Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERDARAHAN POST PARTUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

Bayu Setiawan NIM :21102251 Mala Hidayati NIM : 21102275


Devi Galuh Pertiwi NIM :21102253 Moh.Nuril Arifin NIM : 21102277
Didin Nurdiana NIM :21102254 Muh Lukman Hakim NIM :21102280
Eni Irawati NIM :21102259 Ristin Setyana NIM : 21102285
Futimatul Mahmudah NIM :21102261 Satya Darmawan NIM : 21102286
Gunawan Priyo NIM :21102263 Sri Winarsih NIM : 21102290
Herawati Agoestina NIM :21102266 Syaiful Bahri NIM : 21102293

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


ALIH JENIS ANGKATAN 3
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021-2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendarahan Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang dari enam minggu
(saleha,2009). Berdasarkan kondisi diatas dapat dilihat bahwa pendarahan
post partum dapat terjadi karena stres, yakni merasa tidak sanggup menjalani
peran baru ditambah dengan lingkungan yang sama sekali tidak mendukung.
Tetapi dalam lingkup kehidupan di masyarakat mereka menyebutnya dengan
masa nifas dan masyarakat percaya setelah perdarahan post partum semuanya
akan berjalan dengan normal (tidak beresiko) sehingga tidak memerlukan
permeriksaan tambahan. Dalam keseharian masyarakat kebiasaan terdapat
larangan jenis makanan tertentu, contohnya biasanya dilarang mengosumsi
makanan yang berbau amis karena keperacayaan di masyarakat mengatakan
bahwa lukanya akan lama sembuh dan gatal bila memakan seperti itu,
dampak positifnya tidak ada dampak negatif merugikan karena masa post
partum (masa nifas) memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu
dan bayi sehat. adapun mitos yang beredar di masyarakat ibu saat masa nifas
dilarang tidur siang dampak negatif nya karena masa nifas harus cukup
istirahat, kurangi kerja yang berat. Karena tenaga yang tersedia sangat
bermanfaat untuk kesehatan ibu. Mitos yang lain nya yaitu ibu di masa nifas
tidak diperbolehkan berhubungan intim selama 40 hari. Sebenernya dari sisi
medis, senggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan,
Alasanya karena aktivitas yang satu ini akan menghambat proses
penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim
kembali kebentuk dan ukuran semula.Perdarahan Post partum merupakan
penyebab utama kematian ibu pasca persalinan. Semua wanita yang
melahirkan dengn usia kehamilan lebih dari 20 minggu beresiko untuk
mengalami perdarahan post partum dan gejala sisanya. Pada kasus Di dunia
ibu meninggal dunia dengan kasus perdarahan post partum sekitar 453 per
100.000 kelahiran. Kementrian Kesehatan RI menyebutkan, angka kematian
ibu di tahun 2017 tercatat di indonesia sekitar 305 per 100.000 kelahiran.
Artinya di Indonesia dari angka yang dilaplorkan saja ada 400.000 ibu
meninggal setiap bulannya dan 15 ibu meninggal setiap harinya .
(dr.sujianti,) pada awal tahun bulan februari 2017 ibu dengan diagnosa
perdarahan post partum meninggal dunia di tingkat jawa timur sekitar 8,3%
sedangkan di RS swasta (58 %) lebih tinggi sedikit di bandingkan di RS
pemerintah sekitar (56%). Untuk kasus kematian ibu meninggal dunia
dengan perdarahan postpartum di sidoarjo pada bulan Maret 2017 sekitar 250
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dan hasil di RSUD Bangil
kasus perdarahan post partum sebanyak 152 yang terjadi pada bulan januari
sampai desember tahun 2017(Rekam Medis RSUD Bangil,2017) dari angka
tersebut ibu meninggal dunia disebakan oleh perdarahan postpartum.
Disebut sebagai ibu dengan perdarahan post partum yaitu perdarahan lebih
dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Faktor terjadinya perdarahan post partum (Bahri,2006) yaitu Atonia uteri
ketika dilihat dari faktor umur,partus lama, dan partus terlantar, uterus terlalu
renggang dan besar, mioma uteri dan malnutrisi, sisa plasenta dan selaput
ketuban, jalan lahir seperti terjadinya robekan peritoneum,vagina serviks dan
rahim, adapun faktor lain yaitu penyakit darah seperti pre-eklamsi dan
eklamsi,hepatitis, dan kematian janin yang lama dalam kandungan. Kondisi
dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan karena
tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur.
Sehingga penentuan untuk peradrahan dilakukan setelah bayi lahir dan
penentuan untuk peradarahan dilihat dari perdarahan lebih normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda tanda vital (Bahri,2006). Setelah persalinan
kondisi ibu pucat, limbung, berkeringat dingin,
mengigil,pusing,gelisah,sistolik > 90 mmHg, Nadi > 100 x/menit, kadar HB
<8 g%. Ini karena kehilangan darah lebih dari normal dan dapat terjadi syok
hipovolemik, tekanan darah rendah,ekstremitas dingin,mual dan muntah
(Abdul Bahri). Dalam melakukan penanganan perdarahan pots partum secara
sistematis terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu terlaksana umum dan
tatalaksana khusus. Tatalaksana umum terdiri dari menilai sirkulasi jalan
nafas, dan pernapasan pasien, memanggil bantuan tim kesehatan lain misal
Dokter kandungan untuk melakukan tindakan selanjutnya,melakukan
pengambilan sempel darah, memeriksa bagian abdomen : kontraksi
uterus,nyeri tekan,memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat
perdarahan.
Dan Tatalaksana khusus seperti Retensio plasenta,retensio sisa plasenta atau
ketuban, reptur uteri (Errol,N.2008) .
Peran Perawat dalam pemberian Healt Education ke pada pasien dengan
diagnosa pendarahan post partum. Di usahakan atau diberitaukan kepada
pasien pada setelah melahirkan pasien meminum atau mengosumsi vitamin
seperti vitamin A, Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan
meningkatkan fungsi syaraf, Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan
meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh atau makanan yang bergizi
seperti Telur,hati ayam, keju, danging, kacang polong, kentang dan sayur
sayur an hijau yang beertujuan untuk memulihkan stamina dan daya tahan
tubuh. Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sedini mungkin setelah 40
hari (16 minggu post partum) adapun healt education ibu pendarahan post
partum yang ingin menyusui yaitu psikoterapi post natal sangat baik
diberikan. Anjurkan pasien menjaga kebersihan seluruh tubuh mulai dari
daerah kelamin dengan air dan sabun dengan PH rendah. Dari vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang kemudian ke anus. Mengganti pembalut
ssetidaknya 3 kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan kelamin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pendarahan Post partum (PPP) didefenisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam atau 100 ml atau lebih setelah seksio sesaria
(Lenovo,2009 dalam WHO,2012). Pendarahan post partum kala IV yang lebih
dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut
waktu terjadinya dibagi atas dua bagian. Pendarahan postpartum primer dan
pendarahan post patum sekunder (Amru sofian, 2010).

2.1.1 Etiologi
Kondisi dalam perasalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan
karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas
tidur. Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah bayi baru
lahir dan penentuan jumlah peradrahan dilihat dari pendarahan lebih dari
normal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital (Abdul
Bahri) pendarahan postpartum bisa disebabkan karena

2.1.1.1 Atonia Uteri


Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Pendarahan post partum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat serat miometrium terutama yang
berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
pelengketan plasenta (Wiknjosastro, 2011).

2.1.1.2 Leserasi Jalan Lahir


Pada umunya robekan jalan lahir terjadi pada persalinandengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan
memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin
persalinan pada saat pembukaan belum lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi robekan spontan perineum, trauma forsep atau
vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo,2010).

2.1.1.3 Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari pendarahan post
partum (20% - 30% kasus ). Kejadian ini harus di diagnosis secara dini
karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri untuk
diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan diagnosis upada
retensio plasenta,resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan
normal (Ramadhani,2011).

2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba,2009)

2.1.3.1. Peradarahan postpartum primer yaitu peradarahan postpartum yang


terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama peradrahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,sisa
plasenta,robekan jalan lahir dan inversion uteri.

2.1.3.2 Perdarahan postpartum sekunder yaitu peradarahan postpartum


yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Peradarahan postpartum
sekunder disebabkan oleh infeksi,penyusutan rahim yang tidak baik,atau
sisa plasenta yang tertinggal.

2.1.4. Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan kurang
dari 2 tahun,persalinan dengan tindakan : pertolongan dukung,tindakan
paksa,dengan narkosa,kelahiran sulit atau normal dari plasenta,penyakit
yang diderita (penyakit jantung,DM,dan kelainan pembekuan darah ) dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri,trauma genital
(perineum,vulva,vagina,servik,atau uterus). Retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus
tidak berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas
implementasi plasenta terbuka sehingga menyebabkan pendarahan. Pada
genetelia terjadi robekan atau luka episotomi, ruptur verikositis, inversi
uterus menyebabkan pendarahan. Pada retensio plasenta ditandai
denganplasenta belum lahir setelah 30 menit. Sisa plasenta ditandai
dengan palsenta atau selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan tidak baik dapat
menimbulkan komplikasi : dehidrasi,hivolemik, syok hipovolemik, anemia
berat,infeksi dan syok septik,sepsis purpuralis,emboli paru. Pada
kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra
uterin, reterdasi pertumbahan intra uteri dan dampak terkahir
menimbulkan kematian ( Maritalia D,2012).

2.1.5. Manifestasi Klinis


Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, berkeringat dingin,
mengigil,pusing,gelisah,hipernea, HB <8 g% karena kehilangan darah
lebih dari normal dan dapat terjadi syok hivopolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin,mual (Abdul Bahri, 2010).
2.1.5.1 Atonia uteri gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontrasi dan
lembek dan pendarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer). Gejala yang kadang-kadang timbul : syok (Tekanan darah rendah,
denyut nadi cepet dan kecil,ektremitas dingin,gelisah, mual, dan lain lain ).
2.1.5.2 Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada : pendarahan segera.
Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik,
plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat,lemah,menggigil.
2.1.5.3 Retensio plasenta gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir
setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang
kadang kadang timbul : Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
2.1.5.4 Tertinggalnya plasenta Gejala yang selalu ada : plasenta atau
sebagian slaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan
perdarahan segera. Gejala yang kadang kadang timbul : Uterus
berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

2.1.6 Tanda Dan Gejala


2.1.6.1 Tanda dan gejala pendarahan post partum dini :
1). Uterus tidak berkontraksi dan lembek,perdarahan segera setelah anak
lahir disertai dengan penyulit seperti syok,bekuan darah pada serviks atau
posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar ( atonia uteri).
2). Darah segar yang mengalir sefera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi
dan keras, plasenta lengkap. Hal ini disertai dengan penyulit seperti
pucat,lemah,dan menggigil (robekan jalan lahir).
3). Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera uterus
berkontraksi dan keras. Ditemukan penyulit seperti tali pusat putus akibat
retraksi yang berlebihan,inversio uteri akibat tarikan dan terjadi
perdarahan lanjutan.
4). Plasenta atau sebagian selaput (mengadung pembuluh darah) tidak
lengkap. Terjadi perdarahan segera disertai dengan penyulit seperti uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

2.1.6.2 Tanda dan gejala perdarahan postpartum lambat/sekunder:


1). Perdarahan yang bersifat merembes dan berlangsung lama serta
mengakibatkan kehilangan darah yang banyak.
2). Kadang –kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi
menumpuk di vagina dan didalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui
karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar.
3). Sub-involusio uterus
4). Nyeri tekan perut bawah dan pada bagian uterus
5). Lokhia mokpuruluen dan berbau ( bila disertai infeksi).
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Resusitasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga
dapat memberi waktu untuk menegakan diagnosis dan menangani
penyebab perdarahan. Perlu dilakukan pemberian oksugen dan akses
intravena. Selama persalinan perlu dipasang paling 1 jalur intravena pada
wanita dengan resiko peradrahan postpartum dan dipertimbangkan jalur ke
dua pada pasien dengan resiko sangat tinggi. Berikan resusitasi dengan
cairan kristolid dalam volume yang besar baik normal salin ( NS/NaCl)
atau cairan Ringger Laktat melalui akses intravena perifer. NS merupakan
cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan
kompatibilitasinya dengan sebagian obat dan trafusi darah. Resiko
terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan
perdarahan postpartum. Bila dibutuhkan cairan kristolid dalam jumlah
banyak (>10L) dapat dipertimbangkan penggunaan cairan ringger laktat.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran
pada penaganan peradarahan postpartum. Perlu di ingat bahwa kehilangan
1L darah perlu pergantian 4-5 L kristaloid karena sebagian besar cairan
infus tidak bertahan di ruang intravasculer, tetapi terjadi pergeseran
keruang interstisial. Pergrseran ini bersamaan dengan pengunaan
oksitosin, dapat partum. Ginjal normal dengan mudah mengeksresi
kelebihan cairan. Dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid jika
penyebab perdarahan dapat ditangani. Kehilangan darah yang banyak,
biasanya membutuhkan penambahan tranfusi sel darah merah. Cairan
koloid dalam jumlah besar (1.000-1.500 Ml/hari ) dapat menyebabkan
efek yang buruk pada hemotosis. Tidak ada cairan koloid yang terbukti
lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko terjadinya efek
yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan kristoloid
tetap direkomendasikan.

2.1.7.2 Tranfusi Darah


Tranfusi darah perlu diberikan bila peradarahan masih terus berlanjut dan
diperkirakan akan melibihi 2.000 mL atau keadaan klinis pasien
menunjukan tanda tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat
indikasi. Para klinis harus memperhatikan darah trafusi, berkaitan dengan
waktu, tipe dan jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat.
Tujuan tranfusi adalah memasukan 2-4 unit PRC untuk mengantikan
pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume
sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang d dapat diatasi dengan
menambahkan 100mL NS pada masing masing unit. Jangan menggunakan
cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya
dapat menyebabkan penyumbatan.

2.1.8 Pencegahan
Mencegah atau sekurang kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang
di sangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan waktu brsalin,namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
presposisi atau riwayat pendarahan postpartum sangat di anjurkan untuk
bersalin di Rumah sakit. Dirumahsakit diperuksa keadaan fisik,keadaan
umum,kadar Hb,golongan darah,dan bila mungkin tersedia donor darah.
Sambil mengawasi persalinan,dipersiapkan keperluan untuk infus dan
obat-obatan. Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka
vulva,infus dipasang, dan sewaktu bayi lahir diberikan ampul mathergin
atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintosinon intravena)
(Alden.K.R.2004).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses perawatan,


untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang masalah-masalah
klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap
ini terbagi atas:

2.2.1.1 Pengumpulan data


1) Identitas
Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan
Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin taunya umur resiko terjadinya
per-eklamsi berat sangat berat
Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses kesebuhannya Alamat : Untuk
mengentahui alamat rumahnya
Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga
mempermudah dalam pemberian pendidikan kesehatan
Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan peengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan.
2).KeluhanUtama
Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan
Kesulitan bernafas, pusing, brkunang- kunang.
3). Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan
pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan dengn
tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.
4). Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat penyakit
yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan
muntah.
5). Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita penyakit
tertentu yang dapat memperberat / menimbulkan komplikasi pada ibu hamil
misalnya : penyakit hipertensi.Perilaku yang memperngaruhi kesehatan :
Cemas dan ketakutan.
6). Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas dan ketakutan.

2.2.1.2 Pemeriksaan fisik :


1). B1 Pernafasan :
(1) Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan
(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)
(3) Perkursi: Resonan (dug dug dug)
(4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2). B2 Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama


proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur
melahirkan,wajah pucat (Anemia).
(1) Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2 tunggal (2)Palpasi : CRT < 3 detik
Nadi lemah( bradikardi)
3) B3 Persyarafan : GCS : 4,4,6

(1) Tingkat kesadaran : Delnium (Gelisah)


(2) Respon Mata (spontan), Verbal ( Bingung),
(3) Motorik (mengikuti perintah).
4). B4 Perkemihan :

(1) Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam
keadaan tidak terpasang kateter.
5). B5 Pencernaan :
(1) Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi
(2) Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark
(3) Auskultasi : Bising usus
(4) Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah 6). B6 Musculoskletal dan
integumen :
(1)Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/ pembekakan.
(2)Palpasi : Adanya nyeri tekan.

7). B7 Pengindraan
(1) Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah muda),
ketajaman penglihatan (normal).
(2) Hidung (Normal), Sekret (-)
(3) Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).

8). B8 Endokrin
(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran
kelenjar parotis
(2) Inspeksi : pasien banyak berkeringat.

2.2.2 Analisa Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan di analisa untuk
menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokannya dibagi menjadi
dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah
keperawatan yang timbul.

2.2.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah masalah keperawatan yang muncul dalam diri
pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien perdarahan post partum
dengan indikasi syok hipovolemik.

2.2.3.1 Nyeri Akut b/d Perdarahan


2.2.3.2 Ansietas b/d perubahan dalam fungsi peran
2.2.3.3 Resiko infeksi b/d perdarahan
2.2.3.4 Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
2.2.4 Intervensi
2.2.4.1 Nyeri Akut b/d perdarahan.
Tabel 2.1 Intervensi data keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Persalinan normal dengan indikasi pendarahan post partum.

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan -Bina hubungan Saling - Agar pasien


keperawatan selama 1x24 jam percaya antara perawat Kooperatif dalam
pasien diharapkan Rasa nyeri pada dan pasien. tindakan
pasien berkurang. - Kaji tipe dan -Untuk mengetahui
Kriteria Hasil : sumber nyeri untuk berapa berat nyeri yang
menentukan intervensi di alami pasien.
-Kognitif : Pasien menunjukan -kaji tanda tanda vital
pemahaman tentang penyebab -Kolaborasikan dengan -untuk mengetahui
Nyeri. dokter jika ada keluhan keadaan umum pasien
-Afektif : Pasien mampu dan tindakan nyeri
mendemostrasikan kembali apa itu yang berlebihan.
faktor nyeri dan penyebab nyeri. - Observasi TTV
-Psikomotor:
Ajarkan kepada pasien bagaimana
mengepresikan nyeri dengan
bantuan skala 1-10.
-Perubahan Fungsi:
Tidak ada tanda tanda nyeri

2.2.4.2 Ansietas b/d Perubahan dalam fungsi peran

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan -Menciptakan - Agar pasien


selama 1x24 jam diharapkan cemas hubungan baik antara Kooperatif dalam
pada pasien sedikit berkurang. pasien dan perawat. tindakan
Kriteria Hasil : -Dorong keluarga untuk -Untuk memberika
-Kognitif : tinggal dengan Suasana yang aman
Pasien menunjukan pemahaman
tentang penyebab cemas ataupasien agar dan nyaman bagi
ketakutan. meningkatkan pasien yang sedang
-Afektif : keselamatan dan mengalami
Pasien mampu mendemostrasikan mengurangi rasa kecemasan
kembali teknik bagaimana caratakut.
mengatasi cemas /ketakutan. -Ajarkan pasien -untuk memberika
-Psikomotor : Tentang teknik rasa nyaman dan
Ajarkan pasien bagaimana caraRelaksasi dan relax pada pasien
menghadapi/mengatasi krtika Kolaborasi pada
kecemasan itu datang. Dokter.
-Perubahan fungsi:
Rasa takut dan cemas sedikit -observasi TTV -untuk mengetahui
berkurang. keadaan umum pasien
2.2.4.3. Resiko infeksi b/d Perdarahan

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan tindakan -Menciptakan hubungan - Agar pasien Kooperatif


perawatan selama 1x24 jam baik antara pasien dan dalam
diharapkan infeksi pada pasien perawat. tindakan
benar benar teratasi. -Jelaskan pada pasien -Untuk memberikan
Kriteria Hasil : tentang resiko infeksi, Pengetahuan kepada
memberikan informasi pasien dan keluarga
Kognitif : Pasien mampu faktual tentang resiko tentang Resiko infeksi
manunjukan tentang mengetahui infeksi.
gejala awal terjadinya infeksi. -Berikan cairan IV, -salah satu tindakan
-Afektif : pemberian antibiotik pengobatan dan
pasien mampu untuk mencegah pencegahan terjadinya
mendemostrasikan, kembali timbulnya infeksi. resiko infeksi.
bagaimana cara mengetahui awal
terjadi infeksi.
-Psikomotor :
Ajarkanpasien bagaimana
mengatasi jika terjadi infeksi. -Observasi TTV -untuk mengetahui
-Perubahan Fungsi : keadaan umum pasien
Tidak ada tanda tanda infeksi.

2.2.4.4 Resiko syok hipovolemik b/d Perdarahan

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan -Menciptakan hubungan - Agar pasien


selama 1x24 jam diharapkan syok baik antara pasien dan Kooperatif dalam
yang dialami pasien perawat. tindakan
-Jelaskan pada pasien
teratasi. tentang resiko syok -Untuk memberikan
Kriteria Hasil : Hipovolemik. Pengetahuan kepada

-Kognitif : Pasien mampu - Berikan cairan IV pasien dan keluarga

menunjukan pemahaman atau oral yang tepat tentang Resiko syok

tentang penyebab syok. sesuai resep dokter. Hipovolemik

-Afektif : Pasien mampu -Monitor TTV -salah satu tindakan

mendemostrasikan kembali pengobatan dan

bagaiman caranya mengatasi pencegahan terjadinya

syok. resiko syok

-Psikomotor : ajarkan pasien hipovolemik.

atau keluarga bagaimana cara -Untuk mengentahui

mengatasi syok. keadaan umum pasien.

-Perubahan Fungsi :

Cemas,syok/ketakutan yang di

alami pasien sedikit berkurang.

2.2.5 Pelaksanaan
Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk menangani yang sifatnya
mendesak. Terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan
pengobatan atau instruksi medis dan tindakan terencana.

2.2.6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan keperawatan dengan melihat respon
pasien,mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menentukan
sejauh mana tujuan telahtercapai

Anda mungkin juga menyukai