Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

DOSEN PENGAMPU Ns.CHRISTIN ADEN, M.Kep,Sp.Kep.Mat

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH :

DIRJA
NIM :144012019000071

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES PALANGKA RAYA
RPL DIII Keperawatan Angkatan III

Palangka Raya
2019
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2004:492)
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

B. Tanda dan Gejala


- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.

C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi


Fisiologi

a.       involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,yang


disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein dinding
rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing.
b.      inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta merupakan
tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar telapak tangan,dengan
cepat luka ini mengecil pada akhir minggu kedua,hanya sebesar 3-4cm
dan pada akhir nifas 1-2cm.
c.       perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2 otot
terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada waktu
persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang normal.
d.      perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus mempunyai
pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan bagi peredaran darah yang banyak,maka arteri tersebut harus
mengecil lagi saat nifas.
e.       dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut menjadi
longgar karena teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih kembali dalam
6 minggu.
f.        saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi ureter dan
pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g.       laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada belum mengandung
susu melainkan colostrum.colostrum adalah cairan kuning yang
mengandung banyak protein dan garam.
Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam
3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi 
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:     ) Sedangkan
stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu
makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
D. Patofisiologi dan Pathway
Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1.       Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2.       Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3.       Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Pathway
E. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4.   Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
F. Komplikasi
a.   Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d.   Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir
selam persalinan atau sesudah persalinan.

G. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkaian
Pengkajian Fisik
1. Riwayat kesehatan sebelumnya
2. Tanda-tanda Vital
3. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
5. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7.     Rektum: hemoroid, dll.
8.   Aktivitas sehari-hari.
  Pengkajian Psikologis
1. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
2. Spesifik: depresi postpartum.
3. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g.    Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. Intervensi keperwatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut NOC : Pain Management
b/d agen v  Pain Level, ·  Mengetahui tingkat
§  Lakukan
injuri fisik v  Pain control, pengalaman nyeri klien
pengkajian nyeri
(pereganganv  Comfort level dan tindakan
secara
perineum; Setelah dilakukan keperawatan yang akan
komprehensif
luka askep selama …x 24 dilakukan untuk
termasuk lokasi,
episiotomi; jam, diharapkan nyeri mengurangi nyeri
karakteristik,
involusi berkurang
durasi, frekuensi, ·  Reaksi terhadap nyeri
uteri; Kriteria Hasil :
kualitas dan faktor biasanya ditunjukkan
hemoroid; v Mampu mengontrol
presipitasi dengan reaksi non verbal
pembengkak nyeri (tahu penyebab
(PQRST) tanpa disengaja.
an payudara). nyeri, mampu
§  Observasi reaksi
menggunakan tehnik
nonverbal dari
ketidaknyamanan
§  Gunakan teknik
komunikasi
nonfarmakologi untuk ·  Mengetahui pengalaman
mengurangi nyeri, terapeutik untuk nyeri
mencari bantuan) mengetahui
v Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan menggunakan§  Ajarkan tentang
·  Penanganan nyeri tidak
manajemen nyeri teknik non
selamanya diberikan
v Mampu mengenali farmakologi
obat. Nafas dalam dapat
nyeri (skala, §  Evaluasi
membantu mengurangi
intensitas, frekuensi keefektifan kontrol
tingkat nyeri
dan tanda nyeri) nyeri
v Menyatakan rasa §  Motivasi untuk ·  Mengetahui keefektifan
nyaman setelah nyeri meningkatkan control nyeri
berkurang asupan nutrisi
·     Mengurangi rasa nyeri
v Tanda vital dalam yang bergizi.
Menentukan intervensi
rentang normal §  Tingkatkan
keperawatan sesuai skala
TD : 120-140 /80 – istirahat
nyeri.
90 mmHg §  Latih mobilisasi
·     Mengidentifikasi
RR : 16 – 24 x/mnt miring kanan
penyimpangan dan
N   : 80- 100 x mnt miring kiri jika
kemajuan berdasarkan
   T    : 36,5o C – 37,5 kondisi klien
involusi uteri.
o
C mulai membaik
·    Kaji kontraksi
·     Mengurangi ketegangan
uterus, proses
pada luka perineum.
involusi uteri.
·    Anjurkan pasien
untuk membasahi
perineum dengan
air hangat sebelum
berkemih.

·    Anjurkan dan


latih pasien cara ·     Melatih ibu mengurangi
merawat payudara bendungan ASI dan
secara teratur. memperlancar
·    Jelaskan pada ibu pengeluaran ASI.
tetang teknik ·     Mencegah infeksi dan
merawat luka kontrol nyeri pada luka
perineum dan perineum.

·  Mengurangi intensitas
nyeri denagn menekan
rangsnag nyeri pada
nosiseptor.
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali sehari
atau setiap kali
lochea keluar
banyak.
·    Kolaborasi dokter
tentang pemberian
analgesik
Resiko defisit
v  Fluid balance Fluid management·      Mengidentifikasi
volume v  Hydration ·    Obs Tanda-tanda penyimpangan indikasi
cairan b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. kemajuan atau
pengeluaran askep selama …x 24 ·    Obs Warna urine. penyimpangan dari hasil
yang jam, Pasien dapat ·    Status umum yang diharapkan.
berlebihan; mendemostrasikan setiap 8 jam. ·                 Memenuhi
perdarahan; status cairan ·    Pertahankan kebutuhan cairan tubuh
diuresis; membaik. catatan intake dan klien
keringat Kriteria evaluasi: output yang akurat ·            
berlebihan. · 

tak ada manifestasi    Monitor status      Menjaga status


dehidrasi, resolusi hidrasi balance cairan klien
oedema, haluaran ( kelembaban ·      
urine di atas 30 membran mukosa,     Memenuhi kebutuhan
ml/jam, kulit nadi adekuat, cairan tubuh klien
kenyal/turgor kulit tekanan darah ·                 Memenuhi
baik. ortostatik ), jika kebutuhan cairan tubuh
diperlukan klien

·      Temuan-temuan ini


menandakan hipovolemia
dan perlunya peningkatan
cairan.

·      Mencegah pasien jatuh


ke dalam kondisi
·    Monitor masukan kelebihan cairan yang
makanan / cairan beresiko terjadinya
dan hitung intake oedem paru.
kalori harian ·      Mengidentifikasi
·    Lakukan terapi keseimbangan cairan
IV pasien secara adekuat dan
·    Berikan cairan teratur.
·    Dorong masukan
oral
·    Beritahu dokter
bila: haluaran
urine < 30 ml/jam,

haus, takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau encer
gelap.
·    Konsultasi dokter
bila manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
·    Pantau: cairan
masuk dan cairan
keluar setiap 8
jam.
Perubahan Setelah dilakukan ·      Kaji haluaran ·     Mengidentifikasi
pola askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan dalam
eleminasi jam, Pola eleminasi serta keteraturan pola berkemih pasien.
BAK (BAK) pasien teratur. pola berkemih. ·    
(disuria) b/d Kriteria hasil: ·     
trauma
perineum dan
saluran
kemih.

eleminasi BAK Anjurkan pasien Ambulasi dini memberikan


lancar, disuria tidak melakukan rangsangan untuk
ada, bladder kosong, ambulasi dini. pengeluaran urine dan
keluhan kencing tidak·      Anjurkan pasien pengosongan bladder.
ada. untuk membasahi ·     Membasahi bladder
perineum dengan dengan air hangat dapat
air hangat sebelum mengurangi ketegangan
berkemih. akibat adanya luka pada
·      Anjurkan pasien bladder.
untuk berkemih ·     Menerapkan pola
secara teratur. berkemih secara teratur
·      Anjurkan pasien akan melatih
untuk minum pengosongan bladder
2500-3000 ml/24 secara teratur.
jam. ·     Minum banyak
·      Kolaborasi untuk mempercepat filtrasi
melakukan pada glomerolus dan
kateterisasi bila mempercepat
pasien kesulitan pengeluaran urine.
berkemih. ·     Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
·    ·    
Perubahan Setelah dilakukan Kaji pola BAB, Mengidentifikasi
pola askep selama …x 24 kesulitan BAB, penyimpangan serta
eleminasi jam, Pola eleminasi warna, bau, kemajuan dalam pola
BAB (BAB) teratur. konsistensi dan eleminasi (BAB).
(konstipasi) Kriteria hasil: pola jumlah. ·      Ambulasi dini
b/d eleminasi teratur, ·    Anjurkan merangsang pengosongan
kurangnya feses lunak dan warna ambulasi dini. rektum secara lebih
mobilisasi; khas feses, bau khas ·    Anjurkan pasien cepat.

diet yang feses, tidak ada untuk minum banyak·      Cairan dalam jumlah
tidak kesulitan BAB, tidak 2500-3000 ml/24 cukup mencegah
seimbang; ada feses bercampur jam. terjadinya penyerapan
trauma darah dan lendir, cairan dalam rektum
persalinan. konstipasi tidak ada. ·    Kaji bising usus yang dapat menyebabkan
setiap 8 jam. feses menjadi keras.
·    Pantau berat ·      Bising usus
badan setiap hari. mengidentifikasikan
·    Anjurkan pasien pencernaan dalam
makan banyak kondisi baik.
serat seperti buah- ·      Mengidentifiakis
buahan dan sayur- adanya penurunan BB
sayuran hijau. secara dini.
·      Meningkatkan
pengosongan feses dalam
rektum.
Gangguan Setelah dilakukan ·   Kaji toleransi ·   Parameter menunjukkan
pemenuhan askep selama …x 24 pasien terhadap respon fisiologis pasien
ADL b/d jam, ADL dan aktifitas terhadap stres aktifitas
immobilisasi; kebutuhan menggunakan dan indikator derajat
kelemahan. beraktifitas pasien parameter berikut:
terpenuhi secara nadi 20/mnt di atas
adekuat. frek nadi istirahat,
penagruh kelebihan kerja
Kriteria hasil: catat peningaktan jnatung.
-   Menunjukkan TD, dispnea, nyeri
peningkatan dalam dada, kelelahan
beraktifitas. berat, kelemahan, ·   Menurunkan kerja
-   Kelemahan dan berkeringat, miokard/komsumsi
kelelahan berkurang. pusing atau pinsan. oksigen , menurunkan
-   Kebutuhan ADL ·   Tingkatkan resiko komplikasi.
terpenuhi secara istirahat, batasi
mandiri atau dengan aktifitas pada ·   Stabilitas fisiologis pada
bantuan. dasar nyeri/respon istirahat penting untuk
-   frekuensi hemodinamik, menunjukkan tingkat
jantung/irama dan Td berikan aktifitas aktifitas individu.
dalam batas normal. senggang yang
-   kulit hangat, merah tidak berat.
muda dan kering ·   Kaji kesiapan ·   Komsumsi oksigen
untuk miokardia selama
meningkatkan berbagai aktifitas dapat
aktifitas contoh: meningkatkan jumlah
penurunan oksigen yang ada.
kelemahan/kelelah Kemajuan aktifitas
an, TD stabil/frek bertahap mencegah
nadi, peningaktan peningkatan tiba-tiba
perhatian pada pada kerja jantung.
aktifitas dan ·   Teknik penghematan
perawatan diri. energi menurunkan
·   Dorong penggunaan energi dan
memajukan membantu keseimbangan
aktifitas/toleransi suplai dan kebutuhan
perawatan diri. oksigen.

·   Anjurkan
keluarga untuk
membantu
pemenuhan
kebutuhan ADL
pasien. ·   Aktifitas yang maju
memberikan kontrol
jantung, meningaktkan
regangan dan mencegah
aktifitas berlebihan.

·   Jelaskan pola


peningkatan
bertahap dari
aktifitas, contoh:
posisi duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri dst.

Resiko Setelah dilakukan · Pantau: vital sign, ·     Mengidentifikasi


infeksi b/d askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan dan
trauma jalan jam, Infeksi tidak kemajuan sesuai
lahir. terjadi. · Kaji pengeluaran intervensi yang
Kriteria hasil: tanda lochea, warna, bau dilakukan.
infeksi tidak ada, luka dan jumlah. ·     Mengidentifikasi
episiotomi kering dan · Kaji luka kelainan pengeluaran
bersih, takut perineum, keadaan lochea secara dini.
berkemih dan BAB jahitan. ·     Keadaan luka perineum
tidak ada. berdekatan dengan
daerah basah
· Anjurkan pasien mengakibatkan
membasuh vulva kecenderunagn luka
setiap habis untuk selalu kotor dan
berkemih dengan mudah terkena infeksi.
cara yang benar ·     Mencegah infeksi
dan mengganti secara dini.
PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap
kali pengeluaran
lochea banyak.

·     Mencegah kontaminasi


silang terhadap infeksi.
· Pertahnakan teknik
septik aseptik
dalam merawat
pasien (merawat
luka perineum,
merawat payudara,
merawat bayi).
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan.
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar
yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
– Rasa nyeri teratasi
– Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
– Pemenuhan ADL terpenuhi.
– Resiko cidera tidak terjadi
– Infeksi tidak terjadi.

Daftar Pustaka

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,


Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II,
EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United


States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai