Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (SADARI)

PADA WANITA REMAJA DAN DEWASA

DI KOTA SURABAYA

Dosen Fasilitator:

Astrida Budiarti, M.Kep., Ns., Sp., Mat NIP.03025

Disusun Oleh Kelompok 3F Profesi:

1. Eka Dian Pratiwi NIM.2030030


2. Galih Pandu Prawira NIM.2030039
3. Putri Ayu Septianing NIM.2030091
4. Rosiela Windy Martiasari NIM.2030096
5. Tommy Hardiyanto NIM.2030108

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2021


SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (SADARI)

PADA WANITA REMAJA DAN DEWASA DI KOTA SURABAYA

Pokok Bahasan : Deteksi Dini Kanker Payudara

Sasaran :Wanita Remaja dan Dewasa di Kota Surabaya

Metode : Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi

Media : Leaflet, Power Point dan Video

Waktu : 30 menit

Tempat : Di Rumah Masing-masing Dengan Media Gmeet

Hari/tanggal : Jum’at, 19 Maret 2021

Pukul : 09.00-09.30 WIB

A. Latar Belakang
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah tindakan deteksi dini
terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana,
namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker payudara,
karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang
diperlukan

Data World Health Organization (WHO) Kanker payudara menempati


urutan kedua setelah kanker leher rahim yang menyerang perempuan di dunia.
Kanker payudara menjadi pembunuh nomer satu wanita Indonesia, prevalensi
tumor dan kanker tertinggi di Indonesia berada di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang mencapai 9,6 per 1.000 orang atau diatas prevalensi nasional sebesar 4,3 per
1.000 orang dan 50% merupakan penderita kanker payudara (Yayasan Kanker
Indonesia, 2007).
Melihat tingginya angka kejadian kanker payudara di Indonesia, perlu
dilakukan pencegahan sedini ungkin untuk mengurangi angka kejadian kanker
payudara. Pemerintah membuat kebijakan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker
payudara dalam bentuk pelayanan kesehatan masyarakat meliputi kegiatan yang
bersifat promotif dan preventif. Contoh kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif adalah pemberian pendidikan kesehatan mengenai pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).

Pendidikan kesehatan tentang SADARI sangat penting untuk wanita


remaja dan dewasa karena diharapkan dengan diberikannya pendidikan kesehatan
tentang SADARI, remaja dan wanita dewasa mampu menciptakan perilaku sehat
bagi dirinya sendiri sehingga mampu melakukan SADARI guna mencegah
terjadinya kanker payudara. UU keperawatan no 38 tahun 2014 menegaskan peran
perawat sangat penting dalam hal memberikan informasi dan konseling.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penyuluhan metode
ceramah efektif digunakan bahkan sampai 4 bulan sesudah diberikannya
penyuluhan (Supardi, Sampurno, & Notosiswoyo, 2002).

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang deteksi dini kanker pada wanita
remaja dan dewasa selama 30 menit, diharapkan bertambahnya pengetahuan pada
wanita tentang deteksi dini kanker payudara.

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang Deteksi Dini Kanker Payudara
(SADARI) pada wanita remaja dan dewasa diharapkan mampu memahami
tentang SADARI, dapat melakukan SADARI secara mandiri.

D. Waktu
Hari/Tanggal : Jum’at, 19 Maret 2021
Tempat : Di Rumah Masing-Masing melalui media Gmeet
Waktu : 09.00-09.30 WIB
E. Materi
Terlampir

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
G. Media
1. Leaflet
2. Power Point
3. Video
H. Proses Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan
NO Tahap
(menit) Penyuluh Sasaran
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan  salam a. Menjawab  salam
b. Memperkenalkan b. Menyimak
diri c. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan
yang akan disampaikan
d. Apersepsi
masyarakat
2 Inti 15 Kegiatan (Kerja) 1. Menyimak materi
menit yang disampaikan
Menjelaskan kepada
2. Mengajukan
wanita remaja dan dewasa
pertanyaan
tentang Pengertian kanker
3. Mendengarkan
payudara, tanda dan gejala
penyuluh
kanker payudara, serta
4. Menjawab
mempraktekan sadari.
pertanyaan
5. Respon peserta
baik, tetap
memperhatikan respon
selama penyuluhan
3 Penutup 10 1. Menyimpulkan 1. Bertanya
menit 2. Evaluasi 2. Menyimak
3. Mengucapkan  salam 3. Menjawab salam

I. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
a. 100% dari sasaran menghadiri kegiatan
b. Alat dan media sesuai dengan perencanaan
c. Tugas dan fungsi masing-masing peserta sesuai dengan
perencanaan
2) Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
b. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta dapat berperan aktif dalam kegiatan
3) Evaluasi akhir
Setelah pelaksanaan kegiatan peserta dapat :

a. Diharapkan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang sudah


diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah mengikuti penyuluhan.
c. Memahami isi keseluruhan dari penyuluhan tentang Deteksi Dni
Kanker Payudara (sadari).
J. Pengorganisasian
a. Moderator : Putri Ayu Septianing (2030091)
b. Penyaji : Rosiela Windy (2030096)
c. Observer : Eka Dian (2030030)
d. Fasilitator :Galih Pandu (2030039)
Tommy Hardiyanto (2030108)
K. Jobdisk
1. Moderator
a) Memimpin jalannya kegiatan acara penyuluhan
b) Memperkenalkan diri
c) Membuka dan menutup kegiatan acara penyuluhan
d) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya kegiatan acara
penyuluhan.
e) Membagi tugas masing-masing anggota kelompok
f) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
2. Penyaji
a) Menyampaikan materi sesuai tujuan kegiatan acara penyuluhan
b) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta.

3. Observer
a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan berlangsung
c) Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil
penyuluhan
4. Fasilitator
a) Menyiapkan tempat dan perlengkapan yang diperlukan dalam
kegiatan penyuluhan
b) Mengedarkan leafleat sebagai media kegiatan penyuluhan.
c) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya penyuluhan.
d) Memberikan motivasi kepada para peserta agar aktif bertanya.
e) Mengedarkan lembar daftar hadir
MATERI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA (SADARI)

A. Pengertian SADARI
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel
payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat
menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau bagian
tubuh lainnya (Infodatin, 2016). SADARI merupakan pemeriksaan pada
payudara sendiri untuk menemukan benjolan yang abnormal (Andani, 2016).
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan agar
benjolan dapat ditemukan pada stadium dini dan dapat dilakukan tindakan yang
cepat apabila ditemukan benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh wanita setelah
berusia 20 tahun. Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah
hari ke 5-7 setelah menstruasi, dimana payudara tidak mengeras, membesar atau
nyeri lagi. Untuk wanita yang telah menopause dapat melakukan pemeriksaan ini
kapan pun dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini setiap awal atau
akhir bulan.

Indikasi utama sadari adalah karena : Untuk mendeteksi terjadinya Cancer


Payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah
ada benjolan, perubahan warna kuli, putting bersisik dan pengeluaran cairan atau
nanah dan darah.

Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di


dunia, sekaligus penyebab kematian terbesar. Sebagian besar penderita baru
terdeteksi di stadium lanjut karena kanker tidak bergejala.
B. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di
dunia, sekaligus penyebab kematian terbesar. Sebagian besar penderita baru
terdeteksi di stadium lanjut karena kanker tidak bergejala.
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut,
benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker
stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit
payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Tanda dan gejala yang khas tidak terlihat pada tahap awal, namun terlihat
pada tahap lanjut. Romauli (2009) menyatakan bahwa tanda gejala tersebut
meliputi: terdapat benjolan pada payudara; borok atau luka yang tidak sembuh
pada payudara; pada puting susu keluar cairan yang tidak normal, seperti nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak hamil ataupun
menyusui; perubahan bentuk dan ukuran payudara; kulit puting susu maupun
areola berkerut; nyeri pada payudara. Selain itu, menurut Depkes (2009)
menyatakan bahwa tanda lain yang harus diwaspadai adalah warna kulit payudara
yang lebih kemerahan dan lebih mengkilat; apabila diraba terdapat bagian
payudara yang terasa lebih hangat dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
C. Penyebab Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Tetapi terdapat beberapa
faktor risiko trjadinya penykit tersebut. Faktor risiko kanker payudara, meliputi :
adanya riwayat kanker payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (ibu atau
kakak atau adik), pernah menjadi penderita kanker payudara, wanita yang tidak
mempunyai anak atau biasa disebut nulipara hamil pertama pada usia > 30 tahun,
mulai haid pertama atau menarche pada usia dini atau mengalami menopause
terlambat, gangguan haid, konsumsi lemak yang berlebihan, merokok tembakau
Depkes (2009). Selain itu Andrew (2009) menyatakan bahwa faktor risiko kanker
payudara, yaitu : tidak menyusui (wanita yang tidak menyusui memiliki risiko
lebih tinggi terkena kanker payudara), menggunakan kontrasepsi oral, melakukan
terapi sulih hormone, pemajanan terhadap radiasi, variasi geografi .
Beberapa faktor risiko kaker payudara tersebut adalah (PPDS,2016) :
1. Wanita yang pertama kali mendapat haid kurang dari umur 12 tahun.
2. Umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan kanker payudara, risiko tersebut bertambah sampai umur 5
tahun, serta menopause.
3. Menopause setelah umur 50 tahun.
4. Wanita yang tidak kawin (tidak pernah melahirkan anak) dan tidak pernah
menyusui anak mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker
payudara.
5. Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun atau lebih mempunyai
risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya kanker payudara..
6. Tidak pernah menyusui anak.
7. Pernah mengalami operasi pada payudara, yang disebabkan karena kelainan
tumor jinak atau tumor ganas payudara.
8. Diantara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara mempunyai
risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terjadinya kanker payudara.
D. Penanganan Deteksi Dini Kanker Payudara
Semakin bertambahnya usia, makin besar pula risiko seorang perempuan
terkena kanker. Hal ini tentu membuat kita khawatir. Meski begitu, kita bisa
mengubah ketakutan menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencegah penyakit
yang jadi momok kaum wanita ini.

1) Aktif bergerak
Tidak ada kata tua untuk mulai berolahraga. Penelitian menyebutkan, olahraga
akan menurunkan kadar hormon estrogen, yang berkaitan dengan kanker.
Lakukan olahraga minimal 30 menit sehari.

2) Kurangi berat badan


Setelah menopause, perempuan yang obesitas punya risiko lebih besar terkena
kanker payudara dibanding rekannya yang punya berat badan normal. Meski
begitu, kenaikan bobot tubuh pada wanita yang tadinya beratnya ideal juga
mendatangkan risiko yang sama.
3) Cukupi kebutuhan vitamin D
Studi yang menegaskan manfaat vitamin D sebagai anti-kanker terus
bermunculan. Yang terakhir menyebutkan, 94 persen pasien kanker payudara
yang kekurangan vitamin D, kankernya lebih cepat menyebar dibanding
mereka yang cukup vitamin D.

4) Batasi alcohol
Data terbaru dari National Cancer Institute menunjukkan perempuan yang
minum satu atau dua gelas alkohol setiap hari memiliki risiko terkena kanker
payudara 32 persen lebih besar. Para ahli menyarankan untuk membatasi
alkohol tidak lebih dari satu gelas per hari.

5) Perhatikan gejalanya
Gejala awal kanker payudara dapat berupa benjolan yang biasanya dirasakan
berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri, dan
biasanya memiliki pinggiran tidak teratur. Tanda lain yang mungkin timbul
adalah benjolandi ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar
cairan yang abnormal dari puting susu, dan perubahan warna atau tekstur kulit
payudara.

6) Lakukan deteksi dini


Skrining dan deteksi dini sebetulnya dapat secara signifikan menurunkan
stadium pada temuan kasus kanker payudara. Selain mamografi, pemeriksaan
payudara sendiri (Sadari) yang dapat diajarkan, kemudian dipraktikkan sendiri
oleh perempuan, jika dilakukan secara teratur bisa mendeteksi tumor 1,2
sentimeter.

E. Prosedur Pelaksanaan SADARI


a) Inspeksi
1. Lihatlah bentuk dan ukuran ukuran payudara (Gambar 1). Perhatikan
perbedaan bentuk, ukuran, atau, kerutan, atau lekukan pada kulit
(Gambar 2). Walaupun beberapa perbedaan dalam ukuran payudara
bersifat normal, ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk
dapat mengindikasikan aanya massa. Pembengkakan, kehangatan, atau
nyeri yang meningkat pada salah satu atau kedua payudara dapat berarti
adanya infeksi, khususnya jika si perempuan ersebut sedang menyusui.

2. Lihat puting susu dan perhatikan ukuran dan bentuknya serta arah
jatuhnya (misalnya apakah kedua payudara menggantung secara
seimbang?). Periksa juga apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit dan
apakah keluar cairan dari puting.
3. Minta ibu/klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas kepala (Gambar
3a) kemudian menekan kedua tangan di pinggang untuk mengencangkan
otot dadanya (m.pectoral/otot pektoralis) (Gambar 3b). Pada setiap
posisi, periksa ukuran, bentuk dan simetri, lekukan puting atau kulit
payudara dan lihat apakah ada kelainan. (Kedua posisi tersebut juga
dapat terlihat jeruk atau lekukan pada kulit jika ada.) Kemudian minta
klien untuk membungkukkan badannya ke depan untuk melihat apakah
kedua payudara tergantung secara seimbang (Gambar 3c).

b) Palpasi
1. Minta klien untuk berbaring di meja periksa.
2. Dengan meletakkan sebuah bantal di bawah punggung pada sisi yang
akan diperiksa akan membuat jaringan ikat payudara menyebar, sehingga
dapat membantu pemeriksaan payudara.
3. Letakkan kain bersih diatas perut ibu/klien.
4. Letakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan payudaranya untuk
melihat apakah tampak sama dengan payudara sebelah kanan dan apakah
terdapat lipatan atau lekukan.
5. Gunakan permukaan tiga jari tengah Anda (Gambar 4a), lakukan palpasi
payudara dengan menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar
payudara (Gambar 4b). Tekan jaringan ikat payudara dengan kuat pada
tulang rusuk setelah selesai tiap satu putaran dan secara bertahap
pindahkan jari-jari Anda menuju areola. Lanjutkan sampai semua bagian
selesai diperiksa. Perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri
(tenderness).

6. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan puting payudara
dengan lembut (Gambar 5). Lihat apakah keluar cairan: bening, keruh,
atau berdarah. Cairan keruh atau berdarah yang keluar dari puting harus
ditulis dalam catatan ibu/klien. Walaupun cairan keruh dari salah satu
atau kedua payudara dianggap normal sampai selama 1 tahun setelah
melahirkan atau berhenti menyusui, hal tersebut jarang disebabkan
karena kanker, infeksi, tumor, atau kista jinak
7. Ulangi langkah tersebut pada payudara sebelah kiri.
8. Jika ada keraguan tentang temuan (misalnya apakah terdapat benjolan)
ulangi langkah-langkah, ibu duduk dengan kedua lengan di sisi
badannya.
9. Untuk mempalpasi bagian pangkal payudara, minta ibu duduk dan
mengangkat lengan kirinya setinggi bahu. Bila perlu, minta ibu
meletakkan tangannya di bahu Anda. Tekan sisi luar dari otot pektoralis
sambil bertahap menggerakkan jari-jari ke pangkal ketiak untuk
memeriksa apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening (lymph
nodes) atau kekenyalan (Gambar 6). Penting untuk melakukan palpasi
pada pangkal payudara karena disini biasanya terdapat kanker.

10. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kiri.


11. Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan. Jika
pemeriksaan sepenuhnya normal, katakana bahwa semua normal dan
sehat dan waktunya untuk kembali melakukan pemeriksaan (misalnya
tiap tahun atau jika ibu menemukan adanya perubahan pada pemeriksaan
payudara sendiri).Untuk memudahkan pemeriksaan, dapat menggunakan
cairan pelicin seperti minyak kelapa, baby oil atau lotion.
12. Tunjukkan kepada ibu cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(lihat di bawah).
13. Catat temuan.
F. Istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan temuan
Daftar istilah-istilah khusus yang digunakan untuk menggam-barkan temuan
dapat dilihat di bawah ini. Pada saat mencatat temuan, gunakan sebanyak
mungkin istilah-istilah berikut, sehingga catatan ibu memiliki data yang
cukup lengkap.
Bentuk : Apakah terdapat perbedaan bentuk payudara ?
Kulit : Seperti apa tampak kulitnya? Apakah halus,
berkerut atau berlesung ?
Cairan : Apakah ada cairan abnormal yang keluar dari
puting? Cairan
Putting : dijelaskan berdasarkan warna, kekentalan, bau,
dan banyaknya.
Massa atau Benjolan : Sekelompok sel yang saling menempel. Dapat
diakibatkan oleh abses, kista, tumor jinak, atau
ganas.
Ukuran : Berapa besar (cm) massa-nya? Jika massa bulat,
berapa diameternya?
Konsistensi : Seperti apa massa atau benjolan tersebut? Apakah
keras, lunak, berisi cairan, atau mengeras?
Mobilitas : Saat dipalpasi, apakah massa tersebut dapat
bergerak atau tetap di tempat? Mobilitas biasanya
menggunakan istilah seperti tetap (tidak bergerak
saat dipalpasi), bergerak bebas (bergerak saat
palpasi) dan bergerak terbatas (beberapa gerakan
saat dipalpasi).
DAFTAR PUSTAKA

Andita, U. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI Terhadap


Pengetahuan WUS di PKK RW 03, Desa Karang Widoro, Kecamatan
Dau, Malang. KTI. STIKES Maharani Malang.

Andita, Utut, 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Sadari Dengan Media Slide
Dan Benda Tiruan Terhadap Perubahan Pengetahuan Wus.
Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Data Histopatologik. Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan


RI. Jakarta .

Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. Jakarta: Depkes RI.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (InfoDATIN). 2016. Oktober


2016 BULAN PEDULI KANKER PAYUDARA).

Romauli, Suryati. 2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika Nisman.
Sudarmi, dan Nurchairina, 2014. Implementasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim dengan Menggunakan Metode CBE dan IVA di
Kabupaten Lampung Selatan.

Anda mungkin juga menyukai