
tahun.
5. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil,
dan penyakit jantung, ginjal, dan penyakit kencing manis, tidak memiliki
riwayat seperti keputihan berwarna kuning, hijau, yang disertai gatal dan
berbau. Selain itu juga ibu tidak memiliki riwayat operasi pada alat
kandungannya dan tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis, HIV/AIDS, dan
TBC.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan pada keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC.
7. Riwayat dan Rencana KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.
8. Pola Sehari-hari
Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari, terakhir makan pukul
07.00 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah
Makanan yang dipantang : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Hidrasi
Frekuensi / Banyak : 10 - 12 gelas perhari/± 3000 ml
Jenis Minuman : Air putih
Istirahat / Tidur
Malam : Tidur malam pukul, 22.00 Wib – 05.00
Wib, sekitar 7 jam
Siang : Tidur siang pukul 13.00 – 15.00 Wib,
sekitar 2 jam
Keluhan Saat Tidur : Tidak ada
Eliminasi
Frekuensi BAK/ Hari : 3- 4 kali sehari
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi BAB/ Hari : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
Aktivitas
Kegiatan ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, seperti
menyapu dan mengurus bayinya. Ibu mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
9. Status Ekonomi
Penghasilan : Rp±3.000.000/bulan
Jumlah tanggungan : 2 orang
Ibu mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
10. Dukungan Psikologis dan Sosial
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya dan ibu mengatakan
suami mendukung atas kelahiran ini. Suami dan keluarga ikut membantu ibu
mengurus bayinya.
A. DATA OBJEKTIF (O)
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-Tanda Vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. N : 82 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. S : 36,8oC
e. TB : 150 cm
f. BB : 50 Kg
50
g. IMT : 2 = 22,2 (normal)
1,50
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
5. Wajah : Tidak ada oedema
6. Payudara : Bentuk simetris, puting menonjol, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa atau benjolan, tidak ada
dimpling sign, retraksi ataupun kulit jeruk. ASI sudah
keluar dan terdapat kolostrum.
7. Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, uterus keras, dan
kandung kemih kosong.
8. Genetalia : Tidak ada kelainan (varises, herpes, hour albus, lesi
,kondiloma akumilata), pengeluaran darah ± 20cc,
terdapat luka jahitan pada perineum yang masih basah,
lochea rubra berwarna merah kehitaman, ciri – ciri
terdiri dari sel desidua verniks, caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
9. Ekstremitas Atas : Tidak ada oedema
10. Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema dan varises
11. Data Penunjang
a. Hemoglobin : Tidak dilakukan
b. Glukosa : Tidak dilakukan
B. Assasment
Masalah : -
C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hasil dalam keadaan normal,
menunjukkan ibu sehat
Hasil pemeriksaan TD : 110/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N: 82 x/menit,S: 36.8
C,TFU 2 jari dibawah pusat
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya
2. Menjelaskan kepada ibu cara perawatan luka jahitan perineum,usahakan
selalu kering tidak lembab, tidak boleh diberi ramuan, dan mengganti
pembalut sesering mungkin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengikuti anjuran
3. Memberitahukan kepada ibu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik,
tidak ada perdarahan abnormal.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisinya dalam keadaan normal
4. Menjelaskan mengenai vulva hygiene yang baik seperti menggunakan celana
dalam berbahan katun agar mudah menyerap keringat, mengganti pembalut
setiap 4 jam sekali, membersihkan alat kelaminnya dari depan ke belakang,
dan mengeringkannya hingga kering.
Evaluasi : ibu sudah melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara bertahap, dimulai dari
miring kanan kiri, duduk, kemudian berjalan perlahan.
Evaluasi : ibu mengerti dengan informasi yang disampaikan
6. Memberitahu ibu untuk memberi ASI pada bayinya sesering mungkin,
minimal 2 jam sekali atau on demand
Evaluasi : ibu mengetahui dan mengikuti anjuran
7. Menjelaskan dan mempraktekkan pada ibu teknik menyusui yang baik
Evaluasi : teknik menyusui yang ibu lakukan masih terdapat beberapa yang
kurang tepat sehingga dilakukan konseling ulang dan mempraktekkan teknik
menyusui yang benar, evaluasi ulang : ibu sudah dapat mempraktekkan teknik
menyusui yang tepat
8. Memberi konseling pada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi
yaitu mngonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan minum air putih
sebanyak 3L/hari
Evaluasi : ibu mengerti apa yang telah disampaikan dan ibu telah makan dan
minum sesuai yang disampaikan
9. Hal – hal yang harus dihindari oleh ibu bersalin dan selama nifas
a. Membuang ASI yang pertama keluar (kolostrum) karena sangat berguna
untuk kekebalan tubuh anak
b. Membersihkan payudara dengan alkohol/ poviden iodien/ obat merah atau
sabun karena bisa terminum oleh bayi
c. Latihan fisik dengan posisi telungkup
d. Menepelkan daun – daunan pada kemaluan karena akan menimbulkan
infeksi
e. Mengikat perut terlalu kencang
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengikuti anjuran
10. Memberitahu untuk memenuhi kebutuhan istirahat yang cukup seperti
apabila bayi tidur, ibupun ikut untuk tidur/istirahat.
Evaluasi : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
11. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya nifas xseperti
pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, kejang, rahim teraba lembek,
perdarahan dari jalan lahir, lochea berbau busuk, demam, pusing yang hebat,
dan payudara bengkak. Apabila menemukan satu gejala tersebut, segera
datang untuk periksa ke bidan
Evaluasi : ibu memahami apa yang disampaikan dan lebih waspada
12. Mengingatkan ibu untuk minum obat sesuai dengan jadwalnya yaitu
amoxcilin, paacetamol, dan FE.
Evaluasi : ibu mengerti dan mengikuti anjuran
I. Data Subjektif
a. Biodata
Istri Suami
b. Keluhan Utama
Ibu datang kepuskesmas pukul 09.00 wib didampingi oleh keluarga, ibu
mengatakan produksi asi sudah banyak. Ibu sering terbangun malam hari
untuk menyusui bayinya, ibu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, dengan
lama sekitar 15- 30 meneit. Hari ini merupakan masa nifas hari ke 3.
2022, pukul 19.05 di puskesmas solokanjeruk secara normal.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Nifas
d. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama lamanya sudah 1 tahun. Menikah usia 21
tahun.
e. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil,
dan penyakit jantung, ginjal, dan penyakit kencing manis, tidak memiliki
riwayat seperti keputihan berwarna kuning, hijau, yang disertai gatal dan
berbau. Selain itu juga ibu tidak memiliki riwayat operasi pada alat
kandungannya dan tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis, HIV/AIDS, dan
TBC.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan pada keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC.
g. Riwayat dan Rencana KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.
h. Pola Sehari-hari
Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari, terakhir makan pukul
07.00 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah
Makanan yang dipantang : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Hidrasi
Frekuensi / Banyak : 10 - 12 gelas perhari/± 3000 ml
Jenis Minuman : Air putih
Istirahat / Tidur
Malam : Tidur malam pukul, 22.00 Wib – 05.00
Wib, sekitar 7 jam
Siang : Tidur siang pukul 13.00 – 15.00 Wib,
sekitar 2 jam
Keluhan Saat Tidur : Tidak ada
Eliminasi
Frekuensi BAK/ Hari : 3- 4 kali sehari
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi BAB/ Hari : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
Personal hygiene
Ibu mandi 2x/hari, cebok dari depan kebelakang, berganti pakaian sesuai
kebutuhan, mengganti pembalut minimal 4 kali sehari, terkadang setiap 4
jam sekali, membersihkan payudara rutin setelah mandi.
Aktivitas
Kegiatan ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, seperti
menyapu dan mengurus bayinya. Ibu mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
i. Status Ekonomi
Penghasilan : Rp±3.000.000/bulan
Jumlah tanggungan : 2 orang
Ibu mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
j. Dukungan Psikologis dan Sosial
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya dan ibu mengatakan
suami mendukung atas kelahiran ini. Suami dan keluarga ikut membantu ibu
mengurus bayinya.
II Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82x/menit
R : 21x/menit S : 36,5˚C
TB : 150 cm
BB : 50 Kg
50
IMT : = 22,2 (normal)
1,502
Kepala : Rambut tidak rontok
Wajah : Tidak Pucat, Tidak ada oedema dan tidak ada
chloasma gravidarum
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera putih.
Hidung : Tidak ada gangguan pada pernapasan. Tidak ada polip
dan tidak ada cairan.
Mulut : Warna bibir merah muda. Tidak ada caries pada
gigi. Gusi berwarna merah muda. Tidak ada
pembengkakan gusi dan tidak ada amandel
Telinga : Telinga sejajar. Tidak ada cairan. Tidak ada
gangguan pada pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran pembuluh darah limfe dan
pembengkakan kelenjar tyroid. Tidak ada peningkatan
vena jugularis
Dada : Bunyi jantung reguler, tidak ada bunyi ronchi dan
weezing
Payudara : simetris, bersih, putting menonjol, terdapat nyeri,
sudah ada pengeluaran ASI
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi. TFU pertengahan
simpisis dan pusat, kandung kemih kosong.
Genetalia & Anus : Tidak ada oedem, tidak ada varises, lochea
sanguinolenta berwarna putih bercampur merah, dengan
ciri – ciri sisa darah dan lendir. Tidak berbau dan tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Ekstremitas : Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat
Bawah : Tidak ada oedema dan varises,
reflek patela +/+.
III Analisis
P1A0 postpartum 3 hari
IV Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
normal
2. Menganjurkan ibu lebih banyak mengkonsumsi serat, seperti sayur dan buah-
buahan untuk membantu ibu memperlancar BAB
Evaluasi : Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri paada payudaranya berkurang
9. Memberikan KIE kepada ibu cara memompa ASI, penyimpanan ASI dan cara
mengahangatkan ASI.
Evaluasi : Ibu dapat mengulangi informasi yang disampaikan, dan ibu masih
akan memikirkan kontrasepsi apa yang akan digunakan
11. Memberitahukan ibu datang kembali pada hari ke-42 pasca salin ke fasilitas
kesehatan seperti puskesmas atau bidan untuk KB.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
12. Memberitahukan ibu tentang senam nifas dan mencontohkan beberapa
gerakan senam nifas untuk membantu pemulihan otot-otot ibu pada masa
nifas.
Evaluasi : Ibu mengikuti gerakan senam nifas
13. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat sesuai dengan yang
dianjurkan.
Evaluasi : Ibu telah mengkonsumsi obat sesuai yang dianjurkan, beberapa obat
sudah habis, dan ibu masih mengkonsumsi tablet Fe 1x1.
BAB IV
PEMBAHASAN
Masa nifas Ny. P berjalan normal. Ny. P usia 22 tahun, pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan IRT. Dalam hal ini Ny. P baru pertama kali melahirkan (primipara)
dan belum sepenuhnya mengerti mengenai perubahan fisologi pada masa nifas yang
terjadi pada dirinya, seperti perubahan uterus, lokhea, perubahan pada serviks,
perubahan pada vulva dan vagina, perineum, perubahan pada sistem pencernaan,
perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem muskulo- skeletal/otot, perubahan
sistem endokrin, perubahan tanda–tanda vital, perubahan sistem hematologi. Apabila
perubahan fisiologi pada masa nifas tidak diketahui oleh seorang ibu nifas dan jika
terjadi suatu infeksi maka perubahan fisiologi tersebut akan menjadi patologis dan
dapat membahayakan jiwa ibu oleh karena itu peran bidan dalam memberikan KIE/
asuhan kepada ibu postpartum primipara tentang perubahan fisiologis masa nifas
sangatlah penting agar dapat menambah pengetahuan ibu postpartum, sehingga kita
dapat mencegah komplikasi - komplikasi yang tidak diinginkan (Wiknjosastro, 2012).
(7)
Postpartum 12 jam dan masa nifas 3 hari Ny. P dalam keadaan normal. Ny. P
mengatakan sudah merasa baikan, namun perutnya masih terasa mules, dan terasa
sedikit perih dijalan lahir, ibu melahirkan pada tanggal 20 April 2022, pukul 19.05 di
puskesmas solokanjeruk secara normal. Dalam hal ini Ny. P masuk kedalam
kunjungan pertama (KF1), waktu 6 jam sampai 2 hari setelah persalinan (post
partum). Keadaan mules yang dirasakan oleh Ny. P merupakan suatu keadaan normal
dimana uterus berkontraksi sehingga terjadinya involusi uterus, dimana involusi
uterus yaitu kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil. Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik
antara umur 20-45 tahun(8).
Usia ibu yang relatif muda dimana individu mencapai kondisi vitalitas yang
prima sehingga kontraksi otot dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat
karena proses regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia
tersebut. Tinggi fundus uteri dengan usia pada postpartum suatu pengaruh yang baik
pada proses penyembuhan dan proses pemulihan sebelum hamil. Apabila proses
involusi uterus tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan yang
disebut subinvolusi uteri yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang
mungkin terjadi dalam masa 40 hari (Prawiroharjo, 2005). (8)
Proses Involusi Uteri dapat dilihat dari penurunan tinggifundus uteri atau
TFU, pengeluaran lokhea dan adanya kontraksi uterus. Akan tetapi, fenomena di
lapangan, masih banyak ditemukan ibu nifas hari ketiga dengan TFU masih satu jari
dibawah pusat, padahal seharusnya sudah tiga jari dibawah pusat. Faktor yang
menyebabkan infolusi uteri nutrisi dan status gizi, paritas, usia ibu, mobilisasi dini,
istirahat, menyusui dini, dan pijat oksitocin.(9)
Selain itu Ny. P merasakan sedikit perih dijalan lahir, hal ini karena persalinan
seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka biasanya ringan, tetapi dapat
juga terjadi luka yang luas dan berbahaya sehingga dapat menyebabkan infeksi.
Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaaan vulva dan perineum. Sebagai
akibat persalianan, terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva.
Begitu juga pada robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan juga
persalinan berikutnya (Sarwono, 2008).(10) Untuk meminimalisir hal tersebut penulis
memberikan pengetahuan mengenai perawatan luka jahitan perineum, dan dalam hal
ini sesuai dengan penatalaksanaan asuhan yang sudah diberikan oleh penuli kepada
Ny. P.
Selanjutnya pada pemeriksaan fisik, kondisi fisik Ny. P dalam keadaan
normal, hal ini terlihat dari TTV Ny. P dalam keadaan normal, untuk pemeriksaan
head to toe dalam keadaan normal, namun pada pemeriksaan payudara ibu
mengatakan ASI sudah keluar walaupun sedikit, dan kolostrum sudah keluar. Pada
pemeriksaan putting payudara sangat penting apakah putting menonjol atau tidak,
putting susu berfungsi untuk mempersiapkan proses menyusui, dan kolostrum dapat
dikonsumsi oleh bayi setelah bayi pertama kali menyusui menurut Depkes RI tahun
2009, kolostrum muerupakan cairan berwarna kuning keemasan yang kental
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan. Kolostrum mulai muncul
pada hari 1-4. Pada kasus ini kolostrum dan Asi sudah keluar sejak postpartum 12
jam, dan asi masih keluar sampai masa nifas hari ke 3.
Pada pemeriksaan abdomen Ny. P pada masa nifas 12 jam TFU Ny. P teraba 2
jari dibawah pusat dan setelah 3 hari masa nifas TFU Ny. P teraba antara pusat dan
sympisis, dimana merupakan keadaan yang normal, hal ini dipicu dengan involusi
yang uteri yang terjadi berjalan dengan normal.
Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara lain; pada hari-hari awal pasca
penjahitan luka terasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum, jahitan perineum tampak lembab, merah terang, selanjutnya mulai tampak
layu karena sudah memasuki tahap proliferasi dan maturasi. Tanda-tanda infeksi luka
jahitan perineum pada masa nifas, antara lain: pembengkakan luka, terbentuk pus, dan
perubahan warna lokal menjadi kemerahan serta disertai adanya nyeri pada jahitan
perineum.
Dari data subjektif, dan objektif didapatkan tidak ditemukan keluhan dan
tanda-tanda terjadinya komplikasi pada ibu. Berdasarkan data yang diperoleh pada 12
jam postpartum. Maka didapatkan analisa yaitu Ny. P usia 22 tahun P1A0 postpartum
12 jam dengan keadaan baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada 3 hari
postpartum. Maka didapatkan analisa yaitu Ny.P usia 22 tahun P1A0 postpartum 3
hari dengan keadaan baik.
Pada asuhan yang dilakukan penatalaksanaan yang diberikan sudah di
diberikan oleh Ny. P sudah esuai dengan kebutuhan ibu, dan selalu dievaluasi apakah
informasi yang diberikan sudah dimengerti dan dapat dilakukan oleh ibu atau tidak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. P P1A0, melakukan
pengumpulan data subjektif, objektif, menentukan analisa untuk mengetahui
masalah yang terjadi pasa pasien serta melakukan penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan Ny. P pada saat diberikan
asuhan pada post partum 12 jam dan post partum 3 hari dalam keadaan baik.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu postpartum memiliki semangat untuk melakukan
kunjungan postpartum untuk mengetahui kendala atau masalah apa yang terjdai
pada dirinya sehingga dapat mengetahui cara menanganinya, agar masa nifas
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
5. Nova Yulita, Sellia Juwita, Ade Febriani. Perilaku Ibu Nifas Dalam
Meningkatkan Produksi ASI. Oksitosin J Ilm Kebidanan. 2020;7(1):53–61.
10. Tri Maharani. 1035325 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka
Jahitan Perineum. J Kebidanan J Med Sci Ilmu Kesehat Akad Kebidanan Budi
Mulia Palembang. 2020;10(2):66–70.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI