Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

DISUSUN OLEH :

FATMA TRI SARTIKA

SN 172028

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2018
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2004:492)
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

B. Tanda dan Gejala


- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan
mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi
Fisiologi

a. involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,yang


disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein dinding
rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing.
b. inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta
merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar telapak
tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu kedua,hanya
sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
c. perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2 otot
terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada
waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang
normal.
d. perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus
mempunyai pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang banyak,maka
arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
e. dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut
menjadi longgar karena teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih
kembali dalam 6 minggu.
f. saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi ureter
dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g. laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada belum
mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah cairan
kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: ) Sedangkan
stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

D. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Pathway
E. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

F. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.

G. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkaian
Pengkajian Fisik
1. Riwayat kesehatan sebelumnya
2. Tanda-tanda Vital
3. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
striae.
5. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7. Rektum: hemoroid, dll.
8. Aktivitas sehari-hari.
Pengkajian Psikologis
1. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
2. Spesifik: depresi postpartum.
3. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan
libido.

2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. Intervensi keperwatan

Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri v Pain Level, · Mengetahui
§ Lakukan pengkajian
fisik v Pain control, tingkat
nyeri secara
(peregangan v Comfort level pengalaman nyeri
komprehensif
perineum; luka Setelah dilakukan klien dan tindakan
episiotomi; askep selama …x termasuk lokasi, keperawatan yang
involusi uteri; 24 jam, diharapkan karakteristik, durasi, akan dilakukan
hemoroid; nyeri berkurang frekuensi, kualitas untuk mengurangi
pembengkakan Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi nyeri
payudara). v Mampu mengontrol (PQRST)
· Reaksi terhadap
nyeri (tahu § Observasi reaksi
nyeri biasanya
penyebab nyeri, nonverbal dari
ditunjukkan
mampu ketidaknyamanan
dengan reaksi non
menggunakan § Gunakan teknik
verbal tanpa
tehnik komunikasi
disengaja.
nonfarmakologi terapeutik untuk
untuk mengurangi mengetahui · Mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri pengalaman nyeri
bantuan) pasien
v Melaporkan bahwa § Ajarkan tentang
nyeri berkurang teknik non
dengan farmakologi
· Penanganan nyeri
menggunakan § Evaluasi keefektifan
tidak selamanya
manajemen nyeri kontrol nyeri
diberikan obat.
v Mampu mengenali § Motivasi untuk
Nafas dalam dapat
nyeri (skala, meningkatkan
membantu
intensitas, asupan nutrisi yang
mengurangi tingkat
frekuensi dan bergizi.
nyeri
tanda nyeri) § Tingkatkan istirahat
v Menyatakan rasa § Latih mobilisasi · Mengetahui
nyaman setelah miring kanan miring keefektifan control
nyeri berkurang kiri jika kondisi nyeri
v Tanda vital dalam klien mulai
· Mengurangi rasa
rentang normal membaik
nyeri Menentukan
TD : 120-140 /80 – · Kaji kontraksi
intervensi
90 mmHg uterus, proses
RR : 16 – 24 x/mnt involusi uteri. keperawatan sesuai
N : 80- 100 x mnt · Anjurkan pasien skala nyeri.
T : 36,5o C – untuk membasahi · Mengidentifikasi
37,5 o C perineum dengan air penyimpangan dan
hangat sebelum kemajuan
berkemih. berdasarkan
· Anjurkan dan involusi uteri.
latih pasien cara
merawat payudara · Mengurangi
secara teratur. ketegangan pada
· Jelaskan pada ibu luka perineum.
tetang teknik
merawat luka
perineum dan · Melatih ibu
mengganti PAD mengurangi
secara teratur setiap bendungan ASI
3 kali sehari atau dan memperlancar
setiap kali lochea pengeluaran ASI.
keluar banyak. · Mencegah infeksi
· Kolaborasi dan kontrol nyeri
dokter tentang pada luka
pemberian analgesik perineum.

· Mengurangi
intensitas nyeri
denagn menekan
rangsnag nyeri
pada nosiseptor.

Resiko defisit v Fluid balance Fluid management · Mengidentifikasi


volume cairanv Hydration · Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi kemajuan
pengeluaran askep selama …x · Obs Warna urine. atau penyimpangan
yang 24 jam, Pasien · Status umum setiap dari hasil yang
berlebihan; dapat 8 jam. diharapkan.
perdarahan; mendemostrasikan · Pertahankan catatan ·
diuresis; status cairan intake dan output Memenuhi
keringat membaik. yang akurat kebutuhan cairan
berlebihan. Kriteria evaluasi: · Monitor status tubuh klien
tak ada manifestasi hidrasi ( kelembaban ·
dehidrasi, resolusi membran mukosa, Menjaga status
oedema, haluaran nadi adekuat, balance cairan
urine di atas 30 tekanan darah klien
ml/jam, kulit ortostatik ), jika
kenyal/turgor kulit diperlukan
baik. · Monitor masukan
makanan / cairan ·
dan hitung intake Memenuhi
kalori harian kebutuhan cairan
· Lakukan terapi IV tubuh klien
· Berikan cairan ·
· Dorong masukan Memenuhi
oral kebutuhan cairan
· Beritahu dokter tubuh klien
bila: haluaran urine
< 30 ml/jam, haus, · Temuan-temuan
takikardia, gelisah, ini menandakan
TD di bawah rentang hipovolemia dan
normal, urine gelap perlunya
atau encer gelap. peningkatan cairan.
· Konsultasi dokter
bila manifestasi · Mencegah pasien
kelebihan cairan jatuh ke dalam
terjadi. kondisi kelebihan
· Pantau: cairan cairan yang
masuk dan cairan beresiko terjadinya
keluar setiap 8 jam. oedem paru.
· Mengidentifikasi
keseimbangan
cairan pasien
secara adekuat dan
teratur.

Perubahan pola Setelah dilakukan · Kaji haluaran · Mengidentifikasi


eleminasi BAK askep selama …x urine, keluhan serta penyimpangan
(disuria) b/d 24 jam, Pola keteraturan pola dalam pola
trauma eleminasi (BAK) berkemih. berkemih pasien.
perineum dan pasien teratur. · Anjurkan pasien· Ambulasi dini
saluran kemih. Kriteria hasil: melakukan ambulasi memberikan
eleminasi BAK dini. rangsangan untuk
lancar, disuria · Anjurkan pasien pengeluaran urine
tidak ada, bladder untuk membasahi dan pengosongan
kosong, keluhan perineum dengan air bladder.
kencing tidak ada. hangat sebelum · Membasahi
berkemih. bladder dengan air
· Anjurkan pasien hangat dapat
untuk berkemih mengurangi
secara teratur. ketegangan akibat
· Anjurkan pasien adanya luka pada
untuk minum 2500- bladder.
3000 ml/24 jam. · Menerapkan pola
· Kolaborasi berkemih secara
untuk melakukan teratur akan
kateterisasi bila melatih
pasien kesulitan pengosongan
berkemih. bladder secara
teratur.
· Minum banyak
mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
· Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan · Kaji pola BAB, · Mengidentifikasi
eleminasi BAB askep selama …x kesulitan BAB, penyimpangan
(konstipasi) b/d 24 jam, Pola warna, bau, serta kemajuan
kurangnya eleminasi (BAB) konsistensi dan dalam pola
mobilisasi; diet teratur. jumlah. eleminasi (BAB).
yang tidak Kriteria hasil: pola · Anjurkan ambulasi · Ambulasi dini
seimbang; eleminasi teratur, dini. merangsang
trauma feses lunak dan · Anjurkan pasien pengosongan
persalinan. warna khas feses, untuk minum rektum secara lebih
bau khas feses, banyak 2500-3000 cepat.
tidak ada kesulitan ml/24 jam. · Cairan dalam
BAB, tidak ada jumlah cukup
feses bercampur · Kaji bising usus mencegah
darah dan lendir, setiap 8 jam. terjadinya
konstipasi tidak · Pantau berat badan penyerapan cairan
ada. setiap hari. dalam rektum yang
· Anjurkan pasien dapat
makan banyak serat menyebabkan feses
seperti buah-buahan menjadi keras.
dan sayur-sayuran · Bising usus
hijau. mengidentifikasika
n pencernaan
dalam kondisi
baik.
· Mengidentifiakis
adanya penurunan
BB secara dini.
· Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan · Kaji toleransi · Parameter
pemenuhan askep selama …x pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d 24 jam, ADL dan aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; kebutuhan menggunakan pasien terhadap
kelemahan. beraktifitas pasien parameter berikut: stres aktifitas dan
terpenuhi secara nadi 20/mnt di atas indikator derajat
adekuat. frek nadi istirahat, penagruh
Kriteria hasil: catat peningaktan kelebihan kerja
- Menunjukkan TD, dispnea, nyeri jnatung.
peningkatan dalam dada, kelelahan
beraktifitas. berat, kelemahan,
- Kelemahan dan berkeringat, pusing · Menurunkan kerja
kelelahan atau pinsan. miokard/komsumsi
berkurang. · Tingkatkan oksigen ,
- Kebutuhan ADL istirahat, batasi menurunkan resiko
terpenuhi secara aktifitas pada dasar komplikasi.
mandiri atau nyeri/respon
dengan bantuan. hemodinamik, · Stabilitas
- frekuensi berikan aktifitas fisiologis pada
jantung/irama dan senggang yang tidak istirahat penting
Td dalam batas berat. untuk
normal. · Kaji kesiapan untuk menunjukkan
- kulit hangat, meningkatkan tingkat aktifitas
merah muda dan aktifitas contoh: individu.
kering penurunan
kelemahan/kelelahan
, TD stabil/frek nadi, · Komsumsi
peningaktan oksigen miokardia
perhatian pada selama berbagai
aktifitas dan aktifitas dapat
perawatan diri. meningkatkan
· Dorong memajukan jumlah oksigen
aktifitas/toleransi yang ada.
perawatan diri. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah
· Anjurkan keluarga peningkatan tiba-
untuk membantu tiba pada kerja
pemenuhan jantung.
kebutuhan ADL · Teknik
pasien. penghematan
· Jelaskan pola energi menurunkan
peningkatan penggunaan energi
bertahap dari dan membantu
aktifitas, contoh: keseimbangan
posisi duduk suplai dan
ditempat tidur bila kebutuhan oksigen.
tidak pusing dan · Aktifitas yang
tidak ada nyeri, maju memberikan
bangun dari tempat kontrol jantung,
tidur, belajar berdiri meningaktkan
dst. regangan dan
mencegah aktifitas
berlebihan.

Resiko infeksi Setelah dilakukan · Pantau: vital sign, · Mengidentifikasi


b/d trauma askep selama …x tanda infeksi. penyimpangan dan
jalan lahir. 24 jam, Infeksi kemajuan sesuai
tidak terjadi. · Kaji pengeluaran intervensi yang
Kriteria hasil: lochea, warna, bau dilakukan.
tanda infeksi tidak dan jumlah. · Mengidentifikasi
ada, luka · Kaji luka perineum, kelainan
episiotomi kering keadaan jahitan. pengeluaran lochea
dan bersih, takut secara dini.
berkemih dan · Keadaan luka
BAB tidak ada. · Anjurkan pasien perineum
membasuh vulva berdekatan dengan
setiap habis daerah basah
berkemih dengan mengakibatkan
cara yang benar dan kecenderunagn
mengganti PAD luka untuk selalu
setiap 3 kali perhari kotor dan mudah
atau setiap kali terkena infeksi.
pengeluaran lochea · Mencegah infeksi
banyak. secara dini.
· Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum, merawat · Mencegah
payudara, merawat kontaminasi silang
bayi). terhadap infeksi.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan.
A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
– Rasa nyeri teratasi
– Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
– Pemenuhan ADL terpenuhi.
– Resiko cidera tidak terjadi
– Infeksi tidak terjadi.
Daftar Pustaka

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi


VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II,
EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai