A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan tanpa anjuran obat- obatan (prawiroharjo, 2014).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 2013).
2. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his (kontraksi) bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterhaus). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
3. PATOFISIOLOGIS
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Involusi terjadi perubahan-perubahan yakni timbulnya laktasi karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada diantara otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks saat
post partum yaitu bentuk serviks sedikit menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium yaitu timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta, pada hari pertama endometrium yang tebal sekitar 2 - 5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan menutup setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala.
4. PATHWAYS
5. KOMPLIKASI
1) Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut:
a) Kehilangan darah lebih dari 500 cc
b) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c) Hb turun sampai 3 gram % (novak, 2013).
1. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
2. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
4. Lain-lain
a. Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
b. Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada
uterus setelah jalan lahir hidup.
c. Inversio uteri (Wikenjosastro, 2010)
2) Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ditandai adanya kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama
10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya
3) Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko
tinggi terjadinya endometritis (Novak, 2013).
4) Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan,
mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 2013)
5) Infeksi saluran kemih
Pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakteri gram negatif lainnya.
6) Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus
dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7) Emboli
Yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil.
8) Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara laink urang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri
kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, kehilanagan semangat
(Novak, 2013).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap (ureum , creatinin, kalium)
7.PENATALAKSANAAN MEDIS
c. Pola Eliminasi
Sebelum: Apakah buang air besar atau buang air kecil pasien teratur, frekuensi,
warna, konsistensi,adakah keluhan nyeri? Apakah mengejan saat buang air besar
atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada pernapasan?
Setelah: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu,
warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis,
edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kantong kemih,
perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih.
4. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesterone,
dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus
3. INTERVENSI
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif:
1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap
tidakakan yang dilakukan.
2. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui secara keseluruhan
apakah tujuan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA