Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.

X DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM

Oleh

Ronal Eko P. Sinambela 220204167


Lelly Eridawati Nababan 220204185
Nensy Maranata Sinaga 220204183
Rut Sahanaya Nadeak 220204187
Theo Frsika D Siahaan 220204186
Yenita Kuma Sagala 220204165

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendarahan Post partum adalah masa sesudah persalinan dan

kelahiran bayi plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang dari

enam minggu (saleha,2009). Berdasarkan kondisi diatas dapat dilihat

bahwa pendarahan post partum dapat terjadi karena stres, yakni merasa

tidak sanggup menjalani peran baru ditambah dengan lingkungan yang

sama sekali tidak mendukung. Tetapi dalam lingkup kehidupan di

masyarakat mereka menyebutnya dengan masa nifas dan masyarakat

percaya setelah perdarahan post partum semuanya akan berjalan dengan

normal (tidak beresiko) sehingga tidak memerlukan permeriksaan

tambahan. Dalam keseharian masyarakat kebiasaan terdapat larangan

jenis makanan tertentu, contohnya biasanya dilarang mengosumsi

makanan yang berbau amis karena keperacayaan di masyarakat

mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh dan gatal bila memakan

seperti itu, dampak positifnya tidak ada dampak negatif merugikan karena

masa post partum (masa nifas) memerlukan makanan yang bergizi

seimbang agar ibu dan bayi sehat. adapun mitos yang beredar di

masyarakat ibu saat masa nifas dilarang tidur siang dampak negatif nya

karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja yang berat. Karena

tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu. Mitos yang

lain nya yaitu ibu di masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
selama 40 hari. Sebenernya dari sisi medis, senggama memang dilarang

selama 40 hari pertama usai melahirkan, Alasanya karena aktivitas yang

satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun

involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali kebentuk dan ukuran

semula.
Perdarahan Post partum merupakan penyebab utama kematian ibu

pasca persalinan. Semua wanita yang melahirkan dengn usia kehamilan

lebih dari 20 minggu beresiko untuk mengalami perdarahan post partum

dan gejala sisanya. Pada kasus Di dunia ibu meninggal dunia dengan kasus

perdarahan post partum sekitar 453 per 100.000 kelahiran. Kementrian

Kesehatan RI menyebutkan, angka kematian ibu di tahun 2017 tercatat di

indonesia sekitar 305 per 100.000 kelahiran. Artinya di Indonesia dari

angka yang dilaplorkan saja ada 400.000 ibu meninggal setiap bulannya

dan 15 ibu meninggal setiap harinya . (dr.sujianti,) pada awal tahun bulan

februari 2017 ibu dengan diagnosa perdarahan post partum meninggal

dunia di tingkat jawa timur sekitar 8,3% sedangkan di RS swasta (58 %)

lebih tinggi sedikit di bandingkan di RS pemerintah sekitar (56%). Untuk

kasus kematian ibu meninggal dunia dengan perdarahan postpartum di

sidoarjo pada bulan Maret 2017 sekitar 250 wanita tiap 100.000

kelahiran hidup dan 43% dan hasil di RSUD Bangil kasus perdarahan post

partum sebanyak 152 yang terjadi pada bulan januari sampai desember

tahun 2017(Rekam Medis RSUD Bangil,2017) dari angka tersebut ibu

meninggal dunia disebakan oleh perdarahan postpartum.


Disebut sebagai ibu dengan perdarahan post partum yaitu

perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. Faktor terjadinya perdarahan post partum (Bahri,2006) yaitu

Atonia uteri ketika dilihat dari faktor umur,partus lama, dan partus

terlantar, uterus terlalu renggang dan besar, mioma uteri dan malnutrisi,

sisa plasenta dan selaput ketuban, jalan lahir seperti terjadinya robekan

peritoneum,vagina serviks dan rahim, adapun faktor lain yaitu penyakit

darah seperti pre-eklamsi dan eklamsi,hepatitis, dan kematian janin yang

lama dalam kandungan. Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan

jumlah perdarahan karena tercampur dengan air ketuban dan serapan

pakaian atau kain alas tidur. Sehingga penentuan untuk peradrahan

dilakukan setelah bayi lahir dan penentuan untuk peradarahan dilihat dari

perdarahan lebih normal yang telah menyebabkan perubahan tanda tanda

vital (Bahri,2006). Setelah persalinan kondisi ibu

pucat,limbung,berkeringat dingin,mengigil,pusing,gelisah,sistolik > 90

mmHg, Nadi > 100 x/menit, kadar HB <8 g%. Ini karena kehilangan darah

lebih dari normal dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah

rendah,ekstremitas dingin,mual dan muntah (Abdul Bahri). Dalam

melakukan penanganan perdarahan pots partum secara sistematis terdapat

dua tingkat penatalaksanaan yaitu terlaksana umum dan tatalaksana

khusus. Tatalaksana umum terdiri dari menilai sirkulasi jalan nafas, dan

pernapasan pasien, memanggil bantuan tim kesehatan lain misal Dokter

kandungan untuk melakukan tindakan selanjutnya,melakukan pengambilan

sempel darah, memeriksa bagian abdomen : kontraksi uterus,nyeri

tekan,memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan.


Dan Tatalaksana khusus seperti Retensio plasenta,retensio sisa plasenta

atau ketuban, reptur uteri (Errol,N.2008) .

Peran Perawat dalam pemberian Healt Education ke pada pasien

dengan diagnosa pendarahan post partum. Di usahakan atau diberitaukan

kepada pasien pada setelah melahirkan pasien meminum atau mengosumsi

vitamin seperti vitamin A, Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan

meningkatkan fungsi syaraf, Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan

meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh atau makanan yang bergizi seperti

Telur,hati ayam, keju, danging, kacang polong, kentang dan sayur sayur an

hijau yang beertujuan untuk memulihkan stamina dan daya tahan tubuh.

Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sedini mungkin setelah 40 hari (16

minggu post partum) adapun healt education ibu pendarahan post partum yang

ingin menyusui yaitu psikoterapi post natal sangat baik diberikan. Anjurkan

pasien menjaga kebersihan seluruh tubuh mulai dari daerah kelamin dengan air

dan sabun dengan PH rendah. Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke

belakang kemudian ke anus. Mengganti pembalut ssetidaknya 3 kali sehari,

mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatan Perdarahan Post partum dengan membuat rumusan masalah

sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnose Perdarahan Post partum di Ruang Nifas RSUD Bangil ?


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengindentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD.Bangil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengkaji pasien dengan diagnose perdarahan post partum di ruang Nifas

RSUD.Bangil.

1.3.2.2. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD.Bangil.

1.3.2.3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien ibu dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD.Bangil

1.3.2.4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD.Bangil

1.3.2.5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD.Bangil

1.3.2.6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan diagnose

pendarahan post partum di ruang Nifas RSUD. Bangil

1.4. Manfaat
Terkait dengan tujuan,maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat:

1.4.1 Akademis,hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien ibu

hamil pasca melahirkan dengan diagnose pendarahan post partum.


1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
Bagi pelayanan keperawatan dirumah sakit. Hasil studi kampus ini,dapat

menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar dapat melakukan asuhan

keperawatan pada pasien ibu hamil pasca melahirkan denagan diagnosa

pendarahan post partum dengan baik.


1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya,yang akan melakukan studi kampus pada asuhan keperawatan

pada pasien ibu hamil pasca melahirkan dengan pendarahan post partum.
1.4.4 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien ibu

hamil pasca melahirkan dengan pendarhan post partum.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis


2.1.1 Pengertian
Pendarahan Post partum (PPP) didefenisikan sebagai kehilnagan

500 ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 100 ml atau

lebih setelah seksio sesaria (Lenovo,2009 dalam WHO,2012).

Pendarahan post partum kala IV yang lebih dari 500-600 ml dalam masa

24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi

atas dua bagian. Pendarahan postpartum primer dan pendarahan post

patum sekunder (Amru sofian, 2010).

2.1.2 Etiologi

Kondisi dalam perasalinan sangat sulit menentukan jumlah

perdarahan karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau

kain alas tidur. Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah

bayi baru lahir dan penentuan jumlah peradrahan dilihat dari pendarahan

lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital

(Abdul Bahri) pendarahan postpartum bisa disebabkan karena :

2.1.2.1 Atonia Uteri

Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya

miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Pendarahan post

partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat serat miometrium

terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah

pada tempat pelengketan plasenta (Wiknjosastro, 2011).


2.1.2.2 Leserasi Jalan Lahir

Pada umunya robekan jalan lahir terjadi pada persalinandengan

trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik

akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan

memimpin persalinan pada saat pembukaan belum lengkap. Robekan jalan

lahir biasanya akibat episiotomi robekan spontan perineum, trauma forsep

atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo,2010).

2.1.2.3 Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi

waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta

belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum

dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari

pendarahan post partum (20% - 30% kasus ). Kejadian ini harus di

diagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan

atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan

diagnosis upada retensio plasenta,resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat

pada persalinan normal (Ramadhani,2011).

2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba,2009)

2.1.3.1. Peradarahan postpartum primer yaitu peradarahan

postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.

Penyebab utama peradrahan postpartum primer adalah

atonia uteri, retensio plasenta,sisa plasenta,robekan jalan

lahir dan inversion uteri.


2.1.3.2 Perdarahan postpartum sekunder yaitu peradarahan

postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran.


Peradarahan postpartum sekunder disebabkan oleh

infeksi,penyusutan rahim yang tidak baik,atau sisa plasenta

yang tertinggal.

2.1.4. Patofisiologi

Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan

kurang dari 2 tahun,persalinan dengan tindakan : pertolongan

dukung,tindakan paksa,dengan narkosa,kelahiran sulit atau normal

dari plasenta,penyakit yang diderita (penyakit jantung,DM,dan

kelainan pembekuan darah ) dapat menyebabkan terjadinya atonia

uteri,trauma genital (perineum,vulva,vagina,servik,atau uterus).

Retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia

uterus ditandai dengan uterus tidak berkontraksi dan lembek

menyebabkan pembuluh darah pada bekas implementasi plasenta

terbuka sehingga menyebabkan pendarahan. Pada genetelia terjadi

robekan atau luka episotomi, ruptur verikositis, inversi uterus

menyebabkan pendarahan. Pada retensio plasenta ditandai dengan

plasenta belum lahir setelah 30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan

palsenta atau selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap

dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan tidak baik dapat

menimbulkan komplikasi : dehidrasi,hivolemik, syok hipovolemik,

anemia berat,infeksi dan syok septik,sepsis purpuralis,emboli paru.

Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia

intra uterin, reterdasi pertumbahan intra uteri dan dampak terkahir

menimbulkan kematian ( Maritalia D,2012).

2.1.5. Manifestasi Klinis


Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, berkeringat

dingin, mengigil,pusing,gelisah,hipernea, HB <8 g% karena kehilangan


darah lebih dari normal dan dapat terjadi syok hivopolemik, tekanan

darah rendah, ekstremitas dingin,mual (Abdul Bahri, 2010).

2.1.5.1 Atonia uteri gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontrasi

dan lembek dan pendarahan segera setelah anak lahir (perarahan

postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul : syok

(Tekanan darah rendah, denyut nadi cepet dan kecil,ektremitas

dingin,gelisah, mual, dan lain lain ).

2.1.5.2 Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada : pendarahan

segera. Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus

baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul :

pucat,lemah,menggigil.

2.1.5.3 Retensio plasenta gejala yang selalu ada : plasenta belum

lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala

yang kadang kadang timbul : Tali pusat putus akibat kontraksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

2.1.5.4 Tertinggalnya plasenta Gejala yang selalu ada : plasenta

atau sebagian slaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan

perdarahan segera. Gejala yang kadang kadang timbul : Uterus

berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

2.1.6 Tanda Dan Gejala


2.1.6.1 Tanda dan gejala pendarahan post partum dini :
1). Uterus tidak berkontraksi dan lembek,perdarahan segera

setelah anak lahir disertai dengan penyulit seperti syok,bekuan

darah pada serviks atau posisi terlentang akan menghambat

aliran darah keluar ( atonia uteri).

2). Darah segar yang mengalir sefera setelah bayi lahir, uterus

berkontraksi dan keras, plasenta lengkap. Hal ini disertai dengan


penyulit seperti pucat,lemah,dan menggigil (robekan jalan lahir).

3). Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera

uterus berkontraksi dan keras. Ditemukan penyulit seperti tali

pusat putus akibat retraksi yang berlebihan,inversio uteri akibat

tarikan dan terjadi perdarahan lanjutan.

4). Plasenta atau sebagian selaput (mengadung pembuluh darah)

tidak lengkap. Terjadi perdarahan segera disertai dengan

penyulit seperti uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak

berkurang.

2.1.6.2 Tanda dan gejala perdarahan postpartum lambat/sekunder:

1). Perdarahan yang bersifat merembes dan berlangsung lama

serta mengakibatkan kehilangan darah yang banyak.

2). Kadang –kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari

vagina, tetapi menumpuk di vagina dan didalam uterus. Keadaan

ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri

setelah uri keluar.

3). Sub-involusio uterus

4). Nyeri tekan perut bawah dan pada bagian uterus

5). Lokhia mokpuruluen dan berbau ( bila disertai infeksi).


2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Resusitasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik

vena sehingga dapat memberi waktu untuk menegakan diagnosis

dan menangani penyebab perdarahan. Perlu dilakukan pemberian

oksugen dan akses intravena. Selama persalinan perlu dipasang

paling 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko peradrahan


postpartum dan dipertimbangkan jalur ke dua pada pasien dengan

resiko sangat tinggi. Berikan resusitasi dengan cairan kristolid

dalam volume yang besar baik normal salin ( NS/NaCl) atau cairan

Ringger Laktat melalui akses intravena perifer. NS merupakan

cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan

dan kompatibilitasinya dengan sebagian obat dan trafusi darah.

Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam

hubungan dengan perdarahan postpartum. Bila dibutuhkan cairan

kristolid dalam jumlah banyak (>10L) dapat dipertimbangkan

penggunaan cairan ringger laktat. Cairan yang mengandung

dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran pada penaganan

peradarahan postpartum. Perlu di ingat bahwa kehilangan 1L darah

perlu pergantian 4-5 L kristaloid karena sebagian besar cairan infus

tidak bertahan di ruang intravasculer, tetapi terjadi pergeseran

keruang interstisial. Pergrseran ini bersamaan dengan pengunaan

oksitosin, dapat partum. Ginjal normal dengan mudah mengeksresi

kelebihan cairan. Dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid

jika penyebab perdarahan dapat ditangani. Kehilangan darah yang

banyak, biasanya membutuhkan penambahan tranfusi sel darah

merah. Cairan koloid dalam jumlah besar (1.000-1.500 Ml/hari )

dapat menyebabkan efek yang buruk pada hemotosis. Tidak ada

cairan koloid yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena

harga serta resiko terjadinya efek yang tidak diharapkan pada

pemberian koloid, maka cairan kristoloid tetap direkomendasikan.

2.1.7.2 Tranfusi Darah

Tranfusi darah perlu diberikan bila peradarahan masih terus

berlanjut dan diperkirakan akan melibihi 2.000 mL atau keadaan

klinis pasien menunjukan tanda tanda syok walaupun telah


dilakukan resusitasi cepat. PRC digunakan dengan komponen

darah lain dan diberikan jika terdapat indikasi. Para klinis harus

memperhatikan darah trafusi, berkaitan dengan waktu, tipe dan

jumlah produk darah yang tersedia dalam keadaan gawat. Tujuan

tranfusi adalah memasukan 2-4 unit PRC untuk mengantikan

pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume

sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang d dapat diatasi dengan

menambahkan 100mL NS pada masing masing unit. Jangan

menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium

yang dikandungnya dapat menyebabkan penyumbatan.

2.1.8 Pencegahan
Mencegah atau sekurang kurangnya bersiap siaga pada

kasus kasus yang di sangka akan terjadi perdarahan adalah penting.

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan waktu brsalin,namun

sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care

yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai presposisi atau riwayat

pendarahan postpartum sangat di anjurkan untuk bersalin di Rumah

sakit. Dirumahsakit diperuksa keadaan fisik,keadaan umum,kadar

Hb,golongan darah,dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil

mengawasi persalinan,dipersiapkan keperluan untuk infus dan

obat-obatan. Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka

vulva,infus dipasang, dan sewaktu bayi lahir diberikan ampul

mathergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintosinon

intravena) (Alden.K.R.2004).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses

perawatan, untuk itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang

masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada

tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

2.2.1.1 Pengumpulan data

1) Identitas

Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan

Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin taunya umur resiko

terjadinya per-eklamsi berat sangat berat

Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses kesebuhannya

Alamat : Untuk mengentahui alamat rumahnya

Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga

mempermudah dalam pemberian pendidikan kesehatan


Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan peengaruh pekerjaan

terhadap permasalahan kesehatan.

2).KeluhanUtama

Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin,

kesulitan Kesulitan bernafas, pusing, brkunang- kunang.

3). Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan

pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan dengn

tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.

4). Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat penyakit

yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan

muntah.

5). Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita penyakit

tertentu yang dapat memperberat / menimbulkan komplikasi pada ibu hamil

misalnya : penyakit hipertensi.Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas

dan ketakutan.

6). Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas dan ketakutan.

2.2.1.2 Pemeriksaan fisik :

1). B1 Pernafasan :

(1) Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan

(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)

(3) Perkursi: Resonan (dug dug dug)


(4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2). B2 Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama

proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur

melahirkan,wajah pucat (Anemia).

(1) Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2

tunggal (2)Palpasi : CRT < 3 detik Nadi lemah(

bradikardi)

3) B3 Persyarafan : GCS : 4,4,6

(1) Tingkat kesadaran : Delnium (Gelisah)

(2) Respon Mata (spontan), Verbal ( Bingung),

(3) Motorik (mengikuti perintah).

4). B4 Perkemihan :

(1) Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam

keadaan tidak terpasang kateter.

5). B5 Pencernaan :

(1) Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi

(2) Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark

(3) Auskultasi : Bising usus

(4) Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah

6). B6 Musculoskletal dan integumen :


(1) Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/ pembekakan.

(2) Palpasi : Adanya nyeri tekan.

7). B7 Pengindraan

(1) Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah muda),

ketajaman penglihatan (normal).

(2) Hidung (Normal), Sekret (-)

(3) Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).

8). B8 Endokrin

(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran

kelenjar parotis

(2) Inspeksi : pasien banyak berkeringat.

2.2.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan di analisa

untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokannya dibagi

menjadi dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah

keperawatan yang timbul.

2.2.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah masalah keperawatan yang muncul dalam diri

pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien perdarahan post partum

dengan indikasi syok hipovolemik.

2.2.3.1 Nyeri Akut b/d Perdarahan


1) Ansietas b/d perubahan dalam fungsi peran
2) Resiko infeksi b/d perdarahan
3) Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan

2.2.4 Intervensi

2.2.4.1 Nyeri Akut b/d perdarahan.

Tabel 2.1 Intervensi data keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Persalinan normal dengan indikasi pendarahan post partum.

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan -Bina hubungan - Agar pasien


Saling percaya antara Kooperatif dalam
keperawatan selama 1x24 jam
perawat dan pasien. tindakan
pasien diharapkan Rasa nyeri pada
- Kaji tipe dan -Untuk mengetahui
pasien berkurang. sumber nyeri untuk berapa berat nyeri

menentukan yang di alami pasien.


Kriteria Hasil :
intervensi
-Kognitif : Pasien menunjukan
-kaji tanda tanda vital -untuk mengetahui
pemahaman tentang penyebab
-Kolaborasikan keadaan umum pasien
Nyeri.
dengan dokter jika
-Afektif : Pasien mampu
ada keluhan dan
mendemostrasikan kembali apa itu
tindakan nyeri yang
faktor nyeri dan penyebab nyeri.
berlebihan.
-Psikomotor:
- Observasi TTV
Ajarkan kepada pasien bagaimana
mengepresikan nyeri dengan
bantuan skala 1-10.
-Perubahan Fungsi:
Tidak ada tanda tanda nyeri

2.2.4.2 Ansietas b/d Perubahan dalam fungsi peran

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan -Menciptakan - Agar pasien


selama 1x24 jam diharapkan cemas hubungan baik antara Kooperatif dalam
pada pasien sedikit berkurang. pasien dan perawat. tindakan
Kriteria Hasil :
-Dorong keluarga -Untuk memberika
-Kognitif :
Pasien menunjukan pemahaman untuk tinggal dengan Suasana yang aman
tentang penyebab cemas atau pasien agar dan nyaman bagi
ketakutan. meningkatkan pasien yang sedang
-Afektif :
keselamatan dan mengalami
Pasien mampu mendemostrasikan
mengurangi rasa kecemasan
kembali teknik bagaimana cara
takut.
mengatasi cemas /ketakutan.
-Ajarkan pasien -untuk memberika
-Psikomotor :
Tentang teknik rasa nyaman dan
Ajarkan pasien bagaimana cara
Relaksasi dan relax pada pasien
menghadapi/mengatasi krtika
Kolaborasi pada
kecemasan itu datang.
Dokter.
-Perubahan fungsi:
Rasa takut dan cemas sedikit
-observasi TTV -untuk mengetahui
berkurang.
keadaan umum pasien
2.2.4.3. Resiko infeksi b/d Perdarahan

Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan tindakan -Menciptakan - Agar pasien


hubungan baik antara Kooperatif dalam
perawatan selama 1x24 jam
pasien dan perawat. tindakan
diharapkan infeksi pada pasien
-Jelaskan pada pasien -Untuk memberikan
benar benar teratasi. tentang resiko infeksi, Pengetahuan kepada
memberikan informasi pasien dan keluarga
Kriteria Hasil :
faktual tentang resiko tentang Resiko infeksi
Kognitif : Pasien mampu
infeksi.
manunjukan tentang mengetahui -Berikan cairan IV, -salah satu tindakan
pemberian antibiotik pengobatan dan
gejala awal terjadinya infeksi.
untuk mencegah pencegahan terjadinya
-Afektif :
timbulnya infeksi. resiko infeksi.
pasien mampu
mendemostrasikan, kembali
bagaimana cara mengetahui awal
terjadi infeksi.
-Observasi TTV -untuk mengetahui
-Psikomotor :
keadaan umum pasien
Ajarkanpasien bagaimana
mengatasi jika terjadi infeksi.
-Perubahan Fungsi :
Tidak ada tanda tanda infeksi.

2.2.4.4 Resiko syok hipovolemik b/d Perdarahan

Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah mendapatkan perawatan -Menciptakan - Agar pasien


hubungan baik antara
selama 1x24 jam diharapkan Kooperatif dalam
pasien dan perawat.
syok yang dialami pasien -Jelaskan pada pasien tindakan
teratasi. tentang resiko syok -Untuk memberikan

Kriteria Hasil : Hipovolemik. Pengetahuan kepada

-Kognitif : Pasien mampu - Berikan cairan IV pasien dan keluarga

menunjukan pemahaman atau oral yang tepat tentang Resiko syok

tentang penyebab syok. sesuai resep dokter. Hipovolemik

-Afektif : Pasien mampu -Monitor TTV -salah satu tindakan

mendemostrasikan kembali pengobatan dan

bagaiman caranya mengatasi pencegahan terjadinya

syok. resiko syok

-Psikomotor : ajarkan pasien hipovolemik.

atau keluarga bagaimana cara -Untuk mengentahui

mengatasi syok. keadaan umum pasien.

-Perubahan Fungsi :

Cemas,syok/ketakutan yang di

alami pasien sedikit berkurang.

2.2.5 Pelaksanaan

Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk

menangani yang sifatnya mendesak. Terdiri dari tindakan-tindakan

otomatis seperti melaksanakan tindakan pengobatan atau instruksi

medis dan tindakan terencana.


2.2.6. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah memberikan tindakan keperawatan dengan

melihat respon pasien,mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini

merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah

tercapai.

2.3 Kerangka Masalah

Gambar 2.1 Pthatway

Post partum Kehadiran Anggota Ansietas


Baru

Involusi Uterus
Ketidak pengetahuan
perawat diri

Kontraksi Uterus
lambat
Kehadiran anggota
keluarga baru
(Bayi)
Volume cairan turun

Perdarahan Nyeri Resiko Infeksi

Kelemahan Umum Resiko Syok


Anemia, HB Turun Penurunan Nadi Hipovolemik
dan Tekanan darah
BAB III

PENUTUP

Simpulan
Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

Ny. N dengan diagnosis medis G I P 1 Pendarahan post partum hari ke 1-

4 di ruang Nifas RSUD.Bangil Pasuruan, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

Pengkajian sangat penting pada pasien post SC yang perlu

diperhatikan saat pengkajian adalah nyeri pada daerah perineum agar

tidak bertambah. Pada pasien dengan persalinan normal semasa nifas

masih mengalami pendarahan hebat yang perlu diperhatikan saat

pengkajian adalah pada berapa banyak darah yang dikeluarkan setiap

harinya.

Pada pasien dengan pendarahan post partum akan mengalami

beberapa masalah psikologi masalah keperawatan yang ditemukan pada

tinjauan adalah nyeri akut, resiko infeski, gangguan pola tidur dan

kekurangan volume cairan ke empat diagnosa tersebut muncul karena

didapatkan data data dari keadaan pasien itu sendiri. Tetapi diagnosa

prioritas yang penulis ambil nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik

dan resiko infeksi berhubungan dengan luka post episotomy.

Intervensi diagnosa keperawatan yang di tampilkan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing masing

intervensi tetap mengacu pada sasaran kriteria hasil.

Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi

dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama

pada tinjauan pustaka.


Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan

harapan penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien

setiap saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya

kerjasama yang baik antara, keluarga dan tim kesehatan.

Saran

Berlatar belakang dari kesimpulan diatas penulis memberikan


saran sebagai berikut :

Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin

dengan baik perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta

untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.

Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya lebih

berpotensi dengan memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta

dapat bekerjasama dengan tim kesehatan yang lainnya dalam pemberian

asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis pendrahan post partum.

untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan sebaiknya diadakan

suatu seminar atau penyuluhan yang membahas tentang masalah kesehatan

yang ada pada pasien tentang pendrahan post partum penyuluhan tentang

perawatan payudara atau bagaimana cara menyusui dengan bnar atau ajari

senam nifas.

Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan

bidang melakukan perawatan pasien pendarahan post partum.


DAFTAR PUSTAKA

Amin,Hardhi 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC
Yogyakarta:MediAction

Arini, Diyah & Budianti, Astrida 2014. Pedoman Penyusunan Studi Kasus
Surabaya : SHT

Departement Kesehatan Republik Indonesia 2013. Profile Dinas Kesehatan


Republik indonesia tahun 2013. Sidoarjo

Fadlun & Achmad Feryanto, 2011. Buku praktis pelayanan kesehatan


2003Maternal dan neonatal. Jakarta : EGC

Indriyani 2013. Keperawatan Maternitas pada area perawatan antenatal an-


tenatal. Yogyakarta : Graha ilmu

Manuaba, 2010. Buku Panduan Kesehatan Keperawatan Maternatal jakarta

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Selamba Medika


Sarwono, wiknjosastro Hanifa. Pengantar ilmu kandungan, Edisi ke3 2011

Saifudin, A.B (2016). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

Anda mungkin juga menyukai