M
DENGAN ASFIKSIA DI RUANGAN PERINATAL RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARNEGARA
Oleh
WIDIA MEI LINANGGITA PUTRI
2011040079
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuscular menurun
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan
pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus,
bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah.
D. PATHOFISIOLOGIS
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode
apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan
kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian tidak dimulai segera. (Aziz, 2010)
E. KOMPLIKASI
1. Edema otak & Perdarahan otak
2. Anuria atau oliguria
3. Kejang
4. Koma
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
2. Memulai pernapasan :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
G. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Nafas cepat
Bersihan jln nafas
Pola nafas
tidak efektif
tidak efektif
Apneu suplai O2 suplai O2
Ke paru dlm darah
f. Keamann
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas ( kelemahan otot pernafasan
2. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus (maturitas)
3. infeksi b.d Ketidak adekuatan pertahanan tubuh
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas ( kelemahan otot pernafasan)
Intervensi:
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas (ronchi)
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
- Monitor status repirasi dan oksigenasi (kedalaman napas, gangguan otot bantu
napas , saturasi oksigen
Terapiutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan fowler
- Berikan oksigen 1 Lpm
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan/ suplai ASI yang cukup untuk pemenuhan nutrisi bayi
Kolaborasi dengan tenaga medis dan farmasi dalam pemberian obat ampisilina
Drew, David. 2009. Asuhan Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebidanan.
Jakarta : EGC.Kristiyanasari,
weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika.Ma’rifah & Novelia. 2011.Hubungan Antara Berat Badan Lahir Bayi
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Sehat PPNI Mojokerto : Medika.
Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Byi dan Balita. Yogyakarta
Fitramaya.Nurarif & kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Romauli. 2011. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Saifudin. 2001. Buku Asuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryono. 2013. Metodiologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wahyuni. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik.
Jakarta : EGC.
Wikjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.