DISUSUN OLEH :
Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: ) Sedangkan
stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
a. Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
5. Pathway
Proses keluarnya hasil konsepsi melalui jalan lahir
Kala IV
(2 jam post partum)
Setelah kala IV
Adaptasi psikologis
Penurunan hormon Episiotomi Komplikasi Sensitifitas otot Taking in Taking hold lating go
Pembengkakan payudara
Nyeri
6. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
Adaptasi
fisiologis
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
7. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Intervensi keperwatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen NOC :
injuri fisik Pain Level, Pain Management Mengetahui tingkat pengalaman
(peregangan Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara nyeri klien dan tindakan
perineum; luka Comfort level komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang akan dilakukan
episiotomi; involusi Setelah dilakukan askep karakteristik, durasi, frekuensi, untuk mengurangi nyeri
uteri; hemoroid; selama …x 24 jam, kualitas dan faktor presipitasi
diharapkan nyeri (PQRST) Reaksi terhadap nyeri biasanya
pembengkakan
berkurang Observasi reaksi nonverbal dari ditunjukkan dengan reaksi non
payudara).
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan verbal tanpa disengaja.
Mampu mengontrol Mengetahui pengalaman nyeri
nyeri (tahu penyebab Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui
Penanganan nyeri tidak selamanya
menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
Ajarkan tentang teknik non diberikan obat. Nafas dalam dapat
nonfarmakologi untuk membantu mengurangi tingkat
farmakologi
mengurangi nyeri, nyeri
mencari bantuan) Mengetahui keefektifan control
Melaporkan bahwa Evaluasi keefektifan kontrol nyeri nyeri
nyeri berkurang Mengurangi rasa nyeri
dengan menggunakan Motivasi untuk meningkatkan Menentukan intervensi
manajemen nyeri asupan nutrisi yang bergizi. keperawatan sesuai skala nyeri.
Mampu mengenali Mengidentifikasi penyimpangan
nyeri (skala, Tingkatkan istirahat dan kemajuan berdasarkan involusi
intensitas, frekuensi uteri.
dan tanda nyeri) Mengurangi ketegangan pada luka
Menyatakan rasa Latih mobilisasi miring kanan perineum.
nyaman setelah nyeri miring kiri jika kondisi klien mulai
berkurang membaik Melatih ibu mengurangi
Tanda vital dalam Kaji kontraksi uterus, proses bendungan ASI dan memperlancar
rentang normal involusi uteri. pengeluaran ASI.
TD : 120-140 /80 – 90 Mencegah infeksi dan kontrol nyeri
mmHg
Anjurkan pasien untuk membasahi pada luka perineum.
RR : 16 – 24 x/mnt perineum dengan air hangat
N : 80- 100 x mnt sebelum berkemih. Mengurangi intensitas nyeri
T : 36,5oC – 37,5oC Anjurkan dan latih pasien cara denagn menekan rangsnag nyeri
merawat payudara secara teratur. pada nosiseptor.
Jelaskan pada ibu tetang teknik
merawat luka perineum dan
mengganti PAD secara teratur
setiap 3 kali sehari atau setiap kali
lochea keluar banyak.
Kolaborasi dokter tentang
pemberian analgesik
Resiko defisit volume Fluid balance Fluid management
cairan b/d Hydration Obs Tanda-tanda vital setiap 4 Mengidentifikasi
pengeluaran yang jam. penyimpangan indikasi kemajuan
berlebihan; Setelah dilakukan askep Obs Warna urine. atau penyimpangan dari hasil yang
perdarahan; diuresis; selama …x 24 jam, Status umum setiap 8 jam. diharapkan.
keringat berlebihan. Pasien dapat Memenuhi kebutuhan cairan
mendemostrasikan status Pertahankan catatan intake dan tubuh klien
cairan membaik. output yang akurat Menjaga status balance cairan
Monitor status hidrasi klien
Kriteria evaluasi: tak ada (kelembaban membran mukosa,
manifestasi dehidrasi, nadi adekuat, tekanan darah
Memenuhi kebutuhan cairan
resolusi oedema, haluaran ortostatik), jika diperlukan
Monitor masukan makanan / tubuh klien
urine di atas 30 ml/jam, Memenuhi kebutuhan cairan
kulit kenyal/turgor kulit cairan dan hitung intake kalori
tubuh klien
baik. harian
Lakukan terapi IV
Temuan-temuan ini
Berikan cairan
Dorong masukan oral menandakan hipovolemia dan
Beritahu dokter bila: haluaran perlunya peningkatan cairan.
urine < 30 ml/jam, haus, takikardia,
gelisah, TD di bawah rentang
Mencegah pasien jatuh ke
normal, urine gelap atau encer
dalam kondisi kelebihan cairan
gelap.
yang beresiko terjadinya oedem
Konsultasi dokter bila
paru.
manifestasi kelebihan cairan
Mengidentifikasi
terjadi.
keseimbangan cairan pasien secara
Pantau: cairan masuk dan adekuat dan teratur.
cairan keluar setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep Kaji haluaran urine, keluhan Mengidentifikasi
eleminasi BAK selama …x 24 jam, Pola serta keteraturan pola berkemih. penyimpangan dalam pola
(disuria) b/d trauma eleminasi (BAK) pasien Anjurkan pasien melakukan berkemih pasien.
perineum dan saluran teratur. ambulasi dini. Ambulasi dini memberikan
kemih. rangsangan untuk pengeluaran
Kriteria hasil: eleminasi Anjurkan pasien untuk urine dan pengosongan bladder.
BAK lancar, disuria tidak membasahi perineum dengan air Membasahi bladder dengan air
ada, bladder kosong, hangat sebelum berkemih. hangat dapat mengurangi
keluhan kencing tidak ketegangan akibat adanya luka
Anjurkan pasien untuk
ada. pada bladder.
berkemih secara teratur. Menerapkan pola berkemih
secara teratur akan melatih
Anjurkan pasien untuk minum
pengosongan bladder secara
2500-3000 ml/24 jam.
teratur.
Minum banyak mempercepat
Kolaborasi untuk melakukan
kateterisasi bila pasien kesulitan filtrasi pada glomerolus dan
berkemih. mempercepat pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep Kaji pola BAB, kesulitan BAB, Mengidentifikasi
eleminasi BAB selama …x 24 jam, Pola warna, bau, konsistensi dan penyimpangan serta kemajuan
(konstipasi) b/d eleminasi (BAB) teratur. jumlah. dalam pola eleminasi (BAB).
kurangnya Anjurkan ambulasi dini. Ambulasi dini merangsang
mobilisasi; diet yang Kriteria hasil: pola pengosongan rektum secara lebih
tidak seimbang; eleminasi teratur, feses cepat.
Anjurkan pasien untuk minum Cairan dalam jumlah cukup
trauma persalinan. lunak dan warna khas
banyak 2500-3000 ml/24 jam. mencegah terjadinya penyerapan
feses, bau khas feses,
tidak ada kesulitan BAB, cairan dalam rektum yang dapat
tidak ada feses bercampur Kaji bising usus setiap 8 jam. menyebabkan feses menjadi keras.
darah dan lendir, Bising usus
Pantau berat badan setiap hari. mengidentifikasikan pencernaan
konstipasi tidak ada.
dalam kondisi baik.
Anjurkan pasien makan banyak
Mengidentifiakis adanya
serat seperti buah-buahan dan
penurunan BB secara dini.
sayur-sayuran hijau. Meningkatkan pengosongan
feses dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan askep · Kaji toleransi pasien terhadap Parameter menunjukkan
pemenuhan ADL b/d selama …x 24 jam, ADL aktifitas menggunakan parameter respon fisiologis pasien terhadap
immobilisasi; dan kebutuhan berikut: nadi 20/mnt di atas frek stres aktifitas dan indikator derajat
kelemahan. beraktifitas pasien nadi istirahat, catat peningaktan penagruh kelebihan kerja jnatung.
terpenuhi secara adekuat. TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan
berat, kelemahan, berkeringat,
Menurunkan kerja
Kriteria hasil: pusing atau pinsan.
miokard/komsumsi oksigen ,
Menunjukkan · Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas
menurunkan resiko komplikasi.
peningkatan dalam pada dasar nyeri/respon
beraktifitas. hemodinamik, berikan aktifitas Stabilitas fisiologis pada
Kelemahan dan senggang yang tidak berat. istirahat penting untuk
kelelahan berkurang. · Kaji kesiapan untuk meningkatkan menunjukkan tingkat aktifitas
Kebutuhan ADL aktifitas contoh: penurunan individu.
terpenuhi secara kelemahan/kelelahan, TD
mandiri atau dengan stabil/frek nadi, peningaktan
bantuan. perhatian pada aktifitas dan Komsumsi oksigen miokardia
Frekuensi perawatan diri. selama berbagai aktifitas dapat
jantung/irama dan Td · Dorong memajukan meningkatkan jumlah oksigen yang
dalam batas normal. aktifitas/toleransi perawatan diri. ada. Kemajuan aktifitas bertahap
Kulit hangat, mencegah peningkatan tiba-tiba
merah muda dan · Anjurkan keluarga untuk membantu pada kerja jantung.
kering pemenuhan kebutuhan ADL pasien. Teknik penghematan energi
· Jelaskan pola peningkatan bertahap menurunkan penggunaan energi
dari aktifitas, contoh: posisi duduk dan membantu keseimbangan
ditempat tidur bila tidak pusing dan suplai dan kebutuhan oksigen.
tidak ada nyeri, bangun dari tempat Aktifitas yang maju
tidur, belajar berdiri dst. memberikan kontrol jantung,
meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas berlebihan.
Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep Pantau: vital sign, tanda Mengidentifikasi
trauma jalan lahir. selama …x 24 jam, infeksi. penyimpangan dan kemajuan
Infeksi tidak terjadi. sesuai intervensi yang dilakukan.
Mengidentifikasi kelainan
Kaji pengeluaran lochea, pengeluaran lochea secara dini.
Kriteria hasil: tanda
warna, bau dan jumlah. Keadaan luka perineum
infeksi tidak ada, luka
Kaji luka perineum, keadaan berdekatan dengan daerah basah
episiotomi kering dan
jahitan. mengakibatkan kecenderunagn
bersih, takut berkemih
dan BAB tidak ada. luka untuk selalu kotor dan mudah
Anjurkan pasien membasuh terkena infeksi.
Mencegah infeksi secara dini.
vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan
mengganti PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap kali pengeluaran
lochea banyak.
· Pertahnakan teknik septik Mencegah kontaminasi silang
aseptik dalam merawat pasien terhadap infeksi.
(merawat luka perineum, merawat
payudara, merawat bayi).
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu:
– Rasa nyeri teratasi
– Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
– Pemenuhan ADL terpenuhi.
– Resiko cidera tidak terjadi
– Infeksi tidak terjadi.
Daftar Pustaka