KEGAWATDARURATAN
DISTOSIA BAHU
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Distosia Bahu dengan tepat waktu.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
3.1 Kesimpulan 29
3.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
3. Apa saja tanda dan gejala dari Distosia Bahu?
4. Bagaiamana klasifikasi dari Distosia Bahu?
5. Bagaimana patofisiologi dari Distosia Bahu?
6. Bagaimana factor predisposisi dari Distosia Bahu?
7. Bagaimana penaganan dari Distosia Bahu?
8. Apa saja komplikasi dari Distosia Bahu?
9. Bagaimana penerapan manjemen varney pada kasus Distosia Bahu?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi dari Distosia Bahu
2. Untuk memahami etiologi dari Distosia Bahu
3. Untuk memahami tanda dan gejala dari Distosia Bahu
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Distosia Bahu
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Distosia Bahu
6. Untuk memahami factor predisposisi pada kasus Distosia Bahu
7. Untuk mengetahui penanganan pada kasus Distosia Bahu
8. Untuk mengetahui komplikasi pada kasus Distosia Bahu
9. Untuk mengetahui penerapanan manajemen varney pada kasus Distosia Bahu
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
6) Sebab yang tidak diketahui
b. Prolaps Tali Pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah
ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan. Pada
keadaan prolap tali pusat (tali pusat menumbung) timbul bahaya besar, tali
pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga
menyebabkan asfiksia pada janin. Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada
waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada diatas PAP dan tidak
seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan.
8
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain
pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
2.1.3 Tanda dan Gejala Terjadinya Distosia Bahu
a. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar
normal.
b. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
c. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak melahirkan
bahu
10
Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya janin
perlu dipertimbangkan seksio sesaria
Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beresiko
kelancaran persalinan pervaginam.
c. Pada uterus
Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan
kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur pada
posisi terlentang.
Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang
menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasanya
jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan
fungsi uterus kurang baik.
d. Kelainan pada ovarium
Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat
berlangsung normal
Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu persalinan dan
persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.
11
adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara
500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosefalus
seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spinabifida.
c. Anencefalus
Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya terbentuk dari
bagian basal dari os frontalis,os parietalis,dan os oksipitali,os orbita sempit
hingga Nampak penonjolan bola mata.
d. Kembar siam
Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara
lateral.pada banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apabila
terjadi kemacetan dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin
atau melakukan section saesaria.
e. Gawat janin
Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengalami
hipoksia .
12
- Panggul asimilasi
Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :
- Rakitis
- Osteoplasma
- Neoplasma
- Fraktur
- Atrofi
- Penyakit sendi
Antepartum Intrapartum
a. Riwayat distosia bahu a. Kala I persalinan memanjang
sebelumnya b. Secondary arrest
b. Makrosomia > 4500 gram c. Kala II persalinan memanjang
c. Diabetes melitus d. Augmentasi oksitosin
d. IMT > 30 kg/m2 e. Persalinan pervaginam yang
e. Induksi persalinan ditolong
f. CPD f. dukun
Bayi makrosomia adalah bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram, atau
lebih
dari dua standar deviasi atau di atas 90 persent dari berat badan normal. Pada saat
penapisan ibu bersalin, apabila diidentifikasi parturien dengan tinggi fundus uteri > 40
cm atau persalinan fase aktif penurunan kepala masih 5/5 maka harus diwaspadai
13
adanya bayi makrosomia sehingga harus segera dilakukan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan kemampuan persalinan perabdominal.
14
Maneuver Mcrobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi Mcrobert yaitu
ibu terlentang memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin
kedada dan rotasikan kedua kaki kearah luar (abduksi), lakukan episiotomy yang
cukup lebar, gabungan episiotomy dan posisi Mcrobert akan mempermudah bahu
posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul, mintalah asisten
untuk menekan suprasimfisis kearah osterior menggunakan pangkal tangannya
untuk menekan bahu anterior agar mau masuk dibaeak simbiosis sementara itu
dilakukan tarikan pada kepala janin karah postero kaudal dengan mantap, langkah
tersebut akan melahirkan bahu anterior, hindari tarikan yang berlebihan karna
akan mencederai pleksus brakhialis setelah bahu anterior dilahirkan,langkah
selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala maneuver ini
cukup sederhana,aman dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat
ringan sampai sedang (Prawirohardjo,2009).
Oleh karna anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari pada diameter
oblik atau tranvernya, maka apabila bahu dalam anteroposterior perlu diubah
15
menjadi posisi oblik atau tranversanya untuk memudahkan melahirkannya tidak
boleh melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk mengubah posisi bahu
yang dapat dilakukan adalah memutar bahu secara langsung atau melakukan
tekanan suprapubik kearah dorsal, pada umumnya sulit menjangkau bahu
anterior,sehingga pemutaran lebih mudah dilakukan pada bahu posteriornya,masih
dalam posisi Mcrobert masukkan tangan pada bagian posterior vagina,tekanlah
pada daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik/tranversa
lebih menguntungkan bila pemutaran itu kearah yangmembuat punggung bayi
menghadap kearah anterior (Manuver Rubin anterior) oleh karna kekuatan tarikan
yang diperlukan untuk melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi
bahu anteros atau punggung bayi menghadap kearah posterior, ketika dilakukan
penekanan suprapubik pada posisi punggung janin anterior akan membuat bahu
lebih anduksi sehingga diameternya mengecil,d engan bantuan tekanan simpra
simfisis kearah posterior, lakukan tarikan kepala kearah postero kadal dengan
mantap untuk melahirkan bahu anterior (Prawirohardjo,2009).
16
menjadi terbatas mobilitasnya pasien menopang tubuhnya dengan kedua tangan
dan kedua lututnya pada manuverin,bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu
dengan melakukan tarikan kepala bahu melalui panggul ternyata tidak dalam
gerak lurus, tetapi berputar sebagai aliran sakrup, berdasarkan hal itu memutar
bahu akan mempermudah melahirkannya maneuver Woods dilakukan dengan
menggunakan 2 jari tangan bersebrangan dengan punggung bayi yang diletakkan
dibagian depan bahu posterior menjadi bahu anterior dan posisinya berada
dibawah akralis pubis, sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan
berubah menjadi bahu posterior dalam posisi seperti itu, bahu anterior akan mudah
dapat dilahirkan.
17
Terdapat 7 langkah manajemen kebidanna menurut Varney yang meliputi
langkah I pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III
mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan yang
menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan langkah VII evaluasi.
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Berupa data subjektif dan
data objektif.
Data Subjektif
a. Identitas : berisi data ibu dan suami berupa nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Sumber informasi dalam kasus ini adalah suami anggota keluarga
lain karena ibu dalam keadaan menahan nyeri hebat sehingga tidak
cukup mampu untuk digali informasi lebih lanjut.
c. Keluhan utama : dalam kasus distosia bahu
d. Riwayat menstruasi : dituliskan riwayat HPHT, keluhan selama
haid, dan tafsiran persalinan.
e. Riwayat hamil ini : pada kasus abortus insipiens, ibu bisa
mengalami mual dan muntah pada usia kehamilan muda.
f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : sangat
diperlukan data riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami abortus insipiens
sebelumya.
g. Riwayat penyakit yang diderita : perlu dilakukan pengkajian
riwayat penyakit yang diderita ibu untuk menghindari
kemungkinan terjadinya komplikasi seperti salpingitis, dan
kelainan pertumbuhan tuba.
h. Riwayat penyakit yang diderita : dalam keluarga ibu maupun suami
perlu dikaji apakah ada yang menderita penyakit menurun seperti
DM, asma, hipertensi, jantung, dan penyakit menular lainnya.
18
i. Riwayat KB dan rencana KB : penting dikaji apakah ibu pernah
menggunakan alat kontrasepsi KB atau tidak
j. Riwayat psiko sosial ekonomi : dalam kasus abortus insipiens ini
sangat perlu dikaji apakah ibu dan suami serta keluarga sangat
menginginkan kehamilan ini atau tidak, serta untuk mengetahui
bagaimana kondisi ekonomi keluarga.
k. Pola makan/minum/eliminasi : pola makan. Minum, dan eliminasi
ibu harus dikaji untuk mengetahui apakah ada gangguan proses
metabolisme selama kehamilan.
l. Pola istirahat : pola istirahat ibu selama kehamilan ibu dikaji untuk
mengetahui beban kerja ibu selama kehamilan.
Data Objektif
a. Pemeriksaan umum : berupa keadaan pasien secara keseluruhan
dan tanda vital
b. Pemeriksaan fisik : berupa pemeriksaan pasien dari kepala hingga
kaki.
c. Pemeriksaan khusus : berupa pemeriksaan abdomen dan
genetalian.
d. Pemeriksaan penunjang : data penunjang dari pemeriksaan
laboratorium berupa USG, CTG, kadar HB, Ht, leukosit,
19
3. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila
mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Diagnosis
G1P1A0 UK 18 minggu dengan abortus insipiens
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IVKEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114
Pengkajian
Cara masuk :
Diagnose :
A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama :
ibu merasakan perut kenceng dan ingin mengejan
2. Riwayat menstruasi
Usia manarche : 12 tahun
Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut/hari
HPHT : 5 Mei 2020
Keluhan saat haid : tidak ada
Lama haid : 6-7 hari
Flour albus : ada, bening tidak berbau
TP :12 Februari 2021
Keluhan haid :
Disminorhoe Spoting Menorrhagia Premenstrual syndrome
Dll..............
3. Riwayat hamil ini
Hamil muda :
Mual Muntah Perdarahan lain-lain(isi sesuai keluhan)
21
Hamil tua :
Pusing Sakit Kepala Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)
Riwayat imunisasi : TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Gerakan janin pertama : usia kehamilan 4 bulan
Gerakan janin terakhir : -
Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : tidak ada tanda bahaya dan penyulit
kehamilan
Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : ibu tidak pernah mengkonsumsi
obat atau jamu
Keluhan BAK : tidak ada keluhan Keluhan BAB : tidak ada keluhan
Kekhawatiran khusus : ibu merasa gelisah akan persalinannya
H A M I L I N I
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
tidak ada penyakit keturunan dikeluarga
22
- Penggunaan alat kontrasepsi KB :
Ibu sedang tidak menggunakan alat kontrasepsi
- Dukungan keluarga :
Suami dan keluarga sangat mendukung ibu
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Pengambil keputusan yaitu suami
- Kebiasaan hidup sehat
Ibu mandi 2x sehari, menyikat gigi setiap saat mandi, keramas setiap 2 hari sekali,
mengganti pakaian setelah mandi
- Beban kerja sehari
Melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci baju menggunakan
mesin cuci, memasak
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Bidan
- Penghasilan keluarga
± Rp 3.000.000/bulan
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
BB/TB : 60 kg/160 cm Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit Suhu : 36.50C
23
Pernafasan : 20x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Selera : Ikterik/tidak
Pandangan Kabur Adanya pemandangan dua
- Rahang, gigi, gusi : normal/tidak, gusi berdarah/tidak
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis / tidak, adanya pembesaran
kelenjar thyroid/tidak.
- Dada : aerola hiperpigmentasi Tumor Kolostrum
Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla :
- Sistem respiratori : dispneu tachipneu wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah : tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella +/+ varises
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi membesar dengan arah memanjang melebur
linea alba linea agra strie livide
24
a. Vulva Vagina : normal
b. Portio : teraba lunak
c. Pembukaan : 8 cm
d. Ketuban : (+)
e. Penunjuk : UUK
f. Posisi : UUK Kanan Depan
g. Presentasi : Kepala
h. Penurunan : hodge 3, 2/5
i. Moulase : (-)
4. Pemeriksaan laboratorium :
a. Hb : 12,5%gr
b. Protein urine : Negative
c. Gol. Darah : O
Redusi : Negative
D. PENATALAKSANAAN
KALA I
Tanggal : 11 Februari 2021 Jam :21.00 WIB
25
Pukul 21.10 WIB Menganjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
hidrasinya
PENATALAKSANAAN KALA II
Catatan perkembangan :
DATA SUBJEKTIF
Ibu ingin merejan terus menerus vulvs membuka anus membuka perinium menonjol
DATA OBYEKTIF
Ku : baik (gelisah) DJJ: 140x/mnt rwguler VT : pembukaan 10 cm eff 100% ketuban positif,
presentasi kepala, denominator uuk kanan depan, hodge 4, HIS 1’ 4 x 40’’
ANALISA
26
G1P1A0H0 Kala II dengan distosia bahu
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11 Februari 2021 Jam :22.10 WIB
27
Pukul 22.40 Lakukan pertolongan persalinan
WIB a) Tetap pimpin ibu untuk meneran
b) Terdapat distosia bahu yaitu bahu
anterior tertahan pada tulang
symphisis
c) Lakukan episiotomi dengan
memberikan anastesi lokal
28
Pukul 23.25 Menyuntikkan oskitosin 10 IU
WIB
disepertiga paha luar atas
Kediri,............................
Pembimbing Praktik Mahasiswa
.................................................... ......................................................
NIP. NIM.
Dosen Pembimbing
....................................................
NIP.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleg terlalu lamanya
kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir .
Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala distosia bahu
adalah pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada
distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putaran
paksi luar yang normal. Disebabkan oleh karena faktor-faktor komplikasi pada
maternal atau neonatal. Untuk penatalaksanaan nya dilakukan episiotomy
secukupnya dan dilakukannya Manuver Mc.Robert,karena manuver ini cukup
sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan
sampai sedang.
3.2 Saran
Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar melakukan
kunjungan/pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui peruabahn
berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan
ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistemik. Agar nantinya bias
didiagnosis apakah ibu bias bersalin secara normal atau tidak normal .
30
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. jakarta. bina pustaka sarwono prawirohardjo
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. jakarta. bina
pustaka sarwono prawirohardjo
31