TERJADI
PENYULIT PADA KALA IV
1. Atonia uteri
2. Perlukaan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Tertinggalnya sebagian plasenta di dalam uterus
5. Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
6. Penatalaksanaan kala III yang salah
7. Adanya mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
1. Atonia Uteri
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang), seperti:
Etiologi
Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.
Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya
kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran manual plasenta,
dan sebagainya.
Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan
bentuk plasenta.
3. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban adalah masuknya air ketuban/cairan amnion ke dalam sirkulasi ibu
menyebabkan kolaps pada ibu pada waktu persalinan dan hanya dapat dipastikan dengan
autopsi. Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat waktu kehamilan. Untuk terjadinya
emboli ini harus ada hubungan langsung antara air ketuban dan pembuluh darah ibu.
Etiologi
Dalam kasus ini uterus tidak berkontraksi dengan penatalaksanaan menajemen aktif kala
III dalam waktu 15 detik setelah plasenta lahir. Tindakan atau penanganan yang dapat
dilakukan adalah melakukan tindakan kompresi bimanual interna,kompresi bimanual
eksterna atau kompresi aorta abdominalis. Sebelum melakukan tindakan ini harus
dipastikan bahwa penyebab perdarahan adalah atonia uteri,dan pastikan tidak ada sisa
plasenta. Proses penanganan atonia uteri ini merupakan suatu rangkaian tindakan dalam
proses persalinan. Kompresi Bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghentikan perdarahan secara mekanik. Proses mekanik yang digunakan adalah
aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium.
a. Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera homorrage
postpartum. Dinamakan demikian karena secara literature melibatkan kompresi uterus
diantara dua tangan.(varney,2004)
b. Menekan rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk
berkontraksi dan mengurangi perdarahan (depkes RI,1996-1997)
c. Tindakan darurat yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan pasca salin.
A. Teknik KBI
4. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan
(dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
5. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri
mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.Letakkan
6. kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri sementara telapak tangan
lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang
7. ke arah kepalan tangan dalam.
Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merang sang miometrium
untuk berkontraksi.
8. Evaluasi keberhasilan:
•Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu
secara melekat selama kala empat.
•Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari
serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan si penjahitan jika
ditemukan laserasi.
•Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus kan dengan langkah-
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai
menyiapkan rujukan. Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
• Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi)Alasan :
Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
• Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 ml
larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Alasan: Jarum dengan diameter besar,
memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu
membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer
Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan.
• Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan: KBI yang digunakan
bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat uterus-berkontraksi.
• Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan Berarti ini bukan
atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah
• Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat
rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:
• Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
• Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan
yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.
• Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan
lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.
B. Kompresi bimanual eksterna (KBE)
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk
mengendalikan perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini
diteruskan sampai uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat
dihentikan.Ini dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan
kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong
dapat menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual.
Langkah Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
• Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
• Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan
memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
• Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh
darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut.
• Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi: · Lakukan ligasi arteri
uterina dan ovarika. · Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam
jiwa setelah ligasi.
• Uterotonika : Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin.
c. Kompresi Aorta Abdominal (KAA)
Proses mekanika yang digunakan adalah dengan aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai
upaya pengganti kontraksi meometrium (yang untuk sementara waktu tidak dapat
berkontraksi). Prosedur ini dilakukan dari luar (kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam
(kompresi bimanual interna), tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau
dapat mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua upaya tersebut belum berhasil, segera
lakukan usaha lanjutan, yaitu Kompresi Aorta Abdominalis. Pada keadaan yang sangat
terpaksa dan termpat rujukan yang sangat jauh, walaupun bukti- bukti keberhasilan kurang
menyokong tapi dapat dilakukan tindakan alternatif yaitu pemasangan tampon uterovaginal
dan kompresi eksternal. Upaya tersebut diatas sebaiknya dikombinsikan dengan uterotonika
(oksitosin 20 UI, ergometrin 0,4 mg dan atau misoprostol 600 mg).
Tekhnik Penekanan Aorta :
Tata cara komperesi aorta abdominalis :
• Berikan tekanan kebawah dengan
• Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus tekanan tangan diletakan diatas pers
dengan kuat dan dapat dibantu dengan abdominalis aorta melalui dinding
tangan kiri selama 5 s/d 7 menit. abdomen.
• Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 • Titik kompresi tepat diatas umbilikus
detik sehingga bagian lainnya tidak terlalu dan agak kekiri
banyak kekurangan darah. • Pertahanan kompresi sampai darah
• Tekanan aorta abdominalis untuk terkontrol.
mengurangi perdarahan bersifat sementara • Jika pendarahan berlanjut walaupun
sehingga tersedia waktu untuk memasang kompresi telah dilakukan.
infus dan memberikan uterotonika secara • Lakukan ligasi uteria dan ligasi ateri
intravena uteri.
• Bila tidak berhasil, histerektomi adalah
langkah terakhir
TERIMA KASIH