Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

“IDENTIFIKASI TANDA-TANDA DINI BAHAYA / KOMPLIKASI IBU DAN JANIN


PADA KALA II, III, IV PERSALINAN : PERDARAHAN PERVAGINAM KALA III
DAN KALA IV, PERLUKAAN JALAN LAHIR”

Disusun oleh:
Alfina Damayanti Nurlela
Anita OctavianiNurfrasthea Putri Yulianingsih
Diana Julianty Rika
Elis Fitriyawati Rosdiana
Idayati Manik SekhifulMutohiro
Irmayanti Sinta SelvianaKhoerunisa
Kenah Siti Nuranisa
Lilis Sulasiah Sylvia Megasari
Lita Amelia Tati agustin
Mei Wita Yahya Yayan Heryani
Ni Putu Ayu W. P.

Dosen :
Dra. Bd. DedehRodiyah, SSIT, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianyalah kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas tentang“Identifikasi Tanda-Tanda Dini
Bahaya / Komplikasi Ibu Dan Janin Pada Kala II, III, IV Persalinan : Perdarahan Pervaginam
Kala III Dan Kala IV, Perlukaan Jalan Lahir”. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW semoga selalu terlimpahkan. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Dra. Bd. DedehRodiyah, SSIT, M.Kes., selaku dosen yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta teman-teman kelompok 7 yang
sudah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bias
memberikan manfaat terutama bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 15 Oktober 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …...……………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ...………………………………………………………………………………..… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………....... 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori …………………………………………………………………………...3
2.2 Pembahasan ……………………………………………………………………………....3
A. Perdarahan pervaginam Kala III dan IV (Perdarahan Postpartum............................3
B. Perlukaan jalan lahir........................................................................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………..13
3.2 Saran …………………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………...14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mordibitas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
Negara berkembang.Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator penting
dari derajat kesehatan masyarakat.AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait gangguan selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiranhidup (DepkesRI,2012).
Data Word Health Organisation (WHO) menunjukan, 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran. Angka kematian yang tinggi umumnya disebabkan
masih kurangnya pengetahuan tentang sebab dan penanggulangan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas. Data WHO tahun 2008-2013,penyebab kematian ibu berturut-turut
adalah perdarahan (35%) ,preeklamsi dan eklamsi (18%), penyebab tidak langsung (18%),
karakteristik ibu dan perilaku kesehatan ibu hamil (11%),aborsi dan keguguran (9%),
keracunan darah atau sebsis (8%), emboli(1%) (WHO,2013).
Kematian ibu diIndonesia,sepertihalnya dengan Negara lain disebabkan karena
perdarahan, infeksi dan eklamsi (Kemenkes RI, 2013).Tahun 1999-2009 preeklamsi
menjadi penyebab utama kematian ibu yaitu 52,9%,diikuti perdarahan 26,5% dan infeksi
14,7% (Indrianto,2009).Selain itu penyebab kematian ibu secara tidak langsung antara lain
ganguan kehamilan seperti kurang energi protein (KEP), Kurang Energi Kronis (KEK) dan
Anemia (Depkes RI,2013). Survey Demogravi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan
pada tahun 2011, angka kematian ibu mencapai 228/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2012). Sedangkan pada tahun 2012, hasil SDKI menunjukan bahwa rata-rata angka
kematian ibu tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Data ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan angka kematian ibu pada tahun 2012 dibanding
tahun 2007.Fakta tersebut jauh dari target MDGS (Millenium DevelopmentGools) yang
diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015 (DepkesRI,2012). Faktor-faktor penyebab kematian maternal merupakan suatu
hal yang cukup kompleks yang dapat digolongkan pada factor reproduksi,komplikasi
obstetrik, pelayanan kesehatan dan social ekonomi. Adapun faktor-faktor lain terjadinya
komplikasi kehamilan yaitu factor kekurangan gizi dan anemia, paritas tinggi, usia
melahirkan terlalu muda, dan usia lanjut pada ibu hamil (Wiknjosastro,2008).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Identifikasi tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kala II,III, IV
persalinan : perdarahan pervaginam kala 3, perlukaan jalan lahir, perdarahan kala IV”?.

1
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi tanda-tanda dini bahaya/komplikasi ibu dan janin pada kala II,III, IV
persalinan : perdarahan pervaginam kala 3, perlukaan jalan lahir, perdarahan kala IV.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan perdarahan pervaginam
kala 3
b. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan perlukaan jalan lahir.
c. Untuk mengidentifikasi komplikasi persalinan dengan perdarahan kala IV

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar.Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan
dengan persentasi belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Wiknjosastro,2008).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai setelah plasenta lahir). Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan
selesai (Saifuddin, 2015).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh kedalam syok, ataupun merupakan perdarahan
yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya
jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga
jatuh dalam syok (Saifuddin, 2015).
Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada jalan lahir saat atau setelah
terjadinya persalinan yang biasanya ditandai oleh perdarahan pada jalan lahir.
Perlukaan jalan lahir karena prsalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan uterus. Jannis
perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai perdarahan
hebat. (Prawirohardjo S, 2008: 409)
2.2 Pembahasan
A. Perdarahan pervaginam Kala III dan IV (Perdarahan Postpartum)
1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah 500 cc atau lebih dari jalan lahir
setelah bayi lahir.Perdarahan postpartum (Manuaba, 2007).
Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara
lain pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik <90 mmHg, denyut nadi >100 kali per menit, kadar Hb <8g/dL. Perdarahan
persalinan kala IV dibagi menjadi :
a. Perdarahan persalinan kala IV dini atau perdarahan postpartum primer (early
postpartum hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III.
b. Perdarahan masa nifas atau perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi pada masa nifas
(puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Nugroho, 2012).

3
2. Jenis Perdarahan
Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua, yaitu perdarahan postpartum
primer/dini dan perdarahan postpartum sekunder/lanjut.
a. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir,
dan inversio uteri.
b. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta
yang tertinggal (Manuaba, 2014).
3. Penyebab terjadinya perdarahan persalinan
Perdarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa factor
predisposisi adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang
merupakan penyebab yang paling bermakna. Penyebab perdarahan postpartum paling
sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah
laserasi serviks atau vagina, ruptur uteri, dan inversi uteri (Saifuddin, 2014).
Sebab-sebab perdarahan postpartum primer dibagi menjadi empat kelompok utama:
a. Tone (Atonia Uteri) Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan
postpartum. Perdarahan postpartum bias dikendalikan melalui kontraksi dan
retraksi serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan
terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ketempat
plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
miometrium dinamakan atonia uteri (Oxorn, 2010). Diagnosis ditegakkan bila
setelah bayi dan plasenta lahir perdarahan masih ada dan mencapai 500-1000
cc, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang
lembek (Saifuddin, 2014). Pencegahan atonia uteri adalah dengan melakukan
manajemen aktif kala III dengan sebenar-benarnya dan memberikan
misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mcg) segera setelah bayi lahir (Oxorn,
2010). Faktor predisposisinya adalah :
 Umur yang terlalu tua atau muda
 Paritas, sering dijumpai pada multipara dan grandemulti
 Partus lama dan partus terlantar
 Uterus yang terlalu tegang :gemeli, hidramnion dan janinbesar
 Obstetri koperatif dan narkosa
 Keluhan pada uterus sepertimioma uteri
 Faktor sosial, ekonomi dan nutrisi
 Keadaan anemia
b. Trauma dan Laserasi Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi karena
robekan pada saat proses persalinan baik normal maupun dengan tindakan,
sehingga inspeksi harus selalu dilakukan sesudah proses persalinan selesai

4
sehingga sumber perdarahan dapat dikendalikan. Tempat-tempat perdarahan
dapat terjadi di vulva, vagina, servik, porsio dan uterus (Oxorn, 2010).Adapun
perlukaan jalan lahir dapat terjadi pada :
 Dasar panggul berupa episiotomy atau robekan perineum spontan
 Vulva dan vagina
 Serviks uteri
 Uterus
c. Tissue (Retensio Plasenta) Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam
rahim akan mengganggu kontraksi dan retraksi, sinus-sinus darah tetap
terbuka, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Perdarahan terjadi
pada bagian plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Bagian plasenta yang
masih melekat merintangiretraksi miometrium dan perdarahan berlangsung
terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta dikeluarkan (Oxorn, 2010).
Retensio plasenta, seluruh atau sebagian, lobussuc centuriata, sebuah
kotiledon, atau suatu fragmen plasenta dapat menyebabkan perdarahan
plasenta akpostpartum. Retensio plasen tadapat disebabkan adanya plasenta
akreta, perkreta dan inkreta. Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta
adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan
multiparitas (Saifuddin, 2014).
Akibat-akibat dari retensio plasenta adalah :
 Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tambah melekat lebih
dalam.
 Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uterus atau akan
menyebabkan perdarahan banyak karena adanya lingkaran konstriksi dan
pada bagian segmen bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III
yang akan mengahalangi plasenta keluar. Retensio plasenta bias terjadi
seluruh atau sebagian plasenta masuk terdapat di dalam rahim sehingga
akan mengganggu kontraksi dan retraksi menyebabkan sinus-sinus darah
tetap terbuka menimbulkan terjadinya perdarahan post partum, begitu
bagian plasenta terlepas dari dinding rahim, maka perdarahan terjadi di
bagian tersebut bagian plasenta yang masih melekat, mengimbangi
retraksimio metrium dan perdarahan berlangsung sampai sisa plasenta
tersebut terlepas seluruhnya.
d. Thrombophilia (Kelainan Perdarahan) Afibrino genemia atau
hipofibrinogenemia dapat terjadi setelah abruption placenta, retensio janin-
mati yang lama di dalam rahim, dan pada emboli cairan ketuban. Kegagalan
mekanisme pembekuan darah menyebabkan perdarahan yang tidak dapat
dihentikan dengan tindakan yang biasanya dipakai untuk mengendalikan
perdarahan. Secara etiologi bahan thrombo plastik yang timbul dari degenerasi
dan autolisis 14 decidua serta placenta dapat memasuki sirkulasi maternal dan

5
menimbulkan koagulasi intravaskuler serta penurunan fibrinogen yang beredar
(Oxorn, 2010). Tanda-tanda yang sering dijumpai :
 Perdarahan yang banyak
 Solusioplasenta
 Kematian janin yang lama dalam kandungan
 Pre eklamsi dan eklamsi
 Infeksi, hepatitis dan syokseptic penyakit darah seperti anemia berat yang
Tidak diobati selama kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama,
 perdarahan dan infeksi. Perdarahandapatdisebabkan oleh gangguan
 pembekuan darah karena meningkatnya aktifitas fibrinilitik dan turunnya
kadar fibrinogen serum (Sarwono, 2002).
e. Sisa plasenta dan selaput ketuban
Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada perdarahan yang tetap terbuka dan akan menyebabkan
terjadinya perdarahan (Sarwono, 2005). Perdarahan post partum dapat terjadi
sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut
terjadi harus segera di keluarkan secara manual atau dikuret dan disusul
dengan pemberian obat-obatan oksitosin intravena (Sarwono, 2005).
4. Gejala Klinis Perdarahan Postpartum
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat
hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan. Gambaran
PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk
mengalami perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda tanda syok yaitu penderita
pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-
lain (Wiknjosastro, 2012). Gambaran Klinis perdarahan dapat dilihat melalui table
berikut :
Tabel 1. Gambaran klinisperdarahanobstetri
Volume darah yang Tekanandarah Tanda dan Derajatsyok
hilang (sistolik) gejala
500-1000 mL (<15- Normal Tidak ditemukan -
20%)
1000-1500 mL (20- 80-100 mmHg Bradikardi (<100 Ringan
25%) kali per
menit)
Berkeringat
Lemah
1500-2000 mL (25- 70-80 mmHg Takikardi (100- Sedang
35%) 120 kali/menit)
Oliguria
Gelisah
2000-3000 mL (35- 50-70 mmHg Takikardi (>120 Berat
50%) kali/menit)
Anuria
Sumber : B-Lynch (2006)

6
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penanganan pasien dengan PPP memiliki dua komponen utama
yaitu resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang mungkin disertai syok
hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab dari perdarahan.
Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum mengharuskan kedua komponen
secara simultan dan sistematis ditangani (Edhi, 2013).
Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama) memainkan
peran sentral dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum. Pijat rahim disarankan
segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan Kristal oidisotonik juga dianjurkan.
Penggunaan asam traneksamat disarankan pada kasus perdarahan yang sulit diatasi
atau perdarahan tetap terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang terus menerus dan
sumber perdarahan diketahui, embolisasiarteri uterus harus dipertimbangkan. Jika
kala tiga berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat terkendali dan
pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk menangani retensio
plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun 17 penanganan dengan uterotonika dan
intervensi konservatif lainnya telah dilakukan, intervensi bedah harus dilakukan tanpa
penundaan lebih lanjut (WHO, 2012).

C. Perlukaan Jalan Lahir


Rupture perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi
baik menggunakan alat.ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan.Keluhan ruptur perineum tidak hanya berperan atau menjadi
bagian dari proses persalinan,tetapi juga diperlukan untuk mengontrol buang air besar
dan buang air kecil,menjaga aktivitas peristaltik normal (dengan menjaga tekanan intra
abdomen) dan fungsi seksual yang sehat. Rupture perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama,dan tidak juga pada persalinan berikutnya.semua lasersi
perineum,kecuali yang sangat super fisial akan disertai perlukaan vagina bagian
bawah dengan derajat yang bervariasi. (Widia,2017)
Robekan perineum terjadi pada persalinanpertama dan tidakjarangterjadinya pada
persalinanberikutnyaadapunderajatdari rupture perineum menurut APN (2016)
diantaranya :
a. DerajatI :Rupturterjadihanya pada mukosa vagina, kulit perineum.
b. DerajatII :Rupturterjadihanya pada mukosa vagina, kulit perineum dan otot
perineum. 25
c. DerajatIII :Ruptur:Rupturhanyaterjadi pada mukosavagina,otot perineum dan
ototspigter ani.
d. DerajatIV :Rupturterjadi pada mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan
ototspigter ani dan rektum.
1. Faktor –faktor Penyebab perlukaan jalan lahir
Rupture perineum merupakan penyebab kedua pendarahan post partum setelah atonia
uteri.rupture perineumdapat terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya.semua laserasi perineum,kecuali yang sangat super fisial

7
akan disertai perlukaan vagina bagian bawah debgan derajat yang bervariasi.
Pendarahan pacsa persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.kesalah pada teknik mengejan juga bisa
berdampak terjadinya robekan perineum yaitu bilamana ibu bersalin mengejan sambil
mengangkat bokong, selain itu membuat proses mengejan tidak maksimal,juga bisa
memperparah robekan perineum (daerah antara vagina dan anus). Robekan yang
semacam itu dapat mencapai kedalam tertentu itu sehingga mengenai muskulus
spinterani dan dapat meluas dalam dinding vagina dengan berbagai kedalam
(Cunningham,et,al.2006 dalm (Widia,2017).
Robekan perineum terjadi karena beberapa factor yaitu :
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup maupun
mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. Pada ibu
dengan paritas status ibu primipara memiliki resiko lebih besa runtuk mengalami
robekan perineum dari pada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan
jalan lahir yang belum pernah dilalui kepala bayi, sehingga otot-otot perineum
belum merenggang.
2) Meneran
Meneran adalah secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran
bila pembukaan sudah lengkap dan reflex fergusontelah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ibu merasakan dorongan dan
memang ingin mengejan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk memimpin ibu
bersalin melakukan meneran demi mencegah terjadinya ruptur perineum.
 Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan Alamiahnya
selama kontraksi.
 Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
 Mungkin ibu akan merasa lebih muda untuk meneran jika ibu berbaring
miring setengah duduk, menarik lutut kearah ibu dan menempelkan dagu
kedada.
 Menganjurkan ibu tidak menggangkat bokong saat meneran.
 Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Dorongan ini dapat meningkatkan resiko distosia bahu, dan ruptur uteri.
 Pencegahan rupture perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan
terutama saat kelahiran kepala dan bahu (Fatimah, 2019)
b. faktor janin
1) Berat badan bayi baru lahir
Semakin besar berat bayi dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur
perineum bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat lebih dari 4000
gr. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi berat badan bayi yang dilahirkan
akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak

8
cukup menahan renggangan kepala bayi dengan berat badan. Kelebihan berat
badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu menderita DM, ibu
yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, facror genetic, dan pengaruh
kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal adalah sekitar 2500-4000 gram.
(Sulistyawati,2012).
2) Presentasi bayi
Presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu
memanjang panggul ibu. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang
ada dibagian bawah Rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan
dalam. Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi persentasi muka,
dahi, dan bokong.
a) Presentasi muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap ekstensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmetik sebesar 9,5 cm bagian terendahnya adalah bagian
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya adalah
glabella dan bregema. Sekitar 70% presentasi muka adalah dengan dagu
didepan dan 30% posisi dagu dibelakang. Keadaan yang menghambat
masuknya kepala dalam sikap fleksi dapat menjadi penyebab presentasi
muka. Sikap ekstensime miliki hubungan dengan dispropsi kepala panggul
dan merupakan kombinasi yang serius, maka harus diperhitungkan
kemungkinan panggul yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi muka
menyebabkan persalinan lebih lama disbanding presentasi kepala dengan
ubun-ubun kecil di depan, karena muka merupakan pembuka serviks yang
jelek dan sikap ekstensi kurang menguntungkan. Penundaan terjadi di pintu
atas panggul, tetapi setelah persalinan lebih maju semuanya akan berjalan
lancar. Ibu harus bekerja lebih keras, lebih merasakan nyeri, dan
menderitalebihbanyaklaserasidari pada kedudukan normal. Karena persalinan
lebih lama dan rotasi yang sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu
maupun pada anaknya.
b) Presentasi dahi / bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutubbaah dengan petunjuknya adalah
sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut. Kesulitan pada
persalinan bokong adalah terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi
secara manual pada jalan lahir akan meningkatkan resiko infeksi pada ibu.
Berbagai perasat intra uteri, khususunya dengan segmen bawah uterus yang
sudah tipis, atau persalinan setelah coming head lewat servik yang belum
berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan rupture uteri, laserasi serviks,
ataupun keduanya (Fatimah, 2019).

9
c. Faktor persalinan pervagina
1) VakumEkstraksi
Vakum ekstraksi adalah suatu bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstraksi menggunakan tekanan negative dengan alat vacum yang dipasang di
kepalanya. Waktu yang diperlukanuntukpemasangan cup sampaidapatditarik
relative lebih lama dari pada forsepkomplikasi yang dapatterjadi pada
ibuadalahrobekan pada serviks uteri dan robekan pada vagina dan rupture
perineum
2) Ekstraksi Cunam / forceps
Ekstraksi cunam / forceps adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepal ajanin. Komplikasi yang dapatterjadi
pada ibukarenatindakanekstrasiforcepantara lain rupture uteri, robekanportio,
vagina, rupture perineum, syok, perdarahan postpartum, pecahnya varices
vagina.
3) Partus Presipitatus
Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan Rahim yang terlalu kuat atau pada keadaan yang sangat jarang
dijumpai, tidak adanya rasa nyeri his sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses persalinan yang sangat kuat
d. Riwayat persalianan
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, otot-otot dan fasia perinium
dan kulit sebelah depan perineum. Prinsip tindakan episiotomy adalah pencegahan
kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi
kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut.
e. Faktor penolong persalinan
Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan berwenang dalam memberikan
asuhan persalinan. Pimpinan persalinan merupakan salah satu penyebab terjadinya
ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerja sama dengan ibu dan penggunaan
perasat manual yang tepat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi
untuk mencegah laserasi (Fatimah, 2019)
2. Komplikasi perlukaan jalan lahir
Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera diatasi, yaitu :
a. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu
satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama
kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu
dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot.

10
b. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina
menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air
kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung
kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi
iskemia
c. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya
penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri
pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah. Hematoma dibagian pelvis
bias terjadi dalam vulva perineum dan fosaiskioreklatis. Biasanya karena trauma
perineum. Tetapi bisa juga dengan varikositas vulva yang timbul bersamaan
dengan gejala peningkatan nyeri. Kesehatan yang menyebabkan diagnosis tidak
diketahui dan memungkinkan banyak darah yang hilang. Dalam waktu yang
singkat, adanya pembengkakan biru yang tegang pada salah satusisi introitus di
daerah ruptur perineum.
d. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada kala
nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam
tubuh sehingga menimbulkan infeksi.
3. Anatomi perineum
Perineum adalahotot, kulit, dan jaringan yang terdapatdiantara vulva dan anus,
panjangnya rata-rata 4cm (Irianto,2014). Jaringan yang utamamenopang perineum
adalahdiafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskuluslevator
ani dan muskuluskoksigis dibagian posterior serta selubungfasia dan otot-otot ini.
Muskuluslevator ani membentuk sabukotot yang lebar bermula dari permukaan
posterior ramus pubis superior, permukaan dalam spina ishiaka dan dari
fasiaobturatorius. Serabutototberinsersi pada tempat-tempat sekitar vagina dan rektum
yang membentuk spingter. Diafragma urogenitalis terletak di sebalah luar diafragma
pelvis, yaitu daerah segitiga antara tuberositasiskial dan simpisis pubis. Diafragma
urogenital terdiri dari muskulusperinal istranversalis profunda, muskulus
konstriktoruretra dan selubungfasia interna dan eksterna Persatuan antara
medianalevatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis
perineum, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulu sperinialis traversalis superfisial
dan spingter ani ekterna. Jaringan ini yang membentuk korpusperinalis dan membentuk
korpusperinalis dan merupakan pendukung utama perineum sering mengalami jika
selama persalinan, infeksi pada lukarobekan perineum merupakan infeksi masa nifas
yang paling sering ditemukan pada genetalia eksternal (Sukarni k dan Wahyu P, 2013)
a) Regio anal
1) Canalisanalis
Panjang kanalissekitar 4 cm membentuk sudutpostero-inferior
2) Sphincter ani

11
Terdiri dari komponen sphincter externa dan interna. Spincter ani
interna merupakan lanjutan dari otot polos sirkular rwaktum. Sphincter
ani externa menyatu dengan puborectalitas membentuk area penebalan
yang disebut anulus anorectalis.
3) Fassa ischiorectalis
Terletak di kedua sisi canalisanalis, dinding medial dan lateral fassa
ischiorectalis adalah m. Levator ani dan canalisanalis serta
obturatoriusintermus . fossa terisi oleh lemak.
b) Regio urogenital
Regio ini berbentuk segitga. Mrmbranaperinealis merupakan lapisan fasia kuat
yang melekat ketepi trigonum urogenitalis. Pada wanita, membranini ditembus
oleh uretra dan vagina.
a) Vulva
Merupakan istilah untuk menyebut genitilia ekterna wanita. Mons pubis
merupakan tonjolan lemak yang menutupi symhpsis pubis dan os.
Pubis. Labia mayora adalah bibir berlemak yang memilki rambut yang
meluaske posterior dari mons pubis. Labia minora terletak di sebelah
dalam labiyamayora dan di posterior menyatu membentuk fourchette.
b) Uretra
Pada wanita, uretra berukuran pendek sekitar 3-4 cm. Faktor ini
menyebabkan predisposisi infeksi saluran kemih akibat penyebaran
organisme. Uretra berjalan dari leher kandung kemih menuju meatus
eksterna, meatus initer letak diantara klitoris dan vagina.
c) Vagina
Vagina adalah saluran berotot yang berjalan kearah atas belakang dari
orificum vagina. Pasokan darah vagina didadpatdari Vaginalis dan
cabang vaginalis Uterina (Drake, et al, 2010)

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Asuhan Kehamilan Berdasarkan asuhan yang diberikan dan kondisi yang
dialami oleh ibu pada saat kehamilan ibu mengalami anemia ringan dengan
kadar Hb 10,1 gr% pada umur kehamilan 36+5 minggu.
2. Asuhan Persalinan Berdasarkan kondisi yang dialami oleh ibu dengan faktor
risiko anemia ringan pada masa persalinan di dapat kesimpulan tidak terjadi
komplikasi berupa gangguan his, kala pertama lama, kala dua dengan tindakan
operasi kebidanan, kala uri dengan retensio plasenta, perdarahan postpartum,
kala IV dengan perdarahan postpartum sekunder.
3. Asuhan Bayi Baru Lahir Berdasarkan asuhan yang diberikan dan kondisi yang
dialami oleh ibu dengan riwayat anemia ringan pada bayi baru lahir didapat
kesimpulan tidak terjadi komplikasi seperti prematuritas tinggi, berat badan
lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, infeksi dan
kematian perinatal. Namun, terdapat masalah lain yang terjadi pada bayi, yaitu
hipertermi.
4. Asuhan Nifas Berdasarkan asuhan yang diberikan dan kondisi yang dialami
oleh ibu tidak terjadi komplikasi. Didapat kesimpulan tidak terjadi komplikasi
seperti subinvolusi uteri, perdarahan postpartum, serta infeksi puerperium.
5. Asuhan Keluarga Berencana Pada akir pemilihan metode kontrasepsi , ibu telah
memutuskan menggunakan IUD Post Plasenta, metode ini dipilih ibu untuk
menjarangkan kehamilan.
B. Saran
1. Bagi penulis selanjutnya, dibutuhkan waktu serta kesabaran serta keahlian
dalam memberikan asuhan yang berkesiambungan.
2. Bagi ibu calon ibu hendaknya mempersiapkan gizi pranatal yang baik sehingga
dapat terhindar dari anemia. Bagi ibu hamil hendaknya memeriksakan
kehamilan secara teratur di fasilitas pelayanan kesehatan untuk meminimalisir
faktor risiko yang dimiliki sehingga ibu dan bayi sehat.
3. Bagi bidan sebaiknya melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan
kebidanan berkesinambungan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009; 523 - 529.
2. Saifuddin, A.B. BukuAcuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2015.
3. Prawirohardjo, S. 2008. BukuIlmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G.
PengantarKuliahObstetri. Jakarta : EGC; 2007.
5. Nugroho. (2012). Keperawatangerontik&geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC
6. Manuaba, I., Manuaba, I. &Manuaba, I. F., 2014. Ilmu Kebidanan,
PenyakitKandungan, dan KB. 2 ed. Jakarta: EGC.
7. Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan PraktisPelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo.
8. Oxorn, Harry William R Forte, 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
9. Sarwono, S. W. (2002). PsikologiSosial: Individu dan Teori-teoriPsikologiSosial.
Jakarta: PT. Balai Pustaka.
10. Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan. CetakanKeempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11. Wiknjosastro, Hanafi. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
12. B-Lynch C. 2006. A textbook of postpartum hemorrhage: a comprehensive guide to
evaluation, management and surgical intervention. UK: Sapiens Publishing.
13. Edhi MM, Aslam HM, Naqvi Z, Hashmi H. 2013. Post partum hemorrhage: causes
and management. BMC Research Notes. 6(236): 1-6
14. WHO. 2012. WHO recommendations for the prevention and treatment of postpartum
haemorrhage. Geneva: WHO Library Cataloguing-inPublication Data Lidia Widia.
2017. “Hubungan Antara ParitasDenganPersalinan Letak Sungsang.”
15. Cunningham, G. 2006. Obstetri William vol.1. Jakarta: EGC Arantika M, dan
Fatimah. 2019. PatologiKehamilanMemahamiberbagaipenyakit dan
KomplikasiKehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
16. Sulistyawati.2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika Sukarni k dan Wahyu P, 2013. Buku Ajar Keperawatan dan Maternitas,
Yogyakarta;Nuhamedika
17. Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi.
1st ed. Singapore: Elsevier.

14

Anda mungkin juga menyukai