Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN GAWAT DARURAT


“ATONIA UTERI”

Disusun Oleh:
EVA SURYA SELVIANTY
NIM. P07224421010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN GAWAT DARURAT “ATONIA UTERI”
DI PUSKESMAS TRAUMA CENTER

Asuhan kebidanan gawat darurat “atonia uteri” telah diperiksa, dievaluasi dan
disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di Puskesmas
Trauma Center Samarinda.

Samarinda, Mei 2022


Mahasiswa

Eva Surya Selvianty


NIM. P07224421010

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Hj. Heni Suryani, S.ST., M.Keb Lilik Purwaningsih, S.Tr.Keb


NIP. 199005312014022002 NIP. 198001032002122007

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan gawat
darurat “atonia uteri”.
Asuhan Kebidanan gawat darurat “atonia uteri” ini tidak akan selesai tepat
pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan gawat darurat “atonia uteri” ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan
datang.
Semoga Asuhan Kebidanan gawat darurat “atonia uteri” ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................3
A. Konsep Dasar Teori...................................................................................3
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan
Atonia Uteri....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. sebagian
besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah, melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara
berkembang dan hampir semua Negara maju, berhasil menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah. (JNPK-KR, 2008).
Perdarahan pascapartum segera adalah perdarahan yang terjadi segera
setelah pelahiran plasenta lengkap, yang menandai akhir kala tiga persalinan.
Pada 80-90 % kasus perdarahan pascapartum segera, penyebabnya adalah
atonia uteri yang diakibatkan sejumlah faktor predisposisi atau dari pelahiran
plasenta yang tidak lengkap. (Varney, 2007)
Jika uterus tidak berkontraksi segera setelah kelahiran plasenta, maka
ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari bekas tempat
melekatnya plasenta. Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan
pascapersalinan dalam waktu kurang dari satu jam. Atonia uteri menjadi
penyebab lebih dari 90 % perdarahan pascapersalinan yang terjadi dalam 24
jam setelah kelahiran bayi. Pemantauan ketat kondisi ibu selama kala III dan
IV serta selalu siap untuk menatalaksanakan atonia uteri pascapersalinan
merupakan tindakan pencegahan yang sangat penting. Tidak mudah
memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan
pascapersalinan (JNPK-KR, 2008)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan atonia uteri dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui

1
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori atonia uteri
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada ibu bersalin
dengan atonia uteri
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri
melalui pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan atonia uteri
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada ibu
bersalin dengan atonia uteri
4) Mengidentifikasikan kebutuhan tindakan segera pada ibu bersalin
dengan atonia uteri
5) Merancang intervensi pada ibu bersalin dengan atonia uteri
6) Melakukan implementasi pada ibu bersalin dengan atonia uteri
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Atonia Uteri


1. Definisi
Atonia uteri adalah dimana uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (setelah placenta lahir). (JNPKR-
APN, 2007)
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Ilmu
Kebidanan, 2009)
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (JNPK-KR, 2008)
Atonia Uteri adalah perdarahan obstetri yang disebabkan oleh
kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah persalinan.
(Obstetri Williams, 2005)
Atonia uterus adalah perdarahan postpartum terjadi bila uterus atonik
dan tidak mampu berkontraksi dengan baik setelah kelahiran. (Asuhan
Kebidanan persalinan dan kelahiran, 2006)
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mengadakan
kontraksi dengan baik, dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan
postpartum. (Ilmu bedah kebidanan, 2005)
Atonia Uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium (Ilmu kebidanan patologi & fisiologi persalinan, 2010)

2. Etiologi dan patofisiologi


Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah bersalin. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.Perdarahan postpartum secara fisologis dikontrol oleh

3
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah
yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabu-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. (Ilmu
kebidanan, 2009)
Hal-hal yang dapat menyebabkan atonia uteri :
a. Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri adalah :
1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar
2) Kelelahan karena persalinan lama atau kasep
3) Kehamilan grande multipara
4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita
penyakit menahun
5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6) Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
7) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
b. Sisa placenta dan selaput ketuban.
c. Robekan jalan lahir : perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
d. Penyakit darah : kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenemia.

3. Manifestasi Klinis
a. Uterus tidak berkontraksi dan lunak.
b. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).
c. Kadang terjadi syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstermitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri di diagnosis,

4
maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah
keluar dan pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan
harus di perhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. (Ilmu
Kebidanan, 2009)
Diagnosis atonia uteri yaitu jika uterus tidak berkontraksi dan
lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan
primer). (Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, 2002)
Perbedaan perdarahan atonis dengan perdarahan karena robekan
jalan lahir (Ilmu kesehatan reproduksi, 2004) :
Perdarahan atonis Perdarahan robekan jalan lahir
1. Kontraksi uterus lemah 1. Kontraksi uterus kuat
2. Darah berwarna merah tua 2. Darah berwarna merah muda
karena berasal dari vena karena berasal dari arteri
3. Biasanya timbul setelah
persalinan operatif

5. Pencegahan atonia uteri


a. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan
pascapersalinan akibat atonia uteri
b. Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 µg)

6. Penatalaksanaan
a. Kompresi Bimanual Internal (KBI)
1) Segera lakukan Kompresi bimanual internal (KBI)
a) Pakai sarung tangan DTT atau steril dengan lembut masukkan
secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus
ke dalam vagina ibu.

5
b) Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan
pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat
berkontraksi secara penuh.
c) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior,
tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan
dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga
uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
d) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh arah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e) Evaluasi keberhasilan :
(1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara ketat selama kala
empat.
(2) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung
maka periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah
terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan
untuk menghentikan perdarahan.
(3) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
(KBE) kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanna
atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai
menyiapkan rujukan.

6
Gambar. Kompresi Bimanual Internal (KBI)

2) Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per


rectal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
karena dapat menaikkan tekanan darah
3) Gunakan jarum berdiameter besar (Ukuran 16 atau 18), pasang
infuse dan berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung 20
unit oksitosin
4) Pakai sarung tanagn steril atau DTT dan ulangi KBI
5) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera
rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu
membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan
yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah
6) Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan KBI dan infuse
cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan

7
a) Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
b) Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan
kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam
c) Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua)
cairan infuse dengan tetesan sedang dan ditambah dengan
pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi

b. Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)


1) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan di atas symfisis pubis.
2) Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan
untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3) Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat di jepit secara manual, cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

Gambar. Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)

c. Langkah-langkah penatalaksanaan Atonia Uteri

8
No. Langkah Alasan
1. Masase fundus uteri segera setelah Masase merangsang kontraksi uterus.
lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) Sambil melakukan masase sekaligus
dapat dilakukan penilaian kontraksi
uterus.
2. Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
ketuban dari vagina dan lubang serviks vagina dan saluran serviks akan dapat
menghalangi kontraksi uterus secara
baik.
3. Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan
Jika penuh dan dapat dipalpasi, lakukan menghalangi uterus berkontraksi secara
katerisasi menggunakan teknik aseptik baik.
4. Lakukan kompresi bimanual internal Kompresi ini memberikan tekanan
selama 5 menit langsung pada pembuluh darah dinding
uterus dan juga merangsang miometrium
untuk berkontraksi. Jika kompresi
bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,
diperlukan tindakan lain.
5. Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan proses
membantu kompresi bimanual eksternal kompresi bimanual secara eksternal
selama penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misoprostol akan bekerja
(kontraindikasi hipertensi) atau dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus
misoprostol 600-1000 mcg berkontraksi
8. Pasang infus menggunakan jarum Jarum besar memungkinkan pemberian
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc larutan IV secara cepat atau untuk
Ringer Laktat + 20 unit oksitosin. transfusi darah. Ringer Laktat akan
Habiskan 500cc pertama secepat membanu memulihkan volum cairan
mungkin. yang hilang selama perdarahan. Oksitosin

9
IV dengan cepat merangsang kontraksi
uterus.
9. Ulang kompresi bimanual internal KBI yang digunakan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau
misoprostol akan membuat uterus
berkontraksi.
10. Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan
atonia sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawatdarurat di fasilitas yang
mampu melaksanakan tindakan bedah
dan transfusi darah.
11. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
Teruskan melakukan KBI. langsung pada pembuluh darah dinding
uterus dan merangsang miometrium
untuk berkontraksi.
12. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit Ringer Laktat akan membantu
oksitosin dalam 500 cc larutan dengan memulihkan volume cairan yang hilang
laju 500/jam hingga tiba di tempat selama perdarahan. Oksitosin IV akan
rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L dengan cepat merangsang kontraksi
infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. uterus.
Jika tidak tersedia cairan yang cukup,
berikan SOOcc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minimum untuk
rehidrasi.

d. Pemasangan Kondom Kateter


Persiapan Alat
- Bak steril berisi kondom, benang, kateter no. 24, DC, jegul, klem
ovarium, spekulum sim (2 bh), handscoen.
- Set infus+cairan (normal saline).

10
- Bengkok.
Langkah-langkah :
1) Posisi pasien lithotomi.
Penolong dan asisten memasang sarung tangan.
2) Masukkan kateter pada kondom, ikat dengan benang yang kuat dan
ikatan yang kuat
3) Dengan bantuan spekulum sim dan klem untuk melihat area,
masukkan kateter kondom dalam cavum uteri.
4) Bagian luar kateter disambungkan dengan ujung tali infus dan
difiksasi dengan benang. Alirkan cairan (normal saline) grojok
melalui kateter ke dalam kondom di cavum uteri sampai seluruh
cavitas penuh (ditandai dengan terhentinya aliran cairan). Jika telah
penuh, masukkan jegul pada vagina untuk memfiksasi.
5) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus selama pemasangan
kondom kateter 24-48 jam, sambil diberikan drip oksitosin untuk
mempertahankan kontraksi uterus (minimal sampai 6 jam paska
tindakan) dan dilindungi dengan triple regimen antobiotik selama 7
hari sebagai berikut :
- Amoksisilin 500 mg tiap 6 jam
- Metronidazole 500 mg tiap 6 jam
- Gentamisin 80 mg tiap 8 jam
Jika terjadi perbaikan maka normal saline dalam kondom kateter
dikurangi bertahap yaitu 20 ml tiap 10-15 menit.

11
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan
Atonia Uteri
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : Nama Ibu dan Suami
Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak
keliru bila ada kesamaan nama dengan yang lain
(Christina I 1984; 84).
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun (Ambarwati, 2009)
kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati, 2009)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendididkan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang, hal ini juga dibutuhkan dalam

12
menyesuaikan KIE yang akan disampaikan kepada
klien. (Ambarwati, dkk. 2009:132)
Pekerjaan :
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Damaiyanti, 2009)
Alamat :
b. Keluhan Utama
Ibu mengeluh pusing, gelisah, berkeringat/ kulit terasa dingin.
Tanda-tanda syok merupakan gejala terjadinya atonia uteri. (Obstetri
Patologi, 1984)

c. Riwayat Kesehatan Klien


1) Riwayat Kesehatan yang Lalu
- Diabetes Melitus
Pada ibu dengan penyakit DM. Hal ini merupakan faktor
pencetus bayi lahir besar yang menyebabkan atonia uteri
(Manuaba, 2012).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya (Ambarwati, 2009)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. (Ambarwati,
2009)
- Diabetes Melitus
Ibu akan memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena DM
apabila dari keluarga ibu juga memiliki riwayat DM dan ini akan

13
menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya bayi besar. (Sarwono,
2010)
- Gemelli
Riwayat keluarga hamil kembar diamana hamil kembar ini akan
menurun. Ibu yang hamil dengan janin gemeli dapat menjadi faktor
resiko terjadinya atonia uteri (Sarwono, 2010)

e. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati, 2010)
Riwayat siklus :
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya
dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2010)
Lama haid :
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di
keluarkan. (Sulistyawati, 2010)

f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No BB/ Abnor Lakt
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK H M Peny
PB malitas asi

 Riwayat Persalinan yang Lalu


Pendarahan atoni pada persalinan yang lalu, grande multipara
serotinitas, bekas SC, setelah persalinan buatan (SC, Forceps,
ekstraksi vakum) gemelli, hydramnion, bayi besar, partus
lama, setelah narkose, pada inertia uteri, myoma uteri dan
lain-lain. (Obstetri Patologi, 1984)
 Riwayat Persalinan sekarang

14
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati, dkk. 2009 : h. 133)
Bayi yang besar, kehamilan kembar, hydramnion, solusio
plasenta, plasenta previa, partus lama.
Faktor-faktor di atas merupakan sebab-sebab perdarahan post
partum. (Obstetri Patologi, 1984)

g. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009 : h.133)

h. Pola Fungsional Kesehatan


Perubahan pola fungsional kesehatan pada kasus bendungan ASI
Pola Keterangan
Nutrisi Ibu kekurangan gizi
Malnutrisi merupakan penyebab tersering
kejadian pada ibu dengan atonia uteri
(Ai Yeyeh, Lia, 2010)
Eliminasi
Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman
dalam posisi apa pun dalam waktu yang
lama. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 187-196)
Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberikan
perhatian pada kontraksi, timbul kecemasan,
tegang, perasaan tidak enak atau gelisah.
(Simkin Penny, Dkk, 2008)

15
Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan
baju yang bersih selama persalinan (Rustam
Mochtar 1998)
Kebiasaan
Seksualitas

i. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan
dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi.
Tanggung jawab ibu mulai bertambah. (Damaiyanti, 2011)
Data Bayi
 Lahir tanggal : ……, jam : …………..
 Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
 Antropometri : BB : ………… gr
PB :……….. cm
LK : ………… cm
LD : ………… cm
LP : …………. cm
LILA : ………..cm
 Kecacatan : Ada/tidak
 IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
 Eliminasi
 BAK : f : ... x/hari, warna : ..., konsistensi : ...
 BAB : f : ... x/hari, warna : ..., konsistensi : ...
 Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya : ...

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum

16
Kesadaran : Compos mentis/sedikit anemis/syok
berat
Kesadaran menurun atau tidak sadar
merupakan gejala dari syok (Varney, 2007)
Banyak nya darah yang hilang akan
mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien
bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit
anemis atau sampai syok berat hipovolemik
(Sarwono, 2010)
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah, 2006)
Wanita normotensif mungkin mengalami
hipertensi sebagai respons terhadap perdarahan.
(Obstetri Williams, 2005)
Tekanan darah rendah merupakan gejala syok.
(Varney, 2007)
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca
persalinan digunakan untuk memastikan bahwa
ibu tidak mengalami syok akibat banyak
mengeluarkan darah. (Varney, 2007)
Nadi : 60 - 100 x/menit (Salmah,2006)
Nadi cepat, lemah merupakan gejala syok
(Varney, 2007)
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C (Salmah,2006)
Suhu yang tinggi perlu diwaspadai kemungkinan
terjadinya infeksi dan perlu penanganan lebih
lanjut (Varney, 2007)
Pernapasan : 16 - 20 x/menit (Salmah,2006)
Nafas cepat merupakan gejala syok (Varney,
2007)

17
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Abdomen : tampak setinggi pusat. (Ilmu kebidanan, 2009)
Genetalia : terdapat Perdarahan ≥ 500-1000 cc. (Ilmu
kebidanan, 2009)
Darah yang keluar berwarna merah tua karena
berasal dari pembuluh darah vena. (Ilmu kesehatan
reproduksi, 2004)

Palpasi
Abdomen : fundus uteri setinggi pusat atau lebih dan dengan
kontraksi yang lembek (Ilmu Kebidanan, 2009)
uterus tidak berkontraksi dan teraba lembek (Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, 2002)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal dengan atonia uteri.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Atonia Uteri

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


1. Melakukan KBI dan KBE :
Kompresi Bimanual Internal (KBI)
Segera lakukan Kompresi bimanual internal (KBI)
a. Pakai sarung tangan DTT atau steril dengan lembut masukkan secara
obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus kedalam
vagina ibu.

18
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan
pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat
berkontraksi secara penuh.
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi keberhasilan :
a. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara ketat selama kala empat.
b. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung maka
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi.
Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
c. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian
lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
d. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per
rectal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
karena dapat menaikkan tekanandarah
e. Gunakan jarum berdiameter besar (Ukuran 16 atau 18), pasang
infuse dan berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung 20
unit oksitosin
f. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI

19
g. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera
rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu
membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan
yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah
h. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan KBI dan infuse
cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan
- Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
- Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan
kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam
- Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botolkedua) cairan
infuse dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian
cairan secara oral untuk rehidrasi

Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)


a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan di atas symfisis pubis
b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan
untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin
c. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat di jepit secara manual, cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi

Pemasangan Kondom Kateter


a. Persiapan Alat
- Bak steril berisi kondom, benang, kateter no. 24, DC, jegul, klem
ovarium, spekulum sim (2 bh), handscoen.
- Set infus+cairan (normal saline).
- Bengkok.

20
b. Langkah-langkah :
1) Posisi pasien lithotomi.
Penolong dan asisten memasang sarung tangan.
2) Masukkan kateter pada kondom, ikat dengan benang yang kuat
dan ikatan yang kuat
3) Dengan bantuan spekulum sim dan klem untuk melihat area,
masukkan kateter kondom dalam cavum uteri.
4) Bagian luar kateter disambungkan dengan ujung tali infus dan
difiksasi dengan benang. Alirkan cairan (normal saline) grojok
melalui kateter ke dalam kondom di cavum uteri sampai seluruh
cavitas penuh (ditandai dengan terhentinya aliran cairan). Jika
telah penuh, masukkan jegul pada vagina untuk memfiksasi.
5) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus selama pemasangan
kondom kateter 24-48 jam, sambil diberikan drip oksitosin untuk
mempertahankan kontraksi uterus (minimal sampai 6 jam paska
tindakan) dan dilindungi dengan triple regimen antobiotik selama
7 hari sebagai berikut :
- Amoksisilin 500 mg tiap 6 jam
- Metronidazole 500 mg tiap 6 jam
- Gentamisin 80 mg tiap 8 jam
Jika terjadi perbaikan maka normal saline dalam kondom kateter
dikurangi bertahap yaitu 20 ml tiap 10-15 menit.

V. INTERVENSI
1. Ajarkan masase uterus pada ibu
R/ Masase merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
2. Lakukan pemantauan kontraksi
R/ Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan
kala IV persalinandan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir
yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan (Varney, 2007)
3. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan

21
R/ Mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosocomial (Marilynn
Doenges, 2001).
4. Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang
serviks
R/ Bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks
akan dapat menghalangi kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
5. Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ Kandung kemih yang penuh dapat menghambat kontraksi uterus
(Varney, 2007)
6. Lakukan kompresi Bimanual Internal (KBI) dan Kompresi Bimanual
Eksternal (KBE)
R/ KBI dan KBE menghentikan perdarahan akibat atonia uteri (Obstetri
Williams, 2005)
7. Lakukan Kompresi bimanual internal selama 5 menit
R/ Memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
8. Anjurkan Keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual
eksternal
R/ Penolong melanjutkan langkah-langkah selanjutnya (JNPK-KR,
2008)
9. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg
R/ Ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam waktu 5-7 menit dan
membuat uterus berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
10. Tidak memberikan ergometrin pada ibu hipertensi
R/ Ergometrin dapat menaikkan tekanan darah (JNPK-KR, 2008)
11. Lakukan pemasangan infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18
R/ Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan
untuk transfusi transfusi darah (JNPK-KR, 2008)
12. Lakukan pemasangan infuse Ringer Laktat 500 cc

22
R/ Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama perdarahan (JNPK-KR, 2008)
13. Lakukan pemberian 20 unit oksitosin pada Cairan ringer laktat
R/ Oksitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR,
2008)
14. Ulangi kompresi bimanual internal
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin/
misoprostol akan membuat uterus berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
15. Lakukan rujukan jika dalam waktu 1-2 menit uterus tidak berkontraksi
R/ Atonia uteri yang lebih dari 2 ssmenit merupakan atonia uteri yang
tidak sederhana dan membutuhkan tindakan operasi dan transfusi
darah, serta tindakan gawatdarurat (JNPK-KR, 2008)
16. Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan terus melakukan KBI/KBE
R/ Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darh dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi
(JNPK-KR, 2008)
17. Lanjutkan infus ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan
dengan laju 500cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga
menghabiskan 1,5 L infuse
R/ Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama perdarahan. Oksitosin IV dengan cepat merangsang
kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
18. Lengkapi Partograf
R/ Pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah dilakukan
(APN, 2008)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

23
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial, Pencegahan


dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir).
Jakarta: Bakti Husada.
Dapartemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2010. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarg. Dapartemen Kesehatan.
Dikes NTB. 2007. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dikes NTB.
Mataram
Fadlan. 2011. Asuhan Kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika
Winknjosastro, Hanifa.2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta :
2007.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Vol.1, Ed.4. Jakarta : EGC

24

Anda mungkin juga menyukai