DISUSUN OLEH:
WIDIA MEI LINANGGITA PUTRI
(2011040079)
2020/2021
POST PARTUM SPONTAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
A. PENGERTIAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Akan tetapi
seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan. Kejadian yang terpenting dalam
nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa, 2012).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan (Arif Mansjoer, 2011).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi
yang kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan kurang dari 34
minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas (Soewarto, 2008)
B. KLASIFIKASI
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalah sebagai berikut:
a. Priode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah,
misalnya perdarahan pada atonia uteri.
b. Priode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini bisa memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, Tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling keluarga berencana.
C. PERIODE MASA NIFAS
1. Periode Immediate Postpartum
2. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
3. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
4.
D. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)
e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
Etiologi ketuban pecah dini
G. PATHWAY
Perubahan Psikologis
Perubahan Fisiologi
Reptur Jaringan
Belajar Mengenai Perawatan Diri
Teruma Mekanis Personal Hygine
Kurang Baik
Nyeri Akut Butuh Informasi
Genetelia Kotor
Kurang Pengetahuan
Resiko Infeksi
H. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM
Perubahan Fisiologis
1. Uterus
2. Lochea
3. Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya tidak rata
karena robekan saat melahirkan.
4. Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah
persalinan menjadi edema.
5. Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi
perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat perubahan pada
mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi.
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda-tanda Vital
b. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
c. Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
d. Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
7. Sistem Pernafasan
8. Sistem Muskuloskeletal
9. Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika
terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan tekanan
darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Hacker, 2009).
10. Sistem Perkemihan
11. Sistem Pencernaan
Perubahan Psikologis
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu
cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak
nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka
membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya
pada hari 4 – 7 hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu
menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.
I. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM
a) Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
b) Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c) Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
d) Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
e) Pembengkakan di wajah/tangan
f) Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
h) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j) Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendirinafas
terengah-engah
J. PEMERIKSAANLABORATORIUM
Pemeriksaan leboratorium yang dilaksanakan antara lain :
1. Preparat saline basah untuk memeriksa adanya tricomona
2. Preparat basah potasium peroxide digunakan untuk memeriksa adanya jamur candidia
dan adanya gardnerela.
3. Urinalisis
4. Kultur gonorrhoe dan herpes servik
5. Kultur cerviks
6. Pemeriksaan darah lengkap,
7. Pemerilsaan virus herpes simplek tipe 1 dan 2
8. Westrern blood untuk pemeriksaan virus HIV
9. Chlamidia yaitu tes kultur atau tes untuk mendeteksi antigen
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi b.d. masuknya kuman pada luka episiotomi.
Tujuan :Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.
- Jumlah sel darah putih normal.
Intervensi :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.
- Beri perawatan pada luka episiotomi dengan menggunakan teknik septic dan
antiseptic.
- Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.
Rasional:
Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Hacker, Moore (2009), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Mochtar, Rostam. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.