Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

“ POST PARTUM SPONTAN”

Oleh :

ERFINA

BT 1901041

II B

CI ISTITUSI CI LAHAN

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
kembali samapi alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Mochar, 1998). Akan tetapi
seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa,
2002). Selain itu masa nifas/purperium adalah masa partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).
Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai sama
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil dimana tubuh
menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses
melahirkan kira-kira selam 6 mingg. ( Bari S A, 2016)
Post partum atau masa nifas adalah masa setelah melahirkan
plasenta dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. ( Yuliana& Hakim, 2020)
2. Etiologi
Perdarahan Pasca Partum (New Uteri)

1) Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus). Kontrak


uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan
kala II persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot
uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi
setelah bayi lahir.
2) Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau
lebi dari 35tahun)
3) Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multi para
dan multi para
4) Partus lama.Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena
kelelahan pada otot-otot uterus
5) Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli,
hidramnion, atau janin besar). Pada kondisi ini miometrium
teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran
bayi menjadi tidak efisien.Riwayat perdarahan post partum
atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada kondisi
ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada
persalinan yang sekarang.
6) Stimulasi dengan oksitoksin atau prostak landin. Dapat
menyebabkan terjadinya inersia sekunder karena kelelahan
pada otot-otot uterus.
7) Perut bekas seksiosesaria, miomektomi atau histerorafia.
Keadaan tersebut akan mengganggu kontraksi rahim
8) Anemia.
9) Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan
kadar hemoglobin 10g/dl, akan dengan cepat terganggu
kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun hanya
sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat
dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri sedangkan
penyebab anemia dalam kehamilan adalah:
a) Kurang gizi (malnutrisi).
b) Kurang zat besi.
c) Malabsorbsi.
d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu,
dan haid. Sosial ekonomi yaitu mal nutrisi
10) Sisa ketuban dan selaput ketuban
11) Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan
serviks, forniks dan rahim
12) Penyakit darah,kelainan pembekuan darah atau
hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada:
a. Sclusioplasenta
b. Kematian janin yang lama dalam kandungan
c. Preeklamasi dan eklamasi
d. Infeksi, hepatitis, dans eptik syok.
3. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi kesana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga sehingga
pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup
sempurna sehinga pedarahan terjadi terus menerus.Trauma jalan
terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, danr upture
uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh
darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada a t a u kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari
perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.
Kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat
apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan
involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal
yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya
mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah melahirkan ibu
mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta
sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman
mudah berkembang. Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi
uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.
Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah
melahirkan terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen
sehingga terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan
pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk pemenuhan gizi pada
bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka
reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI
tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi
menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti
proses laktasi tidak efektif.
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan
Letting Go.Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus
pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang
mengakibatkan defisit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu
belajar tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan
dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu kurang
pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan diri
dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima
tanggung jawab dan peran baru sebagai orang tua.

4. Manifestasi Klinik
Menurut Mochtar Manifestasi Klinik dari post partum yaitu:
1) AntoniaUteri Uterus berkontraksi lembek, terjadi perdarahan
segera setelah lahir
2) Robekan jalan lahir Terjadi perdarahan segera, darah segar
mengalir segera s etelah bayi lahir, konterksi uterus baik,
plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah,
menggigil.
3) Retensio plasenta Plasenta belum lahir selama 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
4) Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh
darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
5) Inversio uterus SUterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa,
perdarahan segera,nyeri berat. Terjadi perdarahan rembes atau
mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah berwarna merah
muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan
inspekulo terdapat robekan pada vagina,serviks atau varises
pecah dan sisa plasenta tertinggal
5. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum adalah syok. Bila terjadi syok
yang berat dan pasien selamat dapat terjadi komplikasi lanjutan
yaitu anemia dan infeksi dala masa nifas.Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang
disertai pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan
fungsi organ seperti gagal ginjal mendadak.( Chalik, 2017)
6. Test Diagnostik
Menurut kumalasari (2015) pemeriksaan diagnostic pada post
partum spontan yaitu:
a. Laboratorium Pada post partum yang biasa di ukur yaitu kadar
Hb, hematokrit, kadar leukosit, golongan darah
b. Pemeriksaan urine Pengambilan sampel urin dilakukan dengan
megggunakan cateter atau dengan teknik pengambilan bersih
spesimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis
rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika kateter indwelling
di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu
harus dikaji untuk mementukana status dan rhesus dan
kebutuhan therapy yang mungkin.
7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Medik post partum yang mengalami rupture
perineum setelah melahirkan menurut Mochtar ( 2016) diantaranya
dapat dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi
lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong
terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-
bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan
luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik
yang cukup
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum
adalah:
1) Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak
lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari
retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
2) Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.
Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
1) Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah
dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis
demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
2) Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi
perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut
secara jelujur atau dengan cara angka delapan.
3) Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II
jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus
diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan.
Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.
Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit
perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
4) Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada
dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal
dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik
sehingga bertemu kembali.
5) Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani
yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus,
kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum
spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya:
1) Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90
mungkin menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat
menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar
jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer
Laktat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Pasien post partum menurut Reni Yuli Aspiani (2017)
a. Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi Identitas isteri
dan suami Berisi nama serta latar belakang pendidikan,
pekerjaan suku dan agamam serta alamat yang lengkap. Hal ini
berguna agar saat pemberian asuhan dapat diberikan dengan
memperhatikan social budaya dan ekonomi. Pencantuman 58
alamat lengkap akan memudahkan dalam kunjungan rumah dan
kondisi yang mengharuskan tindak lanjut di rumah pasien.
Biodata berisi: Istri : nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/ras, dan alamat Suami : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/ras, dan alamat
b. Keluhan utama: Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
alasan pasien datang Kefasilitas pelayanan kesehatan. Kaji apa
yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana
pengaruhnya pada ibu. Seperti : ibu merasa nyeri pada perineum
akibat adanya jahitan luka jalan lahir, demam, keluar darah
segar dan banyak dan infeksi luka jaihtan dan lain-lain
c. Riwayat keluhan utama
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
e. Riwayat menstruasi
f. Riwayat perkawinan meliputi: Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas
yang lalu
g. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,apakah
ada abortus, retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua
kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah
ada kesulitan dalam persalinan anak lahiratau mati, berat badan
anak waktu lahir, panjang waktu lahir, Riwayat nifas meliputi:
Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak
dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
h. Riwayat Kehamilan sekarang
i. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat.
j. Pengkajian pada pola aktivitas sehari-hari meliputi:
(1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum
yang meliputi nafsu makan, frekuensi, banyak, jenis
makanan dan juga pantangan makanan.
(2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar dan kebiasaan buang air kecil,
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan bau,
apakah terjadi diuresis setelah melahirkan, apakah terjadi
retensi urine karena takut luka episiotomy, apakah perlu
bantuan, dan kebiasaan penggunaan toilet.
(3) Istirahat tidur Menggambarkan pola istirahat dan tidur
klien, berapa jam klien tidur, kebiasaan tidur siang dan
kebiasaan tidur malam.
(4) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu
selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan
lochea.
(5) Aktivitas Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Apakah ibu melakukan ambulansi, seberapa
sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
(1) Pemeriksaan TTV
(2) Pengkajian tanda-tanda anemia 3
(3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
(4) Pemeriksaan reflek
(5) Kaji adanya varises
(6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
2) Payudara 1
(1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
(2) Kaji adanya abses
(3) Kaji adanya nyeri tekan
(4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
(5) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
(1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
(2) Kaji adnanya kontraksi uterus
(3) Observasi ukuran kandung kemih
4) Vulva atau perineum
(1) Observasi pengeluaran lokhea
(2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy
(3) Kaji adanya pembengkakan
(4) Kaji adnya luka
(5) Kaji adanya hemoroid

2. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
( robekan pada perineum )
Ds Mayor
- Mengeluh nyeri
Do Mayor
- Tampak meringis
- Bersikap protektif ( mis. Waspada , posisi menghindari
nyeri )
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Ds Minor
- Tidak tersedia
Do Minor
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
2) Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko ketidak
adekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit)
3) Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca
partum ( atonia uterus)
4) Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma
perineum selama persalinan dan kelahiran
DS Mayor
- Mengeluh tidak nyaman
DO Mayor
- Tampak meringis
- Terdapat kontraksi uterus
- Luka episiotomy
- Payudara bengkak

DS Minor
- Tidak tersedia
DO Minor
- Tekanan darah meningkat
- Frekuensi nandi meningkat
5) Menyusui efektif berhubungan dengan payudara membesar,
alveoli mulai terisi ASI.
DS Mayor
- Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui

DO Mayor
- Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar
- Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar
- ASI menetes/memancar
- Suplai ASI adekuat
- Putting tidak lecet
DS Minor
- Tidak tersedia
DO Minor
- Bayi tidur setlah menyusu
- Bayi tidak rewel dan menangis setelah menyu
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
DS Mayor
- Mengeluh lelah
DO Mayor
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondi istirahat
DS Minor
- Dispnea saat/setelah beraktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
DO Minor
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
(robekan pada perineum)
Manejemen Nyeri
Observasi
(1) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
(2) Identifikasi skala nyeri
(3) Identifikasi respon nyeri non verbal
(4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
(5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
(7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
(9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
(10) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
(11) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(12) Fasilitasi istirahat dan tidur
(13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
(14) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(16) Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
(17) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
(18) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
(19) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Luaran
Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri,
meringis, sikap protektif, gelisah, kesulitan tidur menurun
2) Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma
perineum selama persalinan dan kelahiran
Perawatan Kenyamanan
Observasi:
(1) Identifikasi masalah yang tidak menyenagkan
Terapeutik:
(2) Berikan posisi nyaman
Edukasi:
(3) Ajarkan terapi relaksasi
Luaran
Status kenyamanan pasca partum meningkat dengan kroteria
hasil keluhan tidak nyaman menurun, meringis menurun,
3) Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko ketidak
adekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan integritas kulit)
Pencegahan Infeksi
Observasi
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan sistemik
Terapeutik
(2) Batasi jumlah pengunjung
(3) Berikan perawatan kulit pada area edema
(4) Cuci tangan sebelum dan sesuda kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
(5) Pertahankan tekhnik aseptic pada pasien berisiko tinggi
(6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(7) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
(8) Ajurkan meningkatkan asupan nutrisi
(9) Ajurkan meningkatkan asupan cairan
Kolabirasi
(10) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Luaran
Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil kebersihan tangan
dan kebersihan badan meningkat, demam, kemerahan,nyeri dan
bengkak menurun
4) Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca
partum ( atonia uterus)
Pencegahan perdarahan
Observasi
(1) Monitor tanda dan gejala perdarah
(2) Monitor tanda-tanda vitak ortostatik
Terapeuti
(3) Pertahankan bedrest selama pendarahan
(4) Hindari pengukuran suhu rektal
Eduakasi
(5) Anjurkan melapor jika terjadi perdarah
Kolaborasi
(6) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
Luaran
Tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil perdarahan
anus menurun tekanan darah membaik, kognitif meningkat
5) Menyusui efektif berhubungan dengan payudara membesar,
alveoli mulai terisi air
Promosi ASI eksklusif
Observasi
(1) Identifikasi kebutuhan laktasi ibu pada antenatal,
intranatal,dan postnatal

Teraupetik
(1) Fasilitasi ibu melalui IMD (Imunisasi Menyusui Dini)
(2) Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in
(3) Gunakan bayi atau sendok jika bayi belum bisa menyusu
(4) Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama
kegiatan menyusui berlangsung
(5) Diskusikan dengan keluarga tentang ASI eksklusif
(6) Siapkan kelas menyusu pada masa prenatal minimal 2 kali
dan periode pascapartum minimal 4 kali
Edukasi
(1) Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
(2) Jelaskan pentingnya menyusu di malam hari untuk
mempertahankan dan meningkatkan produk ASI
(3) Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI (mis.berat badan
meningkat, BAK lebih dari 10 kali/hari, warna urine tidak
pekat)
(4) Anjurkan ibu memberikan nutrisi kepada bayi hanya dengan
ASI
(5) Anjurkan ibu menjaga produksi ASI
Luaran
Untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam memberikan ASI
secara eksklusif dengan kriteria hasil nutrisi bayi terpenuhi.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan pasca
melahirkan
Manajemen energi
Observasi
(1) Identifikasi gangguan fungsi yang mengakibatkan kelelahan
(2) Minitor kelelahan fisik
(3) Monitor pola dan jam tidur
(4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Teraupetik
(1) Sediakan lingkungan nyaman
(2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
(3) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
Edukasi
(1) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(2) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
(3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
(1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Luaran
Untuk mengelolah penggunaan energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan
pasca melahirkan dengan kriteria hasil lelah kelelahan menurun
dan dapat beraktivitas dengan baik.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling membantu, kemampuan
melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematis, kamampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi, ( Asmadi, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru.( Asmadi, 2015)
Menurut Asmadi (2015), Metode evaluasi keperawatan, antara lain:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilkukan , sistem penulisan evaluasi
formatif ini ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan
sistem SOAP.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam banyak
catatan naratif atau laporan ringkasan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC.

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Maternitas. Jakarta: Trans Info Media

Bari S A.2016.Buku Acuan Nasioanal Pelayanan kesehatan


Maternal dan Neonatal.Jakarta Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Chalik,TMA.2017.Hemoragi Utama Obstetrics &


Ginekologi.Jakarta: Widya Medika
Kumalasari I. 2015.Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi
Baru Lahir dan Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta
Selatan
Mochtar,R.2016Sinopsis Obstetri Fisiologi, Observasi Patologi.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SIKI PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia :Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed).
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(1sted).Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai