1. DEFINISI
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahirSubianto,2009).
Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 2002).
1
timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
2
keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru-paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru
janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalamparu- paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena
konstriksi dari arteriol dalam paru-paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru
akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru-paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan
mengembang lalu udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara memadai.
Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya
tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang
sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam aorta akan mulai memberi aliran
darah yang cukup berarti kedalam arteriol paru yang mulai mengembang, Duktus
Arteriosus (DA)akan tetap tertutup sehingga bentuksirkulasi ekstrauterin akan
dipertahankan.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan
penurunan perfusi paru-paru yang berlanjut dengan asfiksia pada awalnya akan
terjadi konstriksi arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga
penyediaanoksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat.
Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan
cardiac outputsehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital
dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy” (HIE)
yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan
kematian bayi baru lahir. “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy” (HIE) ini pada
bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam bila tidak diatasi
secara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).
3
4. KLASIFIKASI ASFIKSIA
a. Hipoksia
b. RR >6x/menit atau <3x/menit
4
c. Nafas megap-megap/gasping sampai terjdi henti napas
d. Bradikardi
e. Tonus otot berkurang
f. Warna kulit sianotik/pucat
5
13. Tonus otot menurun
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
b. Penilaian apgas scor meliputi (warna kulit,usaha bernafas dan tonus otot)
d. Pengkajian spesifik
7. KRITERIA DIAGNOSA
1. DJJ
6
Keadaan di mana denyut jantung janin frekuensi turun sampai di bawah
100/menit di luar his, atau denyut jantung tidak teratur elektro kardiogram
janin digunakan untuk terus menerus mengawasi jantung janin.
8. PENATALAKSANAAN
7
Selain tindakan resusitasi, bayi dengan asfiksia neonatorum juga
membutuhkan terapi suportif dan terapi medikamentosa. Terapi suportif
diberikan dalam bentuk cairan infus dextrose 5-10% untuk mencegah
hipoglikemia, cairan elektrolit untuk mencukupi kebutuhan elektrolit dan
pemberian oksigen yang adekuat. Terapi medikkamentosa dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya oedema cerebri dengan pemberian kortikosteroid (masih
kontroversi) dan phenobarbital untuk melokalisir perdarahan dan mengurangi
metabolism serebral.
Pada intinya penanganan asfiksia pada bayi baru lahir yaitu dengan tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
(Airway, Breath, Circulation) resusitasi, yaitu :
9. KOMPLIKASI
8
berakibat terjadinya oedema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anakkarena perfusi
jaringan tidak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya yaitu hipoksemia dan perdarahan pada
otak.
1. PENGKAJIAN
A. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi
karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
B. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
C. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
D. Kebutuhan dasar
1. Pola Nutrisi
9
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
2. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
3. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
4. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
E. Pengkajian Primer
- Airway : Bayi tidak menangis atau tidak ada usaha untuk bernafas
pada asfiksia berat (Boxwell 2000), kadang-kadang terasa hembusan nafas
pada asfiksia ringan
- Breathing : Apnea pada asfiksia berat (Saifudin 2001)
- Circulation : HR <100x/menit (Boxwell 2000), HR>100x/menit pada
asfiksia ringan
- Disability : Tonus otot lemah (Saifudin 2001)
- Exposure : Seluruh tubuh berwarna biru, pucat, sianosis (Boxwell,
2000), cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa mekonium pada
tubuh bayi (Ghai et al 2010), BBLR (berat badan lahir rendah)
APGAR : Asfiksia berat bernilai 0-3, asfiksia sedang 4-6, asfiksia ringan
7-9, bayi normal bernilai 10 (Ghai et al 2010).
F. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1. Kulit
warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung.
3. Mata
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4. Hidung
10
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5. Telinga
Perhatikan kebersihan dan adanya kelainan
6. Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
7. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
8. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.
9. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
10. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda- tanda
infeksi pada tali pusat.
11. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
12. Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeces.
13. Ekstrimitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
2. DIAGNOSA
11
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi bberlagsung sangat lama
- Paningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata – rata atau minimal
Bayi <25 atau >60
Usia 1-4 : <20 atau >30
Usia 5-14 : <14 atau >25
Usia >14 : <11 atau >24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi atau kelelahan
- Perusakan atau pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi atau kognitif
- Perlukaan pada jarringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neuologis
12
Batasan karakteristik :
- Dipsneu, penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efektif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
13
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare atau steatirrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
3. INTERVENSI
14
irama nafas, frekuensi 4.Lakukan palpasi fokal perifer
pernafasan dalam fremitus (terlihat pada
kuku) atau
rentang normal, tidak
5.Observasi tingkat kesadaran, sentral
ada suara nafas selidiki adanya perubahan (terlihat
abnormal) sekitar bibir
- Tanda – tanda vital dalam dan atau
rentang normal (tekanan telinga).
Keabu-abuan
darah, nadi, pernafasan) dan sianosis
6.Kolaborasi dengan tim medis sentral
pemberian O2 sesuai dengan mengindikasi
indikasi kan beratnya
hipoksemia.
3.Kental, tebal
dan
banyaknya
sekresi adalah
sumber utama
gangguan
pertukaran gas
pada jalan
nafas kecil,
pengisapan
dibutuhkan
bila batuk
tidak efektif.
4.Penurunan
getaran
vibrasi diduga
ada
pengumpulan
cairan atau
udara
terjebak.
5.Gelisah dan
ansietas
adalah
15
manifestasi
umum pada
hipoksia,
GDA
memburuk
disertai
bingung/somn
olen
menunjukkan
disfungsi
serebral yang
berhubungan
dengan
hipoksemia.
6.Dapat
memperbaiki /
mencegah
memburuknya
hipoksia.
5. IMPLEMENTASI
6. EVALUASI
16
b. Jalan nafas klien kembali lancar
c. Kesadaran klien kembali membaik.
DATAR PUSTAKA
17