Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS RUMAH SAKIT

NYONYA WAKINI DENGAN PROLAPSUS UTERI PADA LANSIA


DI RUANG NIFAS

DOSEN PEMBIMBING :
YULI HARTATI SST, M.K.M

DISUSUN OLEH :
ELFRIDA RIZKI DEWI PANGARIBUAN
SABINA URAIDAH
MULI HARTATI ZAI

AKADEMI KEBIDANAN KHOLISATUR RAHMI


BINJAI TA 2022/2023
LAPORAN PENGESAHAN

Judul Laporan

NYONYA WAKINI DENGAN PROLAPSUS UTERI PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT


DELIA LANGKAT

Ditetapkan di Binjai
Tanggal : 28 September 2022

Mengetahui :
Kepala Ruangan Dosen Pembimbing

Eli Sunarya Am.Keb Yuli Hartati SST, M.K.M


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas laporan ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya,
para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan laporan tentang
”PROLAPSUS UTERI PADA LANSIA”. Penyusunan laporan ini dapat terwujud tak lepas
dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu.
Penyusun menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang
ada. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan
untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca
demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Binjai, 28 September 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Diagnosis 4
2.3.1 Anamnesis 4
2.3.2 Pemeriksaan Fisik 5
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang 5
2.4 Klasifikasi 6
2.5 Patologi 6
2.6 Komplikasi 7
2.7 Penatalaksanaan 7
2.8. Kasus 8
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpuulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolaps organ panggul dan merupakan
suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui vagina
sebagai akibat dari kegagalan ligamentum dan fasia yang dalam keadaan normal
menyangganya. (Herdianti, 2015)

Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam
liang vagina atau keluar introitus vagina, yang dapat disertai oleh organ-organ pelvik (uterus,
kandung kemih, usus atau rektum). POP menimbulkan rasa ketidaknyamanan (uncomfortable
feelings) pada penderitanya, gejala-gejalanya meliputi gejala vagina, buang air kecil (BAK).
Prolapsus organ panggul merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi dan
mengenai hingga 40% wanita yang telah melahirkan dan berusia di atas 50 tahun. Prolapsus
uteri menempati urutan kedua tersering setelah cystourethrocele (bladder and urethral
prolapse). Pada studi Women’s Health Initiative (WHI) Amerika, 41 % wanita usia 50-79
tahun mengalami Prolapsus Organ Panggul (POP), diantaranya 34% mengalami cystocele,
19% mengalami rectocele dan 14% mengalami prolapsus uteri.
Prolapsus terjadi di Amerika sebanyak 52% setelah wanita melahirkan anak pertama,
sedangkan di Indonesia prolapsus terjadi sebanyak 3,4-56,4% pada wanita yang telah
melahirkan. Kecacatan hingga kematian dapat terjadi selama proses kehamilan dan
persalinan. Sebagian wanita yang melahirkan normal memiliki risiko kecacatan dasar
panggul (prolapsus organ panggul), seperti robekan akibat penggunaan alat bantu saat
melahirkan serta akibat lamanya proses persalinan. Berbagai komplikasi dalam kehamilan
dan persalinan dapat terjadi, salah satunya adalah prolapsus uteri.

Penyebab terjadinya prolapsus belum diketahui secara pasti. Namun, secara hipotetik
disebutkan penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm. Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa persalinan pervaginam dan penuaan adalah dua faktor
risiko utama untuk pengembangan prolapsus.

Prolapsus uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi.Wanita dengan


prolapsus uteri dapat mengalami masalah fisik dan psiko-sosial. Masalah fisik yang mereka
alami antara lain, rasa sakit, disfungsi seksual, discharge (cairan abnormal dari vagina),
sensasi dan perasaan berat dalam vagina, kesulitan berjalan dan duduk, infeksi dan
pembusukan jaringan. Enam puluh delapan persen penderita prolapsus uteri mengatakan
menderita inkontinensia urin. Diantaranya, 59% juga mengalami rasa terbakar dan nyeri saat
buang air kecil. Masalah atau gangguan fisik tersebut merupakan salah satu kontributor
utama yang mempengaruhi rendahnya kesehatan reproduksi.

Masalah psiko-sosial yang mereka hadapi diantaranya adalah stres, isolasi emosional,
ditinggalkan oleh suami atau perceraian, ejekan dan rasa malu, risiko kekerasan dan
diskriminasi serta ketidakmampuan untuk bekerja karena mobilitas terbatasnya. Meskipun

1
prolapsus uteri jarang menyebabkan mortalitas atau morbiditas berat, tetapi dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup wanita. Wanita dengan segala usia
dapat mengalami prolapsus uteri, namun prolapsus lebih sering terjadi pada wanita dengan
usia lebih tua. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, khususnya wanita di
Indonesia yang mencapai usia 74,88 tahun pada tahun 201416 maka jumlah wanita usia lanjut
akan meningkat sehingga dikhawatirkan kasus prolapsus uteri juga akan semakin bertambah.
Untuk alasan tersebut, maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya prolapsus
uteri dan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat prolapsus uteri. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan memprediksi atau deteksi dini faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya prolapsus uteri. Salah satu kasus yang kami dapatkan adalah
Ny. W usia 78 tahun, dilakukan pemasangan ring pesarium karena mengalami prolapsus
uteri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja diagnosa yang timbul pada Ny. W?
2. Apa saja penyebab dari prolapsus uteri?
3. Bagaimana pengaruh prolapsus uteri pada lansia?
4. Apa saja komplikasi yang diakibatkan dari prolapsus uteri pada lansia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja diagnosa yang timbul pada Ny. W
2. Mengetahui apa saja penyebab dari prolapsus uteri
3. Mengetahui bagaimana pengaruh prolapsus uteri pada lansia
4. Mengetahui apa saja komplikasi yang diakibatkan dari prolapsus uteri pada lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunnya peranakan, yaitu turunnya
rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan
dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih
organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).
Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Kebanyakan terjadi pada
usia tua dan pada usia muda. Hal ini dapat disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur
fascia pada usia yang lebih lanjut (Ifan, 2010)
Uterus adalah satu satunya organ yang berada diatas vagina. Bila kandung kemih atau
usus bergeser maka keduanya akan mendorong dinding vagina. Meskipun prolapsus bukan
satu keadaan yang bersifat "lifethreatening", namun keadaan ini menimbulkan rasa tak
nyaman dan sangat mengganggu kehidupan penderita. Prolapsus uteri adalah keadaan yang
terjadi akibat otot penyangga uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser
kebawah dan dapat menonjol keluar dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus disangga
oleh otot panggul dan ligamentum penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah
atau mengalami cedera akan terjadi prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke
puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vaginae dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan urethrocele
dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar dari dinding depan vagina)
dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar dari dinding belakang vagina)
(Bambang,2010).

2.2 Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain (Hanifa, 2007):
1) Faktor bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka
khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang
sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan
menentukan kelemahan otot dan ligamen pada peranakan. Kekenduran atau
kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan dan kesehatan yang
agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya seimbang
dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.
2) Exercise

3
Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot
dalam badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim.
Ini satu hal yang tidak dapat dihindari tetapi dapat, dipulihkan walaupun tidak
seratus persen jika seorang wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise
untuk menguatkan otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan
exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah
prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan salah satu
yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri
3) Usia/Menopause
Pada usia 40 tahun fungsi ovarium mulai menurun. produksi hormon berkurang
dan berangsur hilang, yang berakibat perubahan fisiologik. Menopause terjadi
rata-rata pada usia 50-52 tahun. Hubungan dengan terjadinya prolaps organ
panggul adalah, di kulit terdapat banyak reseptor estrogen yang dipengaruhi oleh
kadar estrogen dan androgen. Estrogen mempengaruhi kulit dengan meningkatkan
sintesis hidroksiprolin dan prolin sebagai penyusun jaringan kolagen. Ketika
menopause, terjadi penurunan kadar estrogen sehingga mempengaruhi jaringan
kolagen, berkurangnya jaringan kolagen menyebabkan kelemahan pada otot-otot
dasar panggul. Akibat pembedahan karena penyakit seperti pengangkatan ovari
juga dapat menyebabkan hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan
otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang
dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah sering terjadi pada
wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat kekurangan hormon karena
menopause. Semakin bertambahnya usia, otot-otot dasar panggul pun akan
semakin melemah.
4) Riwayat persalinan multiparitas (banyak anak)
Partus yang berulang dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot-
otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami
kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.
5) Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di
perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas, batuk berbulan-bulan, adanya
tumor di rongga perut, tumor pelvis. serta konstipasi atau susah buang air besar
berkepanjangan

2.3 Diagnosis
2.3.1 Anamnesis
Gejala prolapsus uteri bersifat individual, berbeda-beda pada setiap orang. Tingkat keparahan
prolapsus uteri bervariasi. Kadangkala penderita dengan prolapsus yang cukup berat tidak
mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolapsus ringan mempunyai
banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang paling umum dijumpai :
• Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal di vagina atau menonjol di genitalia
eksterna
• Rasa sakit di panggul atau pinggang (backache) merupakan gejala klasik dari
prolapsus

4
• Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat gesekan dengan celana atau pakaian
dalam
• Gangguan berkemih, seperti inkontinensia urin atau retensi urin
• Kesulitan buang air besar
• Infeksi saluran kemih berulang
• Perdarahan vagina
• Rasa sakit atau nyeri ketika berhubungan seksual (dispareunia)
• Keputihan atau cairan abnormal yang keluar melalui vagina
• Prolapsus uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila berjalan dan bekerja
Gejala dapat diperburuk apabila berdiri atau berjalan dalam waktu yang lama. Hal ini
dikarenakan peningkatan tekanan pada otot-otot panggul oleh pengaruh gravitasi. Latihan
atau mengangkat beban juga dapat memperburuk gejala.

2.3.2 Pemeriksaan Fisik


Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu :
a. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
b. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.
c. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:
 Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.
 Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang bukan
kanker diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.
 Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri dan penting untuk mengetahui
derajat prolapsus uteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan
inspekulum.
d. Manuver Valsava
 Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan melakukan
pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan manuver Valsava.
 Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior vagina,
serviks, apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu
dievaluasi secara sistematis dan terpisah.
 Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan pada posisi berdiri
di atas meja periksa.
 Tes valsava dan coughstress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk
menentukan risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolapsus.
e. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan otot levator
ani.
f. Pemeriksaan rektovaginal
 Untuk memastikan adanya rektokel yang menyertai prolapsus uteri.

2.3.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :

5
a. Urin residu pasca berkemih
 Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur
volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh,
kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih
dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
b. Skrining infeksi saluran kemih.
c. Pemeriksaan urodinamik apabila dianggap perlu.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi
 Ultrasonografi dasar panggul dinilai sebagai modalitas yang relatif mudah
dikerjakan, cost-effective, banyak tersedia dan memberikan informasi real
time.
 Pencitraan dapat mempermudah memeriksa pasien secara klinis. Namun
belum ditemukan manfaat secara klinis penggunaan pencitraan dasar panggul
pada kasus POP.
Jadi, yang dimaksud dengan prolapsus organ panggul adalah apabila jelas ada penurunan
organ ke dalam vagina atau keluar melalui vagina dengan keluhan seperti di atas.

2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan prolapsus organ panggul. Tahun
1996, International Continence Society, the American Urogynecologic Society, and the
Society of Gynecologic Surgeons memperkenalkan sistem POP-Q (Pelvic Organ Prolapse
Quantification). Metode penilaian prolapsus organ pelvis ini memberikan penilaian yang
objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan nilai kuantifikasi atau derajat ringan beratnya
prolapsus yang terjadi.
Desenses uteri Uterus turun, tetapi serviks masih dalam
vagina.
Prolapsus uteri tingkat I Uterus turun, serviks uteritrurun paling
rendah sampai introitus vagina.
Prolapsus uteri tingkat II Sebagian besar uterus keluar dari vagina.
Prolapsus uteri tingkat III atau Uterus keluar seluruhnya dari vagina,
prosidensia uteri disertai dengan inversiouteri.

2.5 Patologi
Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa tingkat, dari yang
paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya
persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan kelemahan ligamen-ligamen
yang tergolong dalam fasia endopelvik dan otot otot fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan
tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus,
terutamaa apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause. Serviks
uteri terletak di luar vagina akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut, dan lambat laun akan
menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus.

6
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri, yaitu:
1. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri
2. Dekubitus
3. Hipertropiservikuteri dan elangasiokolli
4. Gangguan miksi dan stressin continence
5. Infeksi jalan kencing
6. Kemandulan
7. Kesulitan pada waktu partus
8. Hemoroid
9. Inkarserasi usus halus

2.7 Penatalaksanaan
Pilihan penatalaksaan non-bedah perlu didiskusikan dengan semua wanita yang mengalami
prolapsus. Terapi konservatif yang dapat dilakukan, diantaranya:
• Latihan otot dasar panggu±
Latihan otot dasar panggul (senam Kegel) sangat berguna pada prolapsus ringan, terutama
yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lebih dari enam bulan. Tujuannya untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Namun pada
penelitian yang dilakukan oleh cochrane review of conservative management prolapsus uteri
menyimpulkan bahwa latihan otot dasar panggul tidak ada bukti ilmiah yang mendukung.
Cara melakukan latihan yaitu, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar
panggul seperti setelah selesai buang air besar atau penderita disuruh membayangkan seolah-
olah sedang mengeluarkan buang air kecil dan tiba-tiba menghentikannya.
• Pemasangan pesarium
Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus tanpa melihat
stadium ataupun lokasi dari prolapsus. Pesarium digunakan oleh 75%-77% ahli ginekologi
sebagai penatalaksanaan lini pertama prolapsus. Alat ini tersedia dalam berbagai bentuk dan
ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.

7
Pesarium dapat dipakai bertahun-tahun, tetapi harus diawasi secara teratur. Penempatan
pesarium bila tidak tepat atau bila ukurannya terlalu besar dapat menyebabkan iritasi atau
perlukaan pada mukosa vagina sehingga dapat menyebabkan ulserasi dan perdarahan

2.8 Kasus
S. Data Subjektif
Ny. Wakini datang ke RS Delia karena merasa pada vagina keluar benjolan, sudah menderita
prolapsus uteri selama ± 1 tahun ini.
a) Identitas Pasien
1. Nama Pasien : Wakini
2. Umur : 78 tahun
3. Tanggal lahir : 31 Desember 1943
4. Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SMA

8
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Alamat : Jl. Sawo Binjai Barat
10. Tanggal Masuk : 06 September 2022
11. Tanggal Keluar : 07 September 2022
12. Dokter : dr. Jesurun Hutabarat SpOG

b) Keluhan Utama
Pada kasus prolapsus uteri pasien merasakan :
 Perut terasa tegang dan berat di perut bagian bawah dan area kemaluan.
 Merasa tidak nyaman di bagian dalam vagina.
 Merasa ada yang mengganjal di dalam vagina, terutama saat duduk.
 Ada benjolan seperti batu kecil yang menonjol keluar dari vagina yang bisa dilihat atau
diraba.
 Mengalami masalah saat buang air kecil seperti nyeri, merasa tidak tuntas, atau sering
beser saat bersin atau batuk.
 Merasakan keram perut dan nyeri panggul .
 Punggung terasa nyeri terutama ketika mengangkat benda berat

c) Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun, siklus 28 hari, teratur
Lama : 3-5 hari
Desminor : tidak ada

d) Status Perkawinan
Sah 1 kali, menikah pada umur 18 tahun, jumlah anak 8.

e) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir


P8A0

f) Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan jenis KB suntik 3 bulan

g) Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang : Ny W menderita prolapsus uteri
- Riwayat kesehatan dulu : hipertensi
- Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada

O. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV :
- TD : 130/80 mmHg

9
- HR : 80 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 36,5° C

2. Pemeriksaan Penunjang :
a. Cek Darah Lengkap
Tanggal diperiksa : 06 September 2022
• HB : 12,2 g/dl Normal : 12-16 g/dl
• Leukosit : 12.200 /mm3 Normal : 4.000-11.000
• Laju endap darah : - Normal : 0-20
• Jumlah Trombosit : 236.000 /UL Normal : 150.000-450.000
• Hematokrit : 38,3% Normal : 36-47
• Eritrosit : 4,33 juta/ mm3 Normal : 4,10-5,10
Golongan darah : O
b. Pemeriksaan Penunjang Lain
Dilakukan pemeriksaan USG.
A. Assesment
• Diagnosa Awal : utero vaginal prolapse, unspecified
• Diagnosa Kebidanan : Ny W umur 79 P8A0 dengan prolapsus uteri grade II
• Masalah :
- Ibu mengatakan cemas dengan kondisi penyakitnya dan ibu merasakan nyeri perut
dan susah BAK
• Kebutuhan :
- Memberitahu kondisi ibu tentang penyakit yang dialami
- Memberikan dukungan moril kepada ibu
• Diagnosa atau masalah potensial :
- Terjadi pendarahan dan syok
• Antisipasi :
- Kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemasangan cincin pessarium dan pemberian
terapi obat
• Terapi Obat :
- Infus RL 20 stt/i
- Ranitidine 1 ampul/ 8 jam
- Ondansetron 1 ampul/8 jam
- Neurobion 1x1
- Asam mefenamat 3x1

P. Penatalaksanaan
• Perencanaan
Tanggal 06 September 2022

10
1) Memberitahu ibu tentang penyakit yang dialaminya bahwa keadaan yang dialaminya
sering dialami oleh wanita yang sudah menopause dan yang melahirkan lebih dari 4
orang anak yang dibantu oleh dukun dan untuk mengatasi keluhannya harus dilakukan
pemasangan cincin pesarium
2) Memberikan dukungan moril kepada ibu agar tidak cemas dengan penyakit yang
dialaminya
3) Memberikan infus RL 20 tetes/menit, ranitidine / 8 jam, ondansetron / 8 jam,
neurobion 1x1, dan asam mefenamat 3x1
4) Memberikan informed consent pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakuan
5) Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemasangan cincin pesarium

• Pelaksanaan
Tanggal 06 September 2022
1) Memberitahu pada pasien dan anggota keluarga bahwa ibu akan dipasang cincin
pesarium pada vaginanya
2) Menyiapkan cincin pesarium ukuran 7,5
3) Menggunakan handscoon
4) Mengoleskan gel pada cincin pesarium agar mudah saat dimasukkan kedalam vagina
5) Memasukkan cincin pessarium secara perlahan kedalam vagina dengan menggunakan
tangan
6) Meminta pasien untuk mengejan atau batuk untuk memastikan bahwa cincin pesarium
telah terpasang dengan baik

• Evaluasi
Tanggal 07 September 2022
1) Ibu mengerti dengan kondisi yang dialaminya saat ini setelah diberikan penjelasan
2) Ibu mengatakan sudah tidak merasakan cemas dengan keadaannya
3) Ibu mengatakan sudah meminum obat yang diberikan
4) Keluarga sudah menandatangani informed consent yang diberikan
5) Cincin Pessarium sudah terpasang dengan baik

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

11
Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya
rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan
dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih
organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).
Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus tanpa melihat
stadium ataupun lokasi dari prolapsus. Pesarium digunakan oleh 75%-77% ahli ginekologi
sebagai penatalaksanaan lini pertama prolapsus. Alat ini tersedia dalam berbagai bentuk dan
ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.

3.2 Saran
Perlunya pencegah terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri dengan cara
mengosongkan kandung kemih. Penanganan prolaps uteri sebaiknya dilakukan dengan
menilai keadaan dari keadaan umum pasien. Umur, masih bersuami atau tidak, tingkat
prolaps sehingga di dapatkan terapi yang paling ideal untuk setiap pasien.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ike Setiawan, 2018, Makalah Reproduksi Prolaps Uteri, Dipublikasikan 12 Maret
https://id.scribd.com/document/372709985/Kelompok-6-Makalah-Reproduksi-Prolaps-Uteri

Baiq Cipta Hardianti, 2015, Prolapsus Uteri, Dipublikasikan 05 Juni.


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/
46280/3/
BAIQ_CIPTA_HARDIANTI_22010111140197_Lap.KTI_Bab2.pdf&ved=2ahUKEwjOg5H
R-p_6AhUfcGwGHVP9CQwQFnoECA8QAQ&usg=AOvVaw0_81HyUIUC-
XUQKT7HLGCD

Triharsadi dkk. (2021). Prolaps Organ Panggul Multipel pada Wanita Multipara: Sebuah
Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran, Vol 10 No 2. http://jku.unram.ac.id/article/view/533

Indah Nofitasari, 2019, Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan Prolaps ,


Dipublikasikan 17 Juni. http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=824

13

Anda mungkin juga menyukai