Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Post Partum

1. Pengertian

Perdarahan adalah rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan

oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit. Pendarahan adalah kondisi di mana seseorang

kehilangan darah. Darah dapat ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh darah.

Apabila organ tubuh atau pembuluh darah mengalami kerusakan, darah dapat

mengalir dengan bebas di dalam atau di luar tubuh. Apabila darah mengalir di dalam

tubuh, maka kondisi ini disebut sebagai pendarahan dalam. Apabila darah mengalir

melalui lubang pada kulit atau celah alami tubuh, seperti vagina, rektum, mulut,

hidung, atau telinga, maka kondisi ini disebut sebagai pendarahan luar.

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut

berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan

banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup

kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik

(Yuliana & Hakim, 2020).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah persalinan

pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal (Oktarina, 2016).

Perdarahan postpartum mencakup semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran

6
7

bayi, sebelum, selama, dan sesudah keluarnya plasenta. Kehilangan darah lebih dari

500 ml selama 24 jam pertama disebut perdarahan postpartum (Oxorn & Forte, 2010).

Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi yang

lahir melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu yang melahirkan

akan mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis.

Jumlah perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ± 500

cc). Oleh sebab itu, secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan lebih dari 500

ml dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan mencapai 1000 ml

secara kasat mata harus segera ditangani secara serius (Nurhayati, 2019).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perdarahan

postpartum merupakan perdarahan berlebihan yang terjadi setelah melahirkan

sebanyak lebih dari 500 ml. berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan postpartum

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perdarahan postpartum awal (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan

yang terjadi sampai 24 jam setelah persalinan.

b. Perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan

yang terjadi sampai 28 jam setelah persalinan.

Pendarahan postpartum merupakan pendarahan obstetrik yang paling sering

mengakibatkan kematian pada ibu. Dampak dari komplikasi pendarahan yang terjadi

saat persalinan dapat menyebabkan ibu mengalami kekurangan darah (anemia) dan

jika dibiarkan dapat menjadi komplikasi selama masa nifas (Sari, 2019). Pendarahan

hebat yang terjadi saat proses persalinan dapat menyebabkan tekanan darah ibu

menurun hingga mengalami syok hipovolemik. Pendarahan yang menyebabkan

7
8

kematian tidak hanya pendarahan yang terjadi sekaligus tetapi pendarahan yang

terjadi terus-menerus dan sedikit-demi sedikit dapat menyebabkan ibu mengalami

kekurangan darah hingga kemungkinan terparah yaitu kematian (Oxom, 2010).

2. Etiologi perdarahan post partum

Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum antara lain

sebagai berikut :

a. Trauma jalan lahir

1) Episiotomi yang lebar.

2) Laserasi perineum, vagina, dan serviks.

3) Ruptur uterus.

4) Kegiatan kompresi pembuluh darah tempat implantasi plasenta.

b. Miometrium hipotonia (atonia uteri)

1) Anestesi umum (trauma dengan senyawa halogen dan eter).

2) Perfusi miometrium yang kurang.

3) Setelah persalinan yang lama.

4) Setelah persalinan yang terlalu cepat.

5) Setelah persalinan yang dirangsang dengan oksitosin dalam jumlah yang

besar.

6) Paritas tinggi meningkatkan risiko perdarahan postpartum.

7) Distensi rahim berlebihan (janin yang besar, kehamilan multipel, hidramnion).

8) Retensi sisa plasenta.

9) Perlekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).

c. Gangguan koagulasi

8
9

Gangguan koagulasi yang didapat maupun kongenital akan memperberat

perdarahan. (Mitayani, 2011).

3. Tanda dan gejala perdarahan post partum

Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus menerus dan keadaan pasien

secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek ditandai dengan perubahan tanda-

tanda vital seperti denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun,

pasien berubah menjadi pucat dan dingin, nafas sesak, terengah-engah, berkeringat,

dan akhirnya koma bahkan sampai meninggal. Situasi yang berbahaya apabila denyut

nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan karena adanya

mekanisme kompensasi vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi tidak dipertahankan

lagi, akan terjadi perubahan tanda vital seperti denyut nadi meningkat dengan cepat,

tekanan darah tiba-tiba menurun, pasien dalam keadaan syok. Uterus bisa saja terisi

darah dalam jumlah yang banyak meskipun dari luar hanya terlihat sedikit (Oxorn &

Forte, 2010).

Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat

hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan. Gambaran

perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan

darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat

banyak. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu

penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas

dingin, dan lain-lain (Nurhayati, 2019).

9
10

B. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran yang menghasilkan bayi hidup atau mati (Bobak,

2010). Sedangkan menurut Manuaba (2010), paritas adalah wanita yang pernah

melahirkan bayi aterm. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara (Prawirohardjo, 2011). Sedangkan menurut Manuaba (2010), paritas

dibagi menjadi primipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu

kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana

persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan grandemultipara yaitu wanita yang telah

melahirkan janin aterm lebih dari empat kali.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan

postpartum. Paritas satu dan paritas lebih dari tiga mempunyai angka kejadian perdarahan

postpartum paling tinggi. Pada paritas satu, ketidaksiapan ibu dalam menghadapi

persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam

menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada paritas

lebih dari tiga, perdarahan postpartum dapat disebabkan karena fungsi reproduksi yang

mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi paritas menurut Prawirohardjo

(2011), antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima 5 library.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 6 informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional.

10
11

Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah

anak yang ideal adalah 2 orang.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk

memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan

tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status

pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

3. Keadaan ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih

karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.

4. Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam

semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara

pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan

pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan

kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap

individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya

anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.

11
12

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang

tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai

dengan apa yang ia ketahui.

C. Kerangka Konsep

Perdarahan post
Paritas
partum

12

Anda mungkin juga menyukai