Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.

M
DENGAN ASFIKSIA DI RUANGAN PERINATAL RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARNEGARA

Oleh
WIDIA MEI LINANGGITA PUTRI
2011040079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
A. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Prawirohardjo, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI, 2005).

B. ETIOLOGI

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan


sirkulasi darah uteroplasenter sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuscular menurun
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan
pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus,
bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah.
D. PATHOFISIOLOGIS

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan
biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan


terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode
apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan
kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian tidak dimulai segera. (Aziz, 2010)

E. KOMPLIKASI
1. Edema otak & Perdarahan otak
2. Anuria atau oliguria
3. Kejang
4. Koma
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru


lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru
lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :

a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar


b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :

a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau


menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :

1. Tindakan umum

a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
G. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Bersihan jln nafas
Pola nafas
tidak efektif
tidak efektif
Apneu suplai O2 suplai O2
Ke paru dlm darah

Kerusakan otak G3 metabolisme


Resiko & perubahan asam basa
ketidakseimbangan

DJJ & TD Kematian bayi suhu tubuh Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi


Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilas i
Proses keluarga
Resiko cedera
terhenti Kerusakan
pertukaran gas
H. Proses Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
b. Eliminasi
c. Makanan/ cairan
d. Neurosensori
e. Pernafasan

f. Keamann

1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas ( kelemahan otot pernafasan
2. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus (maturitas)
3. infeksi b.d Ketidak adekuatan pertahanan tubuh
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya nafas ( kelemahan otot pernafasan)
Intervensi:
Observasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas (ronchi)
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
- Monitor status repirasi dan oksigenasi (kedalaman napas, gangguan otot bantu
napas , saturasi oksigen
Terapiutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan fowler
- Berikan oksigen 1 Lpm
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan/ suplai ASI yang cukup untuk pemenuhan nutrisi bayi
Kolaborasi dengan tenaga medis dan farmasi dalam pemberian obat ampisilina

2. Menyusui tidak efektif b.d hambatan pada neonatus (maturitas)


Observasi
- Monitor kemampuan ibu untuk menyusui
- Monitor kemampuan bayi menyusu
Terapiutik
- Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri untuk menyusui
- Dampingi ibu memposisikan bayi dengan benar untuk menyusu pertama kali
Edukasi
- Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu
- Ajarkan ibu mengeluarkam ASI untuk di olesi pada puting sebelum dan sesudah
menyusui, agar kelenturan puting tetap terjaga
- Ajarkan ibu mengarahkan mulut bayi dari arah bawah ke puting ibu
- Ajarkan posisi menyusui
- Ajarkan perlekatan yang benar

3. infeksi b.d Ketidak adekuatan pertahanan tubuh


Observasi
- Monitor TTV dan nilai laboratorium
- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapiutik
- Perhatikan prosedur pemberikan obat yang aman dan akurat
- Perhatikan jadwal pemberian pemberian
kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi
Kolaborasi dengan pemberian terapi obat Ampisilina 2x 150 mg Gentamicin 1
x 15 mg, D10% 10cc/jam
DAFTAR PUSTAKA

Drew, David. 2009. Asuhan Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebidanan.
Jakarta : EGC.Kristiyanasari,
weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika.Ma’rifah & Novelia. 2011.Hubungan Antara Berat Badan Lahir Bayi
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Sehat PPNI Mojokerto : Medika.
Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Byi dan Balita. Yogyakarta
Fitramaya.Nurarif & kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Romauli. 2011. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Saifudin. 2001. Buku Asuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryono. 2013. Metodiologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wahyuni. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik.
Jakarta : EGC.
Wikjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai