Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

Disusun Oleh :

Nadia Izzati

P17324121529

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 3
1.3 Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................ 4
2.1 Konsep Dasar Nifas dan Menyusui .................................................. 4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui ................. 34
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................... 45
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 45
BAB V PENUTUP........................................................................................ 45
5.1Kesimpulan......................................................................................... 4
5.2 Saran.................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 45
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut data profil kesehatan Indonesia, tahun 2020, jumlah ibu bersalin/ ibu
nifas di Indonesia mencapai 4.984.432.(1) Berdasarkan pelaporan Puskesmas di
Kabupaten Bandung cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 92,96%.(2)
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan
akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ
reproduksi ini disebut involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat
perhatian karena sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini.
Perdarahan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas,
dimana 50%-60% karena kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna.(3)
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu sangat
tinggi. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan di
seluruh dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015 , sekitar 303.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di
Negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 KH. (3)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu keberhasilan layanan suatu
negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita meninggal karena sebab yang dapat dicegah
terkait dengan kehamilan dan persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi
berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau
persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu target di bawah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu
bersalin global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, dengan tidak ada yang
memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali rata-rata global. Wanita meninggal
akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama
yang menyebabkan 75% dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah
melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia), komplikasi dari persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2018).(4)
Belum adanya survei atau penelitian terbaru untuk menentukan Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bandung sehingga tidak ada pembanding dalam
angka kematian Ibu. Adapun pelaporan dari program Kesga Gizi Untuk jumlah
kematian ibu maternal yang tercatat di Dinas Kesehatan berdasarkan Laporan dari
Puskesmas di Kabupaten Bandung pada tahun 2019 sebanyak 40 orang.(2)
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu di samping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus
(Prawirohardjo, 2012). Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari
keseluruhan kematian akibat perdarahan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam dan melebihi
1000 ml pada seksio sesarea (Chunningham, 2012), atau perdarahan yang lebih dari
normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, seperti kesadaran menurun,
pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit (Karkata, 2010). (4)
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab penting kamatian ibu, ¼
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pasca persalinan, plasenta
previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan uteri) disebakan oleh
perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan biasanya terjadi segera
setelah ibu melahirkan.Data Word Health Organisation menunjukkan 99% kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negaranegara berkembang.
Menurut komplikasi utama yang menyebabkan kematian ibu hampir 75% adalah
pendarahan hebat (kebanyakan perdarahan setelah melahirkan). Infeksi (biasanya
setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan
eklamsia). WHO melaporkan 25% kematian maternal diakibatkan oleh perdarahan
postpartum dan dihitungkan ada 100.000 kematian maternal setiap tahunnya.
Pendarahan postpartum terjadi pada 30% dari seluruh kematian maternal di Asia dan
Afika.(2018). (4)
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Program pemberian ASI
merupakan program prioritas, karena memberi dampak yang luas status gizi dan
kesehatan balita. Kementerian Kesehatan menargetkan peningkatan target pemberian
ASI ekslusif hingga 80%. Namun pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih rendah.
Pencapaian ASI ekslusif di Indonesia hanya 74,5% (Balitbangkes, 2019)(5)
Hasil Riskesdas 2018 mengungkap bahwa alasan utama anak 0- 23 bulan
belum/tidak pernah disusui adalah karena ASI tidak keluar (65,7%). Sehingga 33,3%
bayi yang berumur 0-5 bulan telah diberikan makanan prelakteal dengan jenis
makanan terbanyak adalah susu formula (84,5%). Berbagai upaya dilakukan untuk
meningkatkan produksi ASI seperti melakukan pijat oksitosin. Berdasarkan hasil
penelitian Wulandari et.al 2018 mengatakan bahwa terdapat perbedaan rerata
berulang yang signifikan antara produksi ASI setelah perlakuan pijat oksitosin
pertama, kedua, dan ketiga. (5)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada nifas dan menyusui
secara komprehensif dengan menerapkan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar nifas dan menyusui.

2) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan


nifas dan menyusui dengan manajemen varney.

3) Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan nifas dan


menyusui.

4) Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi asuhan kebidanan


nifas dan menyusui .

5) Mahasiswa mampu menganalisis kasus nifas dan menyusui


berdasarkan teori atau konsep dasar prakonsepsi dan asuhan
kebidanan nifas dan menyusui.
1.3 Manfaat

1) Memberikan informasi tentang asuhan kebidanan nifas dan menyusui

2) Meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan terkait asuhan


kebidanan nifas dan menyusui.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Nifas dan Menyusui


2.1.1 Defenisi

a. Nifas

Masa nifas adalah periode waktu atau dimana organ-organ reproduksi


kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada
organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis)
ibu, juga mengalami perubahan (Jurnal of Midwifery Sciences,2019)

Menurut Kemenkes R.I (2018) masa nifas merupakan masa yang


dimulai setelah persalinan selesai berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti Keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.Masa
Nifas adalah puncak kelelahan fisik seorang ibu setelah menjalani proses
kehamilan yang panjang dan proses persalinan yang melelahkan. Menurut
Jurnal Ners dan Kebidanan tahun 2019 kelelahan dan keletihan biasanya
disebabkan oleh nyeri yang dirasakan ibu pada tubuh mulai dari ujung kaki
sampai ujung kepala karena proses persalinan. Nyeri akibat persalinan
biasanya tidak dirasakan saat proses persalinan dan baru akan dirasakan
setelah selesai proses melahirkan. Keletihan fisik akan menyebabkan ibu
merasakan stress sehingga proses laktasi tidak berjalan optimal. Keletihan juga
berpengaruh terhadap aktivitas ibu sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi proses involusi. Pembagian Masa Nifas menurut referensi dari
Prawirohardjo (2009: 238). Pembagian nifas dibagi 3 bagian, yaitu:

 Puerperium Dini yaitu kepulihan di mana ibu di perbolehkan berdiri dan


berjalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
 Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu

 Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau
tahunan.

b. Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan
tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya
merupakan proses menyusui eksklusif. Menurut WHO (2010), menyusui
eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan
mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses
menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang
cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya
(Hidajati, 2012).
2.1.2 Tujuan Masa Nifas

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan


pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah
nanti keluar dari rumah sakit.Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.

2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,


mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)
2.1.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya


alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi
karena adanya:

 Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh


karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.

 Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot


setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.

 Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan


atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi: 

1)    Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena


kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya.           

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan


Diameter
Berat Bekas
Involusi TFU Keadaan Cervix
Uterus Melekat
Plasenta

Setelah plasenta Sepusat 1000 gr 12,5cm Lembik


lahir
Pertengahan Dapat dilalui 2 jari
1 minggu pusat
500 gr 7,5 cm
symphisis
Dapat dimasuki 1
Tak teraba
2 minggu jari
350 gr 5 cm

Sebesar hamil
6 minggu
2 minggu 50 gr 2,5 cm

Normal
8 minggu
30 gr

 Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi
plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)           

 Perubahan pembuluh darah rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

 Perubahan pada cervix dan vagina


Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh
2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja.
Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan
cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu persalinan,
lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.

 After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)        

b. Pengeluaran Lochea

Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk


menggambarkan perdarahan pervaginam setelah persalinan
(Cunningham et al., 2012). Menjelang akhir minggu kedua,
pengeluaran darah menjadi berwarna putih kekuningan yang terdiri
dari mukus serviks, leukosit dan organisme. Proses ini dapat
berlangsung selama tiga minggu, dan hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa terdapat variasi luas dalam jumlah darah, warna,
dan durasi kehilangan darah/cairan pervaginam dalam 6 minggu
pertama postpartum. Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warnanya sebagai berikut:

 Lochia Rubra

 1 sampai 3 hari berwarna merah dan hitam

 Terdiri dari sel deciduas, verniks kaseosa, rambut, sisa

mekonium, sisa darah

 Lochia Sanguinolenta

 3 sampai 7 hari

 Berwarna putih bercampur merah

 Lochia Serosa
 7 sampai 14 hari

 Berwarna kekuningan

d. Lochia Alba

Setelah hari ke 14

Berwarna putih

c. Tanda vital nadi, suhu, pernapasan, dan tekanan darah

Tanda vital ibu, memberikan tanda-tanda terhadap keadaan


umum ibu. Tindakan melakukan observasi terhadap tanda vital ibu
yang meliputi nadi, suhu, pernapasan dan tekanan darah merupakan
tindakan non invasif dan merupakan indikator kesehatan ibu secara
keseluruhan.Frekuensi nadi ibu secar fisiologis pada kisaran 60-80 kali
permenit. Perubahan nadi yang menunjukkan frekuensi bradikardi
(<60 kali permenit) atau takhikardi (>100 kali permenit) menunjukkan
adanya tanda shock atau perdarahan. Frekuensi dan intensitas nadi
merupakan tanda vital yang sensitif terhadap adanya perubahan
keadaan umum ibu.

Perubahan suhu secara fisiologis terjadi pada masa segera


setelah persalinan, yaitu terdapat sedikit kenaikan suhu tubuh pada
kisaran 0,2-0,5°C,dikarenakan aktivitas metabolisme yang meningkat
saat persalinan, dan kebutuhan kalori yang meningkat saat persalinan.
Perubahan suhu tubuh berada pada kisaran 36,5°C-37,5°C. Namun
kenaikan suhu tubuh tidak mencapai 38°C, karena hal ini sudah
menandakan adanya tanda infeksi. Perubahan suhu tubuh ini hanya
terjadi beberapa jam setelah persalinan, setelah ibu istirahat dan
mendapat asupan nutrisi serta minum yang cukup, maka suhu tubuh
akan kembali normal.

Setelah kelahiran bayi, harus dilakukan pengukuran tekanan


darah. Jika ibu tidak memiliki riwayat morbiditas terkait hipertensi,
superimposed hipertensi serta preeklampsi/eklampsi, maka biasanya
tekanan darah akan kembali pada kisaran normal dalam waktu 24 jam
setelah persalinan. Namun perubahan tekanan darah. Pada keadaan
normal, frekuensi pernapasan relatif tidak mengalami perubahan pada
masa postpartum, berkisar pada frekuensi pernapasan orang dewasa
12-16 kali permenit.

d. Sirkulasi Darah

Terdapatnya peningkatan aliran darah uterus masif yang


penting untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh adanya
hipertrofi dan remodelling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah persalinan, diameternya berkurang
kira-kira ke ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus masa nifas,
pembuluh darah yang membesar menjadi tertutup oleh perubahan
hialin, secara perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh
yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah
yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama beberapa tahun
(Cunningham et al., 2013). Tubuh ibu akan menyerap kembali
sejumlah cairan yang berlebihan setelah persalinan. Pada sebagian
besar ibu, hal ini akan mengakibatkan pengeluaran urine dalam jumlah
besar, terutama pada hari pertama karena diuresis meningkat
(Cunningham et al., 2013).

Ibu juga dapat mengalami edema pada pergelangan kaki dan


kaki mereka, hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya variasi proses
fisiologis yang normal karena adanya perubahan sirkulasi. Hal ini
biasanya akan hilang sendiri dalam kisaran masa nifas, seiring dengan
peningkatan aktivitas ibu untuk merawat bayinya. Informasi dan
nasihat yang dapat diberikan kepada ibu postpartum adalah meliputi
latihan fisik yang sesuai atau senam nifas, menghindari berdiri terlalu
lama, dan meninggikan tungkai atau kaki pada saat berbaring,
menghindari kaki menggantung pada saat duduk, memakai pakaian
yang longgar, nyaman dan menyerap keringat, serta menghindari
pemakaian alas kaki dengan hak yang tinggi.

Pada keadaan fisiologis pembengkakan pada pergelangan kaki


atau kaki biasanya bilateral dan tidak disertai dengan rasa nyeri, serta
tidak terdapat hipertensi. Bidan perlu mengkaji adanya tanda
tromboplebitis femoralis, apabila bengkak atau udema kaki terdari
unilateral kadang disertai warna kemerahan, disertai rasa nyeri, terutama
pada palpasi tungkai/betis teraba seperti utas tali yang keras (phlegmasia
alba dolens). Hal tersebut menunjukkan adanya tanda peradangan atau
infeksi, akibat sirkulasi darah yang tidak lancar, sumbatan trombus,
terjadi peradangan hingga infeksi pada daerah tungkai, pada keadaan
lanjut tromboplebitis femoralis bisa meluas hingga panggul, keadaan ini
disebut tromboplebitis pelvika.

e. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya


kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran
cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah
itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah
sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah
sekitar 300-400 cc. Pada persalinan dengan tindakan SC, maka
kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan pada sistem
kardiovaskuler terdiri atas volume darah (blood volume) dan hematokrit
(haemoconcentration). Pada persalinan pervaginam, hematokrit akan
naik sedangkan pada persalinan dengan SC, hematokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu postpartum. Tiga perubahan
fisiologi sistem kardiovaskuler pascapartum yang terjadi pada wanita
antara lain sebagai berikut.

 Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran


pembuluh darah maternal 10-15%.

 Hilangnya fungsi endokrin placenta yang menghilangkan stimulus


vasodilatasi.
 Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama
wanita hamil. Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplacenta tiba-tiba kembali ke
sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
Curah jantung biasanya tetap naik dalam 24-48 jam postpartum dan
menurun ke nilai sebelum hamil dalam 10 hari (Cunningham et al.,
2012). Frekuensi jantung berubah mengikuti pola ini. Resistensi
vaskuler sistemik mengikuti secara berlawanan. Nilainya tetap di
kisaran terendah nilai pada masa kehamilan selama 2 hari postpartum
dan kemudian meningkat ke nilai normal sebelum hamil. Perubahan
faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam
jangka waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan fibrinogen
plasma dipertahankan minimal melewati minggu pertama, demikian
juga dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan
dengan peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan
diuresis postpartum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk
keadaan ini. Ini terjadi teratur antara hari ke-2 dan ke-5 dan berkaitan
dengan hilangnya hipervolemia kehamilan residual. Pada
preeklampsi, baik retensi cairan antepartum maupun diuresis
postpartum dapat sangat meningkat (Cunningham et al., 2012).

f. Sistem Hematologi

Pada akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta


faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi
darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas, dan juga terjadi
peningkatan faktor pembekuan darah serta terjadi Leukositosis dimana
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah
sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000-30.000,
terutama pada ibu dengan riwayat persalinan lama. Kadar hemoglobin,
hemotokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume placenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh
status gizi dan hidrasi ibu. Kira – kira selama persalinan normal dan
masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 250-500 ml.
penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada
hari ke-3 sampai 7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4
sampai 5 minggu postpartum. Selama kehamilan, secara fisiologi
terjadi peningkatan kapasitas pembuluh darah digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uteri.

Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis yang


terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada
proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali
jumlah urine. Menurunnya hingga menghilangnya hormon progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Setelah persalinan,
shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung
meningkat. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan adanya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-7 hari post
partum. Pada sebagian besar ibu, volume darah hampir kembali pada
keadaan semula sebelum hamil 1 minggu postpartum.

g. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh


beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol
darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:

 Nafsu Makan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme


ibu meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan untuk
meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti kalori, energi,
darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama proses persalinan. Ibu
dapat mengalami peubahan nafsu makan. Pemulihan nafsu makan
diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

 Motilitas

Secara fisiologi terjadi penurunan tonus dan motilitas otot traktus


pencernaan menetap selama waktu yang singkat beberapa jam setelah
bayi lahir, setelah itu akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Pada postpartum SC dimungkinkan karena pengaruh analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.

 Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini


disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pascapartum. Pada keadaan terjadi diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir, meningkatkan terjadinya konstipasi
postpartum. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu
beberapa hari untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat
buang air besar kembali teratur, antara lain pengaturan diet yang
mengandung serat buah dan sayur, cairan yang cukup, serta pemberian
informasi tentang perubahan eliminasi dan penatalaksanaanya pada
ibu.
h. Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-


pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah placenta
dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi pulih
kembali ke ukuran normal. Pada sebagian kecil kasus uterus menjadi
retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang
pula wanita mengeluh kandungannya turun. Setelah melahirkan karena
ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.
Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih
agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot
dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan
atau senam nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari post partum.

i. Sistem Endokrin

Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi


seperti sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera
setelah plasenta lahir. Penurunan hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu setelah melahirkan
melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-
jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut. Berikut ini perubahan hormon dalam
sistem endokrin pada masa postpartum.

a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada
tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
meningkatkan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu uterus
kembali ke bentuk normal.

b. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya


kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi sehingga
memberikan umpan balik negatif, yaitu pematangan folikel dalam
ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui tingkat
sirkulasi prolaktinsetelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
Untuk wanita laktasi, 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi, 50% siklus pertama anovulasi.

j. Penurunan Berat Badan

Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya


yang berasal dari bayi, plasenta dan air ketuban dan pengeluaran darah
saat persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu
kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar
mempunyai kecenderungan tetap akan lebih berat daripada sebelumnya
rata-rata 1,4 kg (Cunningham et al., 2012).

k. Perubahan Payudara

Pada saat kehamilan sudah terjadi pembesaran payudara karena


pengaruh peningkatan hormon estrogen, untuk mempersiapkan
produksi ASI dan laktasi. Payudara menjadi besar ukurannya bisa
mencapai 800 gr, keras dan menghitam pada areola mammae di sekitar
puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi segerai setelah melahirkan melalui proses inisiasi
menyusu dini (IMD), walaupun ASI belum keluar lancar, namun sudah
ada pengeluaran kolostrum. Proses IMD ini dapat mencegah
perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3
postpartum sudah mulai diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna.
Pada semua ibu yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Fisiologi menyusui mempunyai dua mekanise fisiologis yaitu;
produksi ASI dan sekresi ASI atau let down reflex. Selama kehamilan,
jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi, maka terjadi positive
feed back hormone (umpan balik positif), yaitu kelenjar pituitary akan
mengeluarkan hormon prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari
ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi membesar terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga
mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, reflek saraf
merangsang kelenjar posterior hipofisis untuk mensekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus payudara ke duktus
yang terdapat pada putting.

l. Sistem Eliminasi

Pasca persalinan terdapat peningkatan kapasitas kandung


kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi
selama proses melahirkan. Untuk postpartum dengan tindakan SC, efek
konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural pada kandung
kemih. Distensi yang berlebihan pada kandung kemih dapat
mengakibatkan perdarahan dan kerusakan lebih lanjut. Pengosongan
kandung kemih harus diperhatikan. Kandung kemih biasanya akan
pulih dalam waktu 5-7 hari pasca melahirkan, sedangkan saluran
kemih secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 2-8 minggu
tergantung pada keadaan umum ibu atau status ibu sebelum persalinan,
lamanya kala II yang dilalui, besarnya tekanan kepala janin saat
intrapartum.
Dinding kandung kencing pada ibu postpartum memperlihatkan
adanya oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonium,
menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing
masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma
pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi.

Dilatasi ureter dan pyelum normal dalam waktu 2 minggu.


Urine biasanya berlebihan (poliuri) antara hari kedua dan kelima, hal
ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam
kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Acetonuri terutama setelah partus yang sulit
dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat dan lemak untuk
menghasilkan energi, karena kegiatan otot-otot rahim meningkat.
Terjadi proteinuri akibat dari autolisis sel-sel otot. Pada masa hamil,
perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan
kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Buang air kecil sering sulit
selama 24 jam pertama.(Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui,2018)

2.1.2 Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut Reva Rubin (1991), terdapat tiga fase dalam masa adaptasi
peran pada masa nifas, yaitu:

a. Periode “Taking In” atau “Fase Dependent”

Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,


ketergantungan ibu sangat menonjol.Pada saat ini ibu mengharapkan
segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991)
menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang
disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase
menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Ibu akan
mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Pada
saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalani
masa nifas selanjutnya dengan baik. Membutuhkan nutrisi yang lebih,
karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika
ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas. Karkteristik
periode Taking In digambarkan sebgai berikut:

 Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.

 Ia mungkin akan mengulang-mengulang menceritakan


pengalamannya waktu melahirkan.

 Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi


gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

 Peningkataan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan


dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

Dalam memberi asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan


psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang
baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan
mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil
melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang
nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini,
sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan
oleh pasien terhadap dirinya dan bayinya hanya karena kurangnya
jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan.

b. Periode “Taking Hold” atau fase “Independent”


Pada ibu-ibu yang mendapat asuhan yang memadai pada hari-
hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai
keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai
aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang
lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan
penuh semangat ia belajar mempraktikkan cara-cara merawat bayi.
Rubin (1991) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold. Pada
fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitif
dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung
menerima nasihat bidan, karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan
pentingmemperhatikan perubahan yang mungkin terjadi. Pada
beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya,
sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan
pada:

 Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum
pernah mempunyai pengalaman mengasuh anak.
 Wanita karir atau pekerjaan tetap atau formal di luar rumah.
 Ibu yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk
membagi suka dan duka.
 Ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
(significant others).
 Ibu dengan anak sebelumnya yang sudah remaja.
 Single parent.
Mengenai karakteristik periode Taking Hold dapat digambarkan
sebagai berikut.
 Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
 Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
 Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK,
serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
 Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
 Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan halhal tersebut.
 Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.

Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk


memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu
diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai menyinggung
perasaan ibu atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat
sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kalau seperti itu salah”
disampaikan pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti
perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang diberikan bidan.

c. Periode “Letting go” atau “ Fase Mandiri” atau “Fase


Interdependen”

Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat


dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga. Ibu
akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ibu harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan
seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan
salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya,
ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan
kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain (sibling
rivalry).

Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go), dimana
masing-masing ibu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap
dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari
sebuah keluarga. Karkteristik periode Letting go digambarkan sebagai
berikut.

 Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini
pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
 Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat
tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.

Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

(Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,2018)

2.1.3 Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

I 6-8 jam post partum  Mencegah perdarahan masa nifas oleh


karena atonia uteri.

 Mendeteksi dan perawatan penyebab lain


perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.

 Memberikan konseling pada ibu dan


keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri.

 Pemberian ASI awal.

 Mengajarkan cara mempererat hubungan


antara ibu dan bayibaru lahir.

 Menjaga bayi tetap sehat melalui


pencegahan hipotermi.

 Setelah bidan melakukan pertolongan


persalinan,maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi
barulahir dalam keadaan baik.

II 6 hari post  Memastikan involusi uterus barjalan dengan


normal, uterus berkontraksi dengan baik,
partum tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal.

 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi


dan perdarahan.

 Memastikan ibu mendapat istirahat yang


cukup.

 Memastikan ibu mendapat makanan yang


bergizi dan cukup cairan.

 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan


benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.

 Memberikan konseling tentang perawatan


bayi baru lahir.

III 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan


asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari
post partum post partum.

IV 6 Minggu Post  Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami


Partum ibu selama masa nifas.

 Memberikan konseling KB secara dini.

Sumber : Kemenkes RI,2013

2.1.4 Kebutuhan Masa Nifas

2.1.4.1 Kebutuhan Nutrisi dan Eliminasi

a. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah
melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa (pada
perempuan dewasa tidak hamil kebutuhan kalori 2.000-2.500 kal, perempuan
hamil 2.500-3.000 kal, perempuan nifas dan menyusui 3.000-3.800 kal).
Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada 6 bulan pertama postpartum,
peningkatan kebutuhan kalori ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan ke
dua postpartum yaitu menjadi 500 kalori. Ibu nifas dan menyusui
memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin
serta bahan pengawet atau pewarna.

b. Kebutuhan eliminasi

Mengenai kebutuhan eliminasi pada ibu postpartum adalah sebagai berikut.

1) Miksi
Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat
dilakukan tindakan:

1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien

2) Mengompres air hangat di atas simpisis

2) Defekasi
Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup serat
dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang
air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air hangat.

2.1.4.2 Kebutuhan Ambulasi, Istirahat, dan Exercise atau Senam Nifas

Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation,


yaitu upaya sesegera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya
dan membimbing berjalan. Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan yang diperoleh dari Early
ambulation adalah:

 Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.

 Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

 Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar.

Early ambulation akan lebih memungkinkan dalam mengajari ibu


untuk merawat atau memelihara anaknya, seperti memandikan bayinya.
Namun terdapat kondisi yang menjadikan ibu tidak bisa melakukan Early
ambulation seperti pada kasus klien dengan penyulit misalnya anemia,
penyakit jantung, penyakit paru, dll. Seorang ibu nifas biasanya mengalami
sulit tidur, karena adanya perasaan ambivalensi tentang kemampuan merawat
bayinya. Ibu akan mengalami gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki bayinya, mengganti
popok dsb. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan. Ibu dapat mulai melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, dan ibu pergunakan waktu istirahat dengan tidur di siang hari.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya.

Mengenai kebutuhan exercise atau senam nifas, mempunyai banyak


manfaat yang esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan
kebugaran, sirkulasi darah dan juga bisa mendukung ketenangan dan
kenyamanan ibu. Berikut manfaat senam nifas secara umum:

 Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang


mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian
tersebut ke bentuk normal.
 Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar
diakibatkan kehamilan.
 Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan
menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca
persalinan.

a. Kebutuhan Personal Hygiene dan Seksual

 Personal Higiene

Kebutuhan personal higiene mencakup perawatan perinium dan


perawatan payudara.

1) Perawatan perinium
Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium dibersihkan
secara rutin. Caranya adalah dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal
sekali sehari. Membersihkan dimulai dari arah depan ke belakang sehingga
tidak terjadi infeksi. Ibu postpartum harus mendapatkan edukasi tentang hal
ini. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor diganti
paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau
lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka.

2) Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan menggunakan BH


yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau
ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet agar ketika bayi
dengan daya hisap paling kuat dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
Apabila puting lecet sudah pada tahap berat dapat diistirahatkan selama 24
jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. Untuk
menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet 500 mg setiap
4-6 jam sehari.
Melakukan Breastcare pada masa nifas mempengaruhi ASI yang
dikeluarkan. Breastcare post partum adalah perawatan payudara pada ibu
setelah melahirkan sedini mungkin. Perawatan payudara adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara
dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. Adapun
pelaksanaan breast care post partum ini dilakukan pada hari ke 1 – 2 setelah
melahirkan minimal 2 kali dalam sehari. Manfaat breast care post partum
antara lain melancarkan refleks pengeluaran ASI atau refleks let down, cara
efektif meningkatkan volume ASI peras/perah, serta mencegah bendungan
pada payudara/payudara bengkak (Titik Wijayanti, 2016).

Menurut Nations Children Fund (UNICEF) dan (WHO)


direkomendasikan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, sebaiknya
anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) paling sedikit itu 6 bulan supaya dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi (AKB), menyusui
dapat menurunkan resiko infeksi seperti diare, pneumonia, infeksi telinga,
meningitis, infeksi saluran kemih serta melindungi bayi terhadap penyakit
kronis seperti diabetes mellitus tipe 1 juga. ASI eksklusif merupakan salah
satu cara untuk mensukseskan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)
(Sunensi,2018).

ASI yang sudah ibu perah / ASI yang sudah di pompa dengan alat
pemompa (breast pum). Breast pump atau pemompa ASI adalah alat pemompa
yang dapat membantu mengeluarkan ASI sehingga bayi Anda dapat tetap
minum ASI. Breast pump juga membuat masa-masa menyusui lebih praktis
karena Anda dapat memompa susu untuk disimpan sebagai stok. Manfaat dari
metode ini yaitu untuk meningkatkan asupan ASI eksklusif pada bayi selama 6
bulan dan mencegah kejadian kesakitan pada bayi serta untuk mengurangi
risiko pada ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif yang berdampak fatal
kemudian hari bagi kesehatan anak seperti gangguan alergi, pencernaan dan
pertumbuhan.

Adanya dampak di atas disebabkan oleh beberapa faktor penghambat


diantaranya yaitu ibu bekerja, pengetahuan ibu nifas tentang ASI breast
pumping, usia nikah, meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol, merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya,
maka banyak yang tidak memberikan ASI secara langsung kepada bayi dan
ASI perah terbukti dapat menjadi salah satu solusi dalam pemberian ASI
(fitrinurhayati, 2018). Selain itu, dikarenakan oleh faktor dari ibu maupun
faktor dari si bayi itu sendiri, dan alasan yang menjadi faktor pendukung
adalah pengetahuan ibu sendiri.(Dinkes Kesehatan Provinsi Lampung,2016)

3) Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Libido
menurun pada bulan pertama postpartum, dalam hal kecepatan maupun lamanya,
begitu pula orgasmenya. Ibu perlu melakukan fase pemanasan (exittement) yang
membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini harus diinformasikan pada pasangan
suami isteri. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua
jari ke dalam vagina, apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk
melakukan hubungan suami istri. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui,2018)

2.1.5 Perawatan Luka Jalan Lahir

Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan vagina


dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan maupun tindakan episiotomi. Faktor predisposisi terjadinya luka
perineum pada ibu nifas antara lain partus presipitatus yang tidak dikendalikan
dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, edema dan
kerapuhan pada perineum, vasikositas vulva dan jaringan perineum, arkus
pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan
kepala bayi kearah posterior, dan perluasan episiotomi. Faktor penyebab dari
aspek janin antara lain bayi besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran
bokong, ekstraksi forcep yang sukar, dan distosia bahu.

Luka jahitan perineum dialami oleh 75% ibu yang melahirkan


pervaginam. Tahapan penyembuhan luka jahitan perineum dapat dibagi
sebagai berikut.
 Hemostatis (0 – 3 hari), vasokontriksi sementara dari pembuluh darah
yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan
diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk membentuk sebuah bekuan.

 Inflamasi respon inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera,


dan efeknya bertahan hingga 5 – 7 hari. Karakteristik Inflamasi yang
normal antara lain kemerahan, kemungkinan pembengkakan, suhu
sedikit meningkat di area setempat (atau pada kasus luka yang luas,
terjadi periksia sistematis), kemungkinan ada nyeri. Selama peralihan
dari fase inflamasi ke fase proliferasi jumlah sel radang menurun dan
jumlah fibroblas meningkat.

 Proliferasi (3 – 24 hari), selama fase proliferasi pembentukan


pembuluh darah yang baru berlanjut di sepanjang luka. Fibroblas
menempatkan substansi dasar dan serabutserabut kolagen serta
pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Tanda inflamasi mulai
mulai berkurang dan berwarna merah terang.

 Maturasi (24 – 1 bulan), bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan


granulasi, setelah jaringan granulasi meluas hingga memenuhi defek
dan defek tertutupi oleh permukaan epidermal yang dapat bekerja
dengan baik, mengalami maturasi. Terdapat suatu penurunan progesif
dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dari merah kehitaman
menjadi putih. Serabut – serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan
kekuatan regangan luka meningkat.

Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara lain; pada hari-hari awal
pasca penjahitan luka terasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan
pada perineum, jahitan perineum tampak lembab, merah terang, selanjutnya
mulai tampak layu karena sudah memasuki tahap proliferasi dan maturasi.
Tanda-tanda infeksi luka jahitan perineum pada masa nifas, antara lain:
pembengkakan luka, terbentuk pus, dan perubahan warna lokal menjadi
kemerahan serta disertai adanya nyeri pada jahitan perineum.

Perawatan luka laserasi atau episiotomi dilakukan dengan cara


dibersihkan dengan air hangat, bersih, dan gunakan kasa steril. Nasehati ibu
untuk menjaga perineumnya selalu bersih dan kering, hindari mengolesi atau
memberikan obat atau ramuan tradisional pada perineum, mencuci perineum
dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari,
mengganti pembalut setiap kali basah atau lembab oleh lochea dan keringat
maupun setiap habis buang air kecil, memakai bahan celana dalamyang
menyerap keringat, kontrol kembali ke fasilitas kesehatan dalam seminggu
postpartum untuk memeriksa penyembuhan lukanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka jahitan


perineum, antara lain sebagai berikut.

 Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap


proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian sel yang
rusak, untuk pertumbuhan jaringan sangat dibutuhkan protein.
 Pengetahuan dan kemampuan ibu dalam dalam perawatan luka
perineum akan mempengaruhi penyembuhan perineum.

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan luka


perineum, misalnya adanya mitos-mitos yang mendukung atau bertentangan
dengan perawatan luka perineum, antara lain: kebiasaan makan, kadang
terdapat mitos yang menghindari makanan yang cenderung mengandung
protein, misalnya ikan, telur dan daging, padahal protein justru dibutuhkan
untuk regenerasi sel dan pertumbuhan jaringan, asupan gizi ibu juga sangat
mempengaruhi proses penyembuhan luka. Contoh lain, misalnya adanya
budaya memberikan ramuan-ramuan tradisional tertentu yang dioleskan pada
luka perineum, hal ini akan menimbulkan potensi infeksi pada luka dan
menghambat penyembuhan luka perineum.(Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui,2018)

2.1.6 Tanda Bahaya Nifas

Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal


yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.

 Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage) adalah


perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir,
atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi perubahan
keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa
adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
 Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage) adalah
perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti perdarahan
postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa
nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24
jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab
utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta

b. Infeksi pada masa postpartum

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,


Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi
yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca pembedahan merupakan
salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu
badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus
lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

c. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari yang seharusnya di atas


kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

 Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang


kurang baik.
 Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
 Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih
lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
 Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan analisa diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar, 2002).

d. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana


berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6
minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub
involusi (Mochtar, 2002). Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa
plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo,
2007). Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus
lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea
banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo,
2007). Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap
hari di tambah dengan Ergometrin peroral. Bila ada sisa plasenta lakukan
kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo,
2007).

e. Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala
komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi. Menurut Mochtar (2002), gejala klinis peritonitis
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

 Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya adalah demam, nyeri perut bagian bawah tetapi
keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum dauglas menonjol
karena ada abses.
 Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut
nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia, kadang-kadang
muntah.

f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan
penglihatan Kabur

Menurut Manuaba (2008), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada


nifas. Pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg
dan distolnya ≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu diwaspadai
adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum, atau keadaan hipertensi
esensial. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia
bila kadar haemoglobin <10 gr%. Lemas yang berlebihan juga merupakan
tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas dapat disebabkan oleh kurangnya
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan
darah rendah.

Upaya penatalaksanaan pada keadaan ini dengan cara sebagai berikut.

 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.


 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
 Minum suplemen zat besi untuk menambah zat besi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin.
 Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk meningkatkan
daya tahan tubuh, mencegah infeksi, membantu pemulihan keadaan ibu
serta mentransmisi vitamin A kepada bayinya melalui proses menyusui.
 Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
 Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat
proses involusi uterus. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui,2018)
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan


tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali bertemu
klienya. Selama masa nifas, seorang bidan dalam menuliskan catatan SOAP
untuk setiap kali kunjungan, sementara masa postpartum, seorang bidan boleh
menuliskan lebih dari satu catatan untuk satu klien dalam satu hari. Seorang
bidan harus melihat catatancatatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat
seorang siswa, bidan akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan urutan
SOAP akan terjadi secara alamiah. Kepanjangan dari SOAP adalah :

 S ( Data Subyektif)
Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

 O ( Obyektif)
Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama ( Pengkajian
data) ,terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain.

 A (Assessement)
(Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan intrepretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam
pendokumentasian menejemen kebidanan karena keadaan pasien
setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun obyektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis

 P ( Planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan dating. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.

a. Tujuan pendokumentasian SOAP adalah :

a) Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang mengorganisir


penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan

b) Merupakan penyaringan initsari dari proses penatalaksanaan kebidanan


untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan

c) Merupakan urutan-urutan yang dapat membantu dalam mengorganisir


pikiran anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh

2.2.1 Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney

Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses


pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun
1970 an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian,
pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan.

a. Langkah I. Pengumpulan data dasar


Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

a) Riwayat kesehatan

b) Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan

c) Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya

d) Meninjau data laboratorium dan membandingkanya dengan hasil study

b. Langkah II. Intepretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis


atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah diintepretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang
ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur. Standart nomenklatur diagnosis kebidanan
tersebut adalah :

a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c) Memiliki ciri khas kebidanan

d) Didukung oleh Clinical judgement dalam praktik kebidanan

e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan menejemen kebidanan.

c. Langkah.III Mengidentifikasi diagnosisi atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis


potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosisi yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan

d. Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang


memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lai sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah V. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan


langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

f. Langkah VI. Melaksanakan perencanaa

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah


kelima hsrus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, dan sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang


sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

2.2.2 Prinsip Dokumentasi

Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh


individu. Peran, perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari sebuah
pendokumentasian juga mempengaruhi efektivitas sebuah dokumentasi.
Ditinjau dari segi tehnik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan pendokumentasian antara lain :

a. Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan

b. Hendaknya tulisan mudah dibaca.

c. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan


selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan

d. Apabila memungkinkan, kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan


pasien

e. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis

f. Bedakan informasi yang obyektif dan penafsira

g. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

a) Perubahan kondisi klien atau muncul masalah baru

b) Respon pasien terhadap tindakan yang diberikan oleh bidan

c) Respon pasien terhadap kegiatan konseling oleh bidan


h. Hindari dokumentasi yang bersifat bau, karena setiap pasien unik dan
mempunyai permasaahan yang berbeda.

i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan pergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima

j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, tulisan yang salah tersebut jangaj
dihapus. Pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata salah
diatasnya dibubuhkan paraf.

k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu serta tanda tangan dan nama
terang

l. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan


tandatangangan dan cantumkan kembali waktu pada bagian halama
berikutnya.

(Kurniarum Arum,2016

Pengertian SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang berhubungan
dengan masalah pasien yang terdapat pada catatan kebidanan. Dan bersifat sederhana,
jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalkasanaan manajemen kebidanan. Dalam metode SOAP ini memiliki 4 unsur
yaitu : S adalah data Subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis / assessment
dan P adalah planning/ penatalaksanaan. Tujuan pembuatan SOAP : 1. SOAP
merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis,
mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan.
2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan
pendokumentasian. 3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif
Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan

Contoh Dokumentasi asuhan- soap dalam bentuk laporan asuhan kebidanan masa
nifas

a. Data subjektif

1. Identitas
Istri Suami Nama : Nama : Umur : Umur : Agama : Agama
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan :
Pekerjaan : Alamat : Alamat :

2. Keluhan Utama : (PQRST) Contoh : Ibu mengatakan telah melahirkan 2


hari yang lalu, mengeluh nyeri perut khususnya pada daerah bagian bawah
®, apalagi saat menyusui (P,T), sifat nyeri sama seperti nyeri saat proses
persalinan (Q), dan semakin terasa sejak 1 hari yang lalu (S).

3. Riwayat Perkawinan Kawin…..kali, kawin pertama kali umur….


Tahun, dengan suami sekarang sudah …… tahun.

4. Riwayat Haid a. Menarche umur : b. Siklus : c. Teratur/tidak : d.


Lamanya : e. Banyaknya : f. Dismenorhoe :

5. Riwayat Obstetri No Tahun Kehamilan Persalinan Bayi Penyulit Nifas


Ket. Penyulit UK Cara Tempa t/ penolo ng penyulit BB PB seks Keadaa n
lahir Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan

6. Riwayat Persalinan Sekarang - Umur kehamilan saat melahirkan : -


Tanggal/jam melahirkan : - Tempat/penolong : - Lama proses persalinan :
Mulai merasakan nyeri sampai dengan mulai mengedan : Lama mengedan
sampai dengan bayi lahir : Lama masa pengeluaran plasenta : - Jenis
persalinan : - Penyulit saat bersalin : - Tindakan saat persalinan Pelebaran
jalan lahir : Penjahitan luka jalan lahir : - Keadaan bayi yang dilahirkan :
Hidup/Meninggal, segera menangis/tidak, BB/PB, Jenis Kelamin.

7. Riwayat Keluarga Berencana a. Jenis : b. Lama : c. Masalah :

8. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan ibu : Penyakit yang pernah


diderita ibu, dan riwayat alergi (jika ada) b. Riwayat kesehatan keluarga :
Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan

9. Pola kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi

- Jenis yang dikonsumsi :


- Frekuensi :

- Porsi makan :

- Pantangan :

b. Eliminasi

- BAB

 Frekuensi :

 Konsistensi :

 Warna :

- BAK

 Frekuensi :

 Warna :

 Bau :

c. Personal Hygiene

- Frekuensi mandi :

- Frekuensi gosok gigi :

- Frekuensi ganti pakian/jenis :

d. Aktivitas :

e. Tidur dan istirahat :

- Siang hari : jam

- Malam hari : jam

- Masalah :
f. Pola seksual : - Kapan ibu dan suami berencana memulai hubungan
seksual : (jika sudah dilakukan) - Bagaimana kenyamanan fisik dan
psikologis ibu saat berhubungan :

g. Pemberian ASI : - Kapan mulai memberikan ASI : - Frekuensi


menyusui : - Masalah :

10. Data Psikososial dan Spiritual - Tanggapan Ibu dan keluarga terhadap
kelahiran bayinya - Tanggapan Ibu terhadap perubahan fisiknya -
Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan yang telah dialaminya -
Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi - Hubungan sosial ibu dengan
mertua, orang tua, keluarga - Pengambil keputusan dalam keluarga -
Orang yang membantu ibu merawat bayi - Adat/kebiasaan/kepercayaan
ibu yang berkaitan dengan kelahiran dan perawatan bayi - Kegiatan
spiritual yang dilakukan ibu pada masa nifas

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum : b. Kesadaran : Akademi


Kebidanan Mitra Husada Medan c. Tanda Vital : - TD…….. mmHg -
Nadi……x/menit - Suhu…..°C - Respirasi….x/menit

2. Pemeriksaan khusus - Kepala : - Muka : - Mata : - Telinga : - Hidung : -


Mulut : - Leher : - Dada : - Mamae : - Perut : - Genetalia : - Anus : -
Tungkai :

3. Pemeriksaan Penunjang

C. ANALISA DATA

1. Diagnosa Kebidanan : P…., A…., Post Partum Normal/SC, Hari/Jam


ke…..,dengan……. (kondisi yang menyertai masa nifas ibu, dan yang
tercakup dalam standar nomenklatur kebidanan, Misalnya : Anemia,
Metritis, Infeksi Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan mamae,
pembengkakan mamae, pembengkakan mamae, peritonitis, hipertensi,
sistitis, HPP, tertinggal sisa plasenta, infeksi luka)
2. Masalah : Jika ada masalah yang menyertai masa nifas dan tidak
tercakup dalam diagnose kebidanan, misalnya post partum blues.

3. Kebutuhan :

D. PENATALAKSANAAN

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan

2. Memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu pada


masa nifas tersebut

A. DATA SUBJEKTIF Pengkajian data yang diperoleh dari ibu atau


keluarga, dilihat dari keluhan utama ibu dan diagnosa/kasus yang ada pada
ibu nifas. (contoh: ibu mengatakan payudaranya bengkak dan terasa nyeri)

B. DATA OBJEKTIF Pengkajian data yang diperoleh dari hasil


pemeriksaan dilihat dari keluhan utama ibu dan diagnose/kasus yang ada
pada ibu nifas. (contoh: pemeriksaan pada payudara, abdomen dan
genetalia baik pemeriksaan inspeksi maupun auskultasi pada ibu nifas hari
ke 3 dengan bendungan ASI)

C. ANALISA DATA

1. Diagnosa Kebidanan : P…., A…., Post Partum Normal/SC, Hari/Jam


ke…..,dengan……. FORMAT SOAP NOTE Akademi Kebidanan Mitra
Husada Medan (kondisi yang menyertai masa nifas ibu, dan yang tercakup
dalam standar nomenklatur kebidanan, Misalnya : Anemia, Metritis,
Infeksi mamae, pembengkakan mamae, pembengkakan mamae,
peritonitis, hipertensi, sistitis, HPP, tertinggal sisa plasenta, infeksi luka)

2. Masalah : Jika ada masalah yang menyertai masa nifas dan tidak
tercakup dalam diagnose kebidanan, misalnya post partum blues.

3. Kebutuhan :

D. PENATALAKSANAAN

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan


2. Memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu pada
masa nifas tersebut(6)

PATHWAY ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGIS PADA Ny.P P1A0 12 JAM


POST PARTUM DI PUSKESMAS SOLOKANJERUK

Hari/Tanggal : 21 April 2022


Waktu Pengkajian : 10.05 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Solokanjeruk
No Rekam Medik : 22/23476
Nama Pengkaji : Nadia Izzati

A. Data Subjektif
1. Identitas Klien

Istri Suami

Nama Ny. P Tn. D


Usia 22 Tahun 24 Tahun
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Panyadap 3/14 Panyadap 3/14
No. HP 0858xxxxxxxx 0858xxxxxxxx

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah merasa baikan, namun perutnya masih terasa mules,
dan terasa sedikit perih dijalan lahir, ibu melahirkan pada tanggal 20 April
2022, pukul 19.05 di puskesmas solokanjeruk secara normal.
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Nifas

Tahun Usia Jenis Penolong Bayi Komplikasi Lama


Ana
Melahika Kehamila Pesalina Persalina J Hami Bersali Nifa Menyusu
k Ke BB PB
n n n n K l n s i
3300g 51c
1 2022 9 bulan Normal Bidan L t.a.k t.a.k t.a.k
r m

4. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama lamanya sudah 1 tahun. Menikah usia 21
tahun.
5. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil,
dan penyakit jantung, ginjal, dan penyakit kencing manis, tidak memiliki
riwayat seperti keputihan berwarna kuning, hijau, yang disertai gatal dan
berbau. Selain itu juga ibu tidak memiliki riwayat operasi pada alat
kandungannya dan tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis, HIV/AIDS, dan
TBC.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan pada keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC.
7. Riwayat dan Rencana KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.
8. Pola Sehari-hari
 Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari, terakhir makan pukul
07.00 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah
Makanan yang dipantang : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
 Hidrasi
Frekuensi / Banyak : 10 - 12 gelas perhari/± 3000 ml
Jenis Minuman : Air putih
 Istirahat / Tidur
Malam : Tidur malam pukul, 22.00 Wib – 05.00
Wib, sekitar 7 jam
Siang : Tidur siang pukul 13.00 – 15.00 Wib,
sekitar 2 jam
Keluhan Saat Tidur : Tidak ada
 Eliminasi
Frekuensi BAK/ Hari : 3- 4 kali sehari
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi BAB/ Hari : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
 Aktivitas
Kegiatan ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, seperti
menyapu dan mengurus bayinya. Ibu mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
9. Status Ekonomi
Penghasilan : Rp±3.000.000/bulan
Jumlah tanggungan : 2 orang
Ibu mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
10. Dukungan Psikologis dan Sosial
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya dan ibu mengatakan
suami mendukung atas kelahiran ini. Suami dan keluarga ikut membantu ibu
mengurus bayinya.
A. DATA OBJEKTIF (O)
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-Tanda Vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. N : 82 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. S : 36,8oC
e. TB : 150 cm
f. BB : 50 Kg
50
g. IMT : 2 = 22,2 (normal)
1,50
4. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
5. Wajah : Tidak ada oedema
6. Payudara : Bentuk simetris, puting menonjol, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa atau benjolan, tidak ada
dimpling sign, retraksi ataupun kulit jeruk. ASI sudah
keluar dan terdapat kolostrum.
7. Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, uterus keras, dan
kandung kemih kosong.
8. Genetalia : Tidak ada kelainan (varises, herpes, hour albus, lesi
,kondiloma akumilata), pengeluaran darah ± 20cc,
terdapat luka jahitan pada perineum yang masih basah,
lochea rubra berwarna merah kehitaman, ciri – ciri
terdiri dari sel desidua verniks, caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
9. Ekstremitas Atas : Tidak ada oedema
10. Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema dan varises
11. Data Penunjang
a. Hemoglobin : Tidak dilakukan
b. Glukosa : Tidak dilakukan
B. Assasment

Diagnosa : P1A0 Postpartum 12 jam

Masalah : -

C. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hasil dalam keadaan normal,
menunjukkan ibu sehat
Hasil pemeriksaan TD : 110/80 mmHg, RR : 20 x/menit, N: 82 x/menit,S: 36.8
C,TFU 2 jari dibawah pusat
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya
2. Menjelaskan kepada ibu cara perawatan luka jahitan perineum,usahakan
selalu kering tidak lembab, tidak boleh diberi ramuan, dan mengganti
pembalut sesering mungkin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengikuti anjuran
3. Memberitahukan kepada ibu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik,
tidak ada perdarahan abnormal.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisinya dalam keadaan normal
4. Menjelaskan mengenai vulva hygiene yang baik seperti menggunakan celana
dalam berbahan katun agar mudah menyerap keringat, mengganti pembalut
setiap 4 jam sekali, membersihkan alat kelaminnya dari depan ke belakang,
dan mengeringkannya hingga kering.
Evaluasi : ibu sudah melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara bertahap, dimulai dari
miring kanan kiri, duduk, kemudian berjalan perlahan.
Evaluasi : ibu mengerti dengan informasi yang disampaikan
6. Memberitahu ibu untuk memberi ASI pada bayinya sesering mungkin,
minimal 2 jam sekali atau on demand
Evaluasi : ibu mengetahui dan mengikuti anjuran
7. Menjelaskan dan mempraktekkan pada ibu teknik menyusui yang baik
Evaluasi : teknik menyusui yang ibu lakukan masih terdapat beberapa yang
kurang tepat sehingga dilakukan konseling ulang dan mempraktekkan teknik
menyusui yang benar, evaluasi ulang : ibu sudah dapat mempraktekkan teknik
menyusui yang tepat
8. Memberi konseling pada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi
yaitu mngonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan minum air putih
sebanyak 3L/hari
Evaluasi : ibu mengerti apa yang telah disampaikan dan ibu telah makan dan
minum sesuai yang disampaikan
9. Hal – hal yang harus dihindari oleh ibu bersalin dan selama nifas
a. Membuang ASI yang pertama keluar (kolostrum) karena sangat berguna
untuk kekebalan tubuh anak
b. Membersihkan payudara dengan alkohol/ poviden iodien/ obat merah atau
sabun karena bisa terminum oleh bayi
c. Latihan fisik dengan posisi telungkup
d. Menepelkan daun – daunan pada kemaluan karena akan menimbulkan
infeksi
e. Mengikat perut terlalu kencang
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengikuti anjuran
10. Memberitahu untuk memenuhi kebutuhan istirahat yang cukup seperti
apabila bayi tidur, ibupun ikut untuk tidur/istirahat.
Evaluasi : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
11. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya nifas xseperti
pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, kejang, rahim teraba lembek,
perdarahan dari jalan lahir, lochea berbau busuk, demam, pusing yang hebat,
dan payudara bengkak. Apabila menemukan satu gejala tersebut, segera
datang untuk periksa ke bidan
Evaluasi : ibu memahami apa yang disampaikan dan lebih waspada
12. Mengingatkan ibu untuk minum obat sesuai dengan jadwalnya yaitu
amoxcilin, paacetamol, dan FE.
Evaluasi : ibu mengerti dan mengikuti anjuran

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


NY. P P1A0 USIA 23 TAHUN DENGAN KEADAAN BAIK

Hari, Tanggal : Sabtu, 23 April 2022


Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Puskemas Solokanjeruk
Pengkaji : Nadia Izzati
No Rek. Med : 22/23476

I. Data Subjektif
a. Biodata
Istri Suami

Nama Ny. P Tn. D


22 Tahun
Usia Sunda 24 Tahun
Suku Islam Sunda
Agama IRT Islam
Pekerjaan Panyadap 3/14 Wiraswasta
Alamat 0858xxxxxxxx Panyadap 3/14
No. HP 0858xxxxxxxx

b. Keluhan Utama
Ibu datang kepuskesmas pukul 09.00 wib didampingi oleh keluarga, ibu
mengatakan produksi asi sudah banyak. Ibu sering terbangun malam hari
untuk menyusui bayinya, ibu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, dengan
lama sekitar 15- 30 meneit. Hari ini merupakan masa nifas hari ke 3.
2022, pukul 19.05 di puskesmas solokanjeruk secara normal.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Nifas

Tahun Usia Jenis Penolong Bayi Komplikasi Lama


Ana
Melahika Kehamila Pesalina Persalina J Hami Bersali Nifa Menyusu
k Ke BB PB
n n n n K l n s i
3300g 51c
1 2022 9 bulan Normal Bidan L t.a.k t.a.k t.a.k
r m

d. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama lamanya sudah 1 tahun. Menikah usia 21
tahun.
e. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil,
dan penyakit jantung, ginjal, dan penyakit kencing manis, tidak memiliki
riwayat seperti keputihan berwarna kuning, hijau, yang disertai gatal dan
berbau. Selain itu juga ibu tidak memiliki riwayat operasi pada alat
kandungannya dan tidak memiliki riwayat penyakit hepatitis, HIV/AIDS, dan
TBC.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan pada keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, asma dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, dan TBC.
g. Riwayat dan Rencana KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.
h. Pola Sehari-hari
 Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari, terakhir makan pukul
07.00 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah
Makanan yang dipantang : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
 Hidrasi
Frekuensi / Banyak : 10 - 12 gelas perhari/± 3000 ml
Jenis Minuman : Air putih
 Istirahat / Tidur
Malam : Tidur malam pukul, 22.00 Wib – 05.00
Wib, sekitar 7 jam
Siang : Tidur siang pukul 13.00 – 15.00 Wib,
sekitar 2 jam
Keluhan Saat Tidur : Tidak ada
 Eliminasi
Frekuensi BAK/ Hari : 3- 4 kali sehari
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak ada
Frekuensi BAB/ Hari : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
 Personal hygiene
Ibu mandi 2x/hari, cebok dari depan kebelakang, berganti pakaian sesuai
kebutuhan, mengganti pembalut minimal 4 kali sehari, terkadang setiap 4
jam sekali, membersihkan payudara rutin setelah mandi.
 Aktivitas
Kegiatan ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, seperti
menyapu dan mengurus bayinya. Ibu mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-
obatan terlarang.
i. Status Ekonomi
Penghasilan : Rp±3.000.000/bulan
Jumlah tanggungan : 2 orang
Ibu mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga
j. Dukungan Psikologis dan Sosial
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anaknya dan ibu mengatakan
suami mendukung atas kelahiran ini. Suami dan keluarga ikut membantu ibu
mengurus bayinya.
II Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82x/menit
R : 21x/menit S : 36,5˚C
TB : 150 cm
BB : 50 Kg
50
IMT : = 22,2 (normal)
1,502
Kepala : Rambut tidak rontok
Wajah : Tidak Pucat, Tidak ada oedema dan tidak ada
chloasma gravidarum
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera putih.
Hidung : Tidak ada gangguan pada pernapasan. Tidak ada polip
dan tidak ada cairan.
Mulut : Warna bibir merah muda. Tidak ada caries pada
gigi. Gusi berwarna merah muda. Tidak ada
pembengkakan gusi dan tidak ada amandel
Telinga : Telinga sejajar. Tidak ada cairan. Tidak ada
gangguan pada pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran pembuluh darah limfe dan
pembengkakan kelenjar tyroid. Tidak ada peningkatan
vena jugularis
Dada : Bunyi jantung reguler, tidak ada bunyi ronchi dan
weezing
Payudara : simetris, bersih, putting menonjol, terdapat nyeri,
sudah ada pengeluaran ASI
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi. TFU pertengahan
simpisis dan pusat, kandung kemih kosong.
Genetalia & Anus : Tidak ada oedem, tidak ada varises, lochea
sanguinolenta berwarna putih bercampur merah, dengan
ciri – ciri sisa darah dan lendir. Tidak berbau dan tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Ekstremitas : Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat
Bawah : Tidak ada oedema dan varises,
reflek patela +/+.

III Analisis
P1A0 postpartum 3 hari
IV Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
normal

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu lebih banyak mengkonsumsi serat, seperti sayur dan buah-
buahan untuk membantu ibu memperlancar BAB

Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan

3. Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya nifas.

Evaluasi : Ibu masih ingat dan dapat menyebutkannya kembali

4. Informed Consent kepada ibu untuk melakukan


perawatan payudara

Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara


5. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan perawatan
payudara

Evaluasi : Alat dan bahan telah disiapkan

6. Melakukan pijat oksitosin

Evaluasi : Ibu merasa nyaman

7. Melakukan perawatan payudara, mulai dari membersihkan puting, melakukan


pemijatan payudara hingga mengompres payudara dengan air hangan dan air
dingin.

Evaluasi : Ibu merasa nyaman dan rasa nyeri paada payudaranya berkurang

8. Memberikan Dukungan kepada ibu untuk melakukan ASI Ekslusif

Evaluasi : Ibu bersemangat untuk memberikan ASI Ekslusif

9. Memberikan KIE kepada ibu cara memompa ASI, penyimpanan ASI dan cara
mengahangatkan ASI.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya

10. Menjelaskan kepada ibu macam-macam kontrasepsi, dengan menggunakan


strategi kontrasepsi berencana.

Evaluasi : Ibu dapat mengulangi informasi yang disampaikan, dan ibu masih
akan memikirkan kontrasepsi apa yang akan digunakan
11. Memberitahukan ibu datang kembali pada hari ke-42 pasca salin ke fasilitas
kesehatan seperti puskesmas atau bidan untuk KB.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
12. Memberitahukan ibu tentang senam nifas dan mencontohkan beberapa
gerakan senam nifas untuk membantu pemulihan otot-otot ibu pada masa
nifas.
Evaluasi : Ibu mengikuti gerakan senam nifas
13. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat sesuai dengan yang
dianjurkan.
Evaluasi : Ibu telah mengkonsumsi obat sesuai yang dianjurkan, beberapa obat
sudah habis, dan ibu masih mengkonsumsi tablet Fe 1x1.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang


terjadi, asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan
membandingkan kesesuaian anatara teori dengan praktik yang terjadi berdasarkan
hasil asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. P mulai dari 12 jam setelah melahirkan
yang masuk kedalam KF 1 sampai KF 2 yaitu 4 hari masa nifas.

Masa nifas Ny. P berjalan normal. Ny. P usia 22 tahun, pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan IRT. Dalam hal ini Ny. P baru pertama kali melahirkan (primipara)
dan belum sepenuhnya mengerti mengenai perubahan fisologi pada masa nifas yang
terjadi pada dirinya, seperti perubahan uterus, lokhea, perubahan pada serviks,
perubahan pada vulva dan vagina, perineum, perubahan pada sistem pencernaan,
perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem muskulo- skeletal/otot, perubahan
sistem endokrin, perubahan tanda–tanda vital, perubahan sistem hematologi. Apabila
perubahan fisiologi pada masa nifas tidak diketahui oleh seorang ibu nifas dan jika
terjadi suatu infeksi maka perubahan fisiologi tersebut akan menjadi patologis dan
dapat membahayakan jiwa ibu oleh karena itu peran bidan dalam memberikan KIE/
asuhan kepada ibu postpartum primipara tentang perubahan fisiologis masa nifas
sangatlah penting agar dapat menambah pengetahuan ibu postpartum, sehingga kita
dapat mencegah komplikasi - komplikasi yang tidak diinginkan (Wiknjosastro, 2012).
(7)

Menurut Notoatmojo (2012) salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan


adalah pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang bersifat informal. Sesuai
dengan Ny. P yang belum memiliki pengalaman sebelumnya dan ini merupakan
pengalaman yang pertama hamil, bersalin, nifas, dan merawat bayinya, dengan
demikian pengalaman pribadi yang dialami belum begitu banyak yang dapat
digunakan untuk panduan dalam menjalani masa nifas. Ibu nifas tersebut baru
pertama kali mengalami perubahan-perubahan fisiologis masa nifas. (7)

Pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan sehingga terjadi perilaku


positif yang meningkat. Pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada penerimaan
terhadap hal-hal baru dan diharapkan dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat
lebih mudah untuk menyesuaikan diri. Pendidikan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah seseorang menerima informasi (Marianti,2011). Pengetahuan seseorang juga
dapat dipengaruhi oleh cara memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini tidak sejalan
dengan Ny. P dimana tingkat pendidikan terakhir Ny. P yakni SMA, Ny.P belum
dapat menyesuaikan diri untuk dapat menerima dan mencari hal – hal baru terutama
pengetahuan pada masa nifas.(7)

Menurut Ariani (2014), pekerjaan merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan
orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula, sebaliknya seseorang
yang tidak bekerja jarang berinteraksi dengan orang lain sehingga pengetahuannya
semakin rendah. Semakin tinggi sosial ekonomi seseorang akan menambah tingkat
pengetahuan. Pekerjaan bisa berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang karena
dengan bekerja seseorang akan mendapatkan informasi yang lebih banyak dari
lingkungan kerjanyaatau dari sesama individu yang bekerja. Dengan bekerja pula
wawasan akan semakin meluas (Marianti,2011). Hal ini tidak sejalan dengan Ny. P
dimana Ny. P yang tidak bekerja atau sebagai IRT sehingga tidak sering berinteraksi
dengan orang lain sehingga pengetahuannya kurang baik terhadap masa nifas. Namun
dengan interaksi sosial yang beliau lakukan salah satunya berinteraksi dengan
keluarga ataupun dengan tetangga sehingga Ny. P mendapatkan beberapa informasi.
(7)

Postpartum 12 jam dan masa nifas 3 hari Ny. P dalam keadaan normal. Ny. P
mengatakan sudah merasa baikan, namun perutnya masih terasa mules, dan terasa
sedikit perih dijalan lahir, ibu melahirkan pada tanggal 20 April 2022, pukul 19.05 di
puskesmas solokanjeruk secara normal. Dalam hal ini Ny. P masuk kedalam
kunjungan pertama (KF1), waktu 6 jam sampai 2 hari setelah persalinan (post
partum). Keadaan mules yang dirasakan oleh Ny. P merupakan suatu keadaan normal
dimana uterus berkontraksi sehingga terjadinya involusi uterus, dimana involusi
uterus yaitu  kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil. Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik
antara umur 20-45 tahun(8).
Usia ibu yang relatif muda dimana individu mencapai kondisi vitalitas yang
prima sehingga kontraksi otot dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat
karena proses regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia
tersebut. Tinggi fundus uteri dengan usia pada postpartum suatu pengaruh yang baik
pada proses penyembuhan dan proses pemulihan sebelum hamil. Apabila proses
involusi uterus tidak berjalan dengan baik maka akan timbul suatu keadaan yang
disebut subinvolusi uteri yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang
mungkin terjadi dalam masa 40 hari (Prawiroharjo, 2005). (8)
Proses Involusi Uteri dapat dilihat dari penurunan tinggifundus uteri atau
TFU, pengeluaran lokhea dan adanya kontraksi uterus. Akan tetapi, fenomena di
lapangan, masih banyak ditemukan ibu nifas hari ketiga dengan TFU masih satu jari
dibawah pusat, padahal seharusnya sudah tiga jari dibawah pusat. Faktor yang
menyebabkan infolusi uteri nutrisi dan status gizi, paritas, usia ibu, mobilisasi dini,
istirahat, menyusui dini, dan pijat oksitocin.(9)
Selain itu Ny. P merasakan sedikit perih dijalan lahir, hal ini karena persalinan
seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka biasanya ringan, tetapi dapat
juga terjadi luka yang luas dan berbahaya sehingga dapat menyebabkan infeksi.
Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaaan vulva dan perineum. Sebagai
akibat persalianan, terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva.
Begitu juga pada robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan juga
persalinan berikutnya (Sarwono, 2008).(10) Untuk meminimalisir hal tersebut penulis
memberikan pengetahuan mengenai perawatan luka jahitan perineum, dan dalam hal
ini sesuai dengan penatalaksanaan asuhan yang sudah diberikan oleh penuli kepada
Ny. P.
Selanjutnya pada pemeriksaan fisik, kondisi fisik Ny. P dalam keadaan
normal, hal ini terlihat dari TTV Ny. P dalam keadaan normal, untuk pemeriksaan
head to toe dalam keadaan normal, namun pada pemeriksaan payudara ibu
mengatakan ASI sudah keluar walaupun sedikit, dan kolostrum sudah keluar. Pada
pemeriksaan putting payudara sangat penting apakah putting menonjol atau tidak,
putting susu berfungsi untuk mempersiapkan proses menyusui, dan kolostrum dapat
dikonsumsi oleh bayi setelah bayi pertama kali menyusui menurut Depkes RI tahun
2009, kolostrum muerupakan cairan berwarna kuning keemasan yang kental
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan. Kolostrum mulai muncul
pada hari 1-4. Pada kasus ini kolostrum dan Asi sudah keluar sejak postpartum 12
jam, dan asi masih keluar sampai masa nifas hari ke 3.
Pada pemeriksaan abdomen Ny. P pada masa nifas 12 jam TFU Ny. P teraba 2
jari dibawah pusat dan setelah 3 hari masa nifas TFU Ny. P teraba antara pusat dan
sympisis, dimana merupakan keadaan yang normal, hal ini dipicu dengan involusi
yang uteri yang terjadi berjalan dengan normal.

Pada pemeriksaan genetalia Ny. P pada 12 jam terlihat adanya pengeluaran


darah ± 20 cc, pengeluaran darah ± 20cc, terdapat luka jahitan pada perineum, lochea
rubra berwarna merah kehitaman, dan tampak luka jahitan masih basah. Pada masa
nifas hari ke 3 terdapat pengeluaran lochea berwarna putih bercampur merah dan hal
sesuai dengan teori dan dalam keadaan normal, dimana Lochia Rubra 1 sampai 3 hari
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel deciduas, verniks kaseosa, rambut,
sisamekonium, sisa darah. Lochia Sanguinolenta 3 sampai 7 hari berwarna putih
bercampur merah

Pada pemeriksaan genetalia pada postpartum 12 jam Ny. P masih merasakan


perih akibat luka jahitan perineum dimana Ny. P terdapat luka jahitan perineum grade
II dan pada luka masih tampak basah. Pada 6 jam – 3 hari mengalami fase
Hemostatis (0 – 3 hari), vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak
terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin
untuk membentuk sebuah bekuan. kekuatan regangan luka meningkat.

Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara lain; pada hari-hari awal pasca
penjahitan luka terasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum, jahitan perineum tampak lembab, merah terang, selanjutnya mulai tampak
layu karena sudah memasuki tahap proliferasi dan maturasi. Tanda-tanda infeksi luka
jahitan perineum pada masa nifas, antara lain: pembengkakan luka, terbentuk pus, dan
perubahan warna lokal menjadi kemerahan serta disertai adanya nyeri pada jahitan
perineum.

Dari data subjektif, dan objektif didapatkan tidak ditemukan keluhan dan
tanda-tanda terjadinya komplikasi pada ibu. Berdasarkan data yang diperoleh pada 12
jam postpartum. Maka didapatkan analisa yaitu Ny. P usia 22 tahun P1A0 postpartum
12 jam dengan keadaan baik. Berdasarkan data yang diperoleh pada 3 hari
postpartum. Maka didapatkan analisa yaitu Ny.P usia 22 tahun P1A0 postpartum 3
hari dengan keadaan baik.
Pada asuhan yang dilakukan penatalaksanaan yang diberikan sudah di
diberikan oleh Ny. P sudah esuai dengan kebutuhan ibu, dan selalu dievaluasi apakah
informasi yang diberikan sudah dimengerti dan dapat dilakukan oleh ibu atau tidak.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. P P1A0, melakukan
pengumpulan data subjektif, objektif, menentukan analisa untuk mengetahui
masalah yang terjadi pasa pasien serta melakukan penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan Ny. P pada saat diberikan
asuhan pada post partum 12 jam dan post partum 3 hari dalam keadaan baik.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu postpartum memiliki semangat untuk melakukan
kunjungan postpartum untuk mengetahui kendala atau masalah apa yang terjdai
pada dirinya sehingga dapat mengetahui cara menanganinya, agar masa nifas
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ministry of Health of Republic Indonesia. Indonesia Health Profile 2018. Profil


Kesehatan Provinsi Bali. 2019.

2. Bandung DKK. Profil Kesehatan Kabupaten Bandung. 2019.

3. Fahriani M, Ningsih DA, Kurnia A, Mutiara VS. The Process of Uterine


Involution with Postpartum Exercise of Maternal Postpartum. J Kebidanan.
2020;10(1):48–53.

4. Laia PD, Arisandi E, Sinaga D. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang


Perdarahan Post Partum Di Klinik Heny Kasih Medan Tahun 2021. J Healthc
Technol Med. 2021;7(2).

5. Nova Yulita, Sellia Juwita, Ade Febriani. Perilaku Ibu Nifas Dalam
Meningkatkan Produksi ASI. Oksitosin J Ilm Kebidanan. 2020;7(1):53–61.

6. Simanullang E. Modul Askeb Nifas dan Menyusui. Akad Kebidanan Mitra


Husada Medan [Internet]. 2017;2(January):6. Available from:
http://mitrahusada.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/MODUL-ASKEB-
NIFAS-MENYUSUI.pdf

7. Wardani S, Yuliasri TR. Tingkat pengetahuan ibu post partum primipara


tentang perubahan fisiologi masa nifas. J Ilmu Kebidanan. 2018;5(1):70–6.

8. Pamuji B, Jaka T, Erniyati S, Kartana. Hubungan Antara Usia Ibu Dengan


Involusi Uteri Pada Ibu Postpartum. Bhamada J Ilmu dan Teknol Kesehat
[Internet]. 2015;6(2):7. Available from:
http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/50

9. Latifah NS, Sunarsih S, Susianah T. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri


Pada Ibu Nifas Yang Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) DAN IMD
Dengan Diberikan Jus Nanas Di BPM Tias Susianah Lampung Utara Tahun
2018. J Kebidanan dan Kesehat Tradis. 2018;3(2):95–106.

10. Tri Maharani. 1035325 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka
Jahitan Perineum. J Kebidanan J Med Sci Ilmu Kesehat Akad Kebidanan Budi
Mulia Palembang. 2020;10(2):66–70.

Depkes R. I. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: JNPK-KR.

Sulistyaningsih,Apri dkk.2018.Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Teknik


Menyusui Ibu Nifas.Lampung:STIKES Muhamadiyah Pringsewu

Kusbandiyah, Jiarti dan Angelia.2019.Pengaruh Postnatal Massage terhadap Proses


Involusi dan Laktasi Masa Nifas.Malang:Jurnal Ners dan Kebidanan

Wahyuningsih,Endang dan Wiwin.2019. Efektivitas Pijat Endorpin Dan Pijat


Breastcare Terhadap Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Rsu Pku
Muhammadiyah Delanggu.Klaten:Jurnal Involusi Kebidanan Vol.9 No.17

Priyanggayuda,Fitra dkk.2021.Literatur Review : Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian


Asi Perah (Breast Pumping) Dengan Tercapainya Kebutuhan Asi Ekslusif
Bayi.Lampung:Jurnal Ilmiah Kesehatan

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Zubaidah dkk.2021.Asuhan Keperawatan Nifas.Yogyakarta: Deepublish

World Health Organization.2017.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.WHO

Anda mungkin juga menyukai