X DENGAN PERDARAHAN
POSTPARTUM
Oleh
PENDAHULUAN
kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang dari
bahwa pendarahan post partum dapat terjadi karena stres, yakni merasa
mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh dan gatal bila memakan
seperti itu, dampak positifnya tidak ada dampak negatif merugikan karena
seimbang agar ibu dan bayi sehat. adapun mitos yang beredar di
masyarakat ibu saat masa nifas dilarang tidur siang dampak negatif nya
karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja yang berat. Karena
tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu. Mitos yang
lain nya yaitu ibu di masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
selama 40 hari. Sebenernya dari sisi medis, senggama memang dilarang
semula.
Perdarahan Post partum merupakan penyebab utama kematian ibu
dan gejala sisanya. Pada kasus Di dunia ibu meninggal dunia dengan kasus
angka yang dilaplorkan saja ada 400.000 ibu meninggal setiap bulannya
dan 15 ibu meninggal setiap harinya . (dr.sujianti,) pada awal tahun bulan
sidoarjo pada bulan Maret 2017 sekitar 250 wanita tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dan hasil di RSUD Bangil kasus perdarahan post
partum sebanyak 152 yang terjadi pada bulan januari sampai desember
perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. Faktor terjadinya perdarahan post partum (Bahri,2006) yaitu
Atonia uteri ketika dilihat dari faktor umur,partus lama, dan partus
terlantar, uterus terlalu renggang dan besar, mioma uteri dan malnutrisi,
sisa plasenta dan selaput ketuban, jalan lahir seperti terjadinya robekan
dilakukan setelah bayi lahir dan penentuan untuk peradarahan dilihat dari
mmHg, Nadi > 100 x/menit, kadar HB <8 g%. Ini karena kehilangan darah
lebih dari normal dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
khusus. Tatalaksana umum terdiri dari menilai sirkulasi jalan nafas, dan
meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh atau makanan yang bergizi seperti
Telur,hati ayam, keju, danging, kacang polong, kentang dan sayur sayur an
hijau yang beertujuan untuk memulihkan stamina dan daya tahan tubuh.
Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sedini mungkin setelah 40 hari (16
minggu post partum) adapun healt education ibu pendarahan post partum yang
ingin menyusui yaitu psikoterapi post natal sangat baik diberikan. Anjurkan
pasien menjaga kebersihan seluruh tubuh mulai dari daerah kelamin dengan air
dan sabun dengan PH rendah. Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke
1.3.2.1. Mengkaji pasien dengan diagnose perdarahan post partum di ruang Nifas
RSUD.Bangil.
1.4. Manfaat
Terkait dengan tujuan,maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
pada pasien ibu hamil pasca melahirkan dengan pendarahan post partum.
1.4.4 Bagi profesi kesehatan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien ibu
500 ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 100 ml atau
Pendarahan post partum kala IV yang lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi
2.1.2 Etiologi
perdarahan karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau
bayi baru lahir dan penentuan jumlah peradrahan dilihat dari pendarahan
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba,2009)
yang tertinggal.
2.1.4. Patofisiologi
Retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia
dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan tidak baik dapat
2.1.5.1 Atonia uteri gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontrasi
segera. Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus
pucat,lemah,menggigil.
2). Darah segar yang mengalir sefera setelah bayi lahir, uterus
berkurang.
dalam volume yang besar baik normal salin ( NS/NaCl) atau cairan
cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya yang ringan
cairan koloid yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena
darah lain dan diberikan jika terdapat indikasi. Para klinis harus
2.1.8 Pencegahan
Mencegah atau sekurang kurangnya bersiap siaga pada
intravena) (Alden.K.R.2004).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
1) Identitas
Nama :Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru
2).KeluhanUtama
3). Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan
muntah.
5). Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita penyakit
dan ketakutan.
1). B1 Pernafasan :
(2) Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)
bradikardi)
4). B4 Perkemihan :
(1) Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam
5). B5 Pencernaan :
7). B7 Pengindraan
8). B8 Endokrin
(1) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran
kelenjar parotis
menjadi dua yaitu, data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah
pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien perdarahan post partum
2.2.4 Intervensi
Tabel 2.1 Intervensi data keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
-Perubahan Fungsi :
Cemas,syok/ketakutan yang di
2.2.5 Pelaksanaan
tercapai.
Involusi Uterus
Ketidak pengetahuan
perawat diri
Kontraksi Uterus
lambat
Kehadiran anggota
keluarga baru
(Bayi)
Volume cairan turun
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
harinya.
tinjauan adalah nyeri akut, resiko infeski, gangguan pola tidur dan
didapatkan data data dari keadaan pasien itu sendiri. Tetapi diagnosa
prioritas yang penulis ambil nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik
dan terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama
setiap saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya
Saran
dengan baik perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta
yang ada pada pasien tentang pendrahan post partum penyuluhan tentang
perawatan payudara atau bagaimana cara menyusui dengan bnar atau ajari
senam nifas.
Amin,Hardhi 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC
Yogyakarta:MediAction
Arini, Diyah & Budianti, Astrida 2014. Pedoman Penyusunan Studi Kasus
Surabaya : SHT