Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MATERNITAS

ASKEP PERDARAHAN POST PARTUM

DOSEN PENGAMPU : HJ ERNAWATI,SKP, M.KEP

DiSUSUN OLEH KELOMPOK 5

1. Diah Ayu Anjani (PO71202220013)


2. Widya astuti (PO71202220070)
3. Rebecca Uli (PO71202220050)
4. Desti amni (PO71202220021)
5. Pori zona (PO71202220003)
6. Siti karina (PO71202220075)
7. Umaya Oktavia (PO71202220016)
8. Yenni Safitri (PO71202220004)
9. Rizki Devita Roshela (PO71202220045)
10. Ali ababil (PO71202220006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kodrat sebagai wanita di dalam kehidupan salah satunya adalah menjadi

seorang ibu dan memberikan generasi penerus di dalam sebuah rumah tangga. Setiap

wanita menginginkan masa kehamilan yang sehat serta dapat melahirkan secara

normal. Kehamilan dapat didefinisikan sebagai sel telur yang sudah dibuahi oleh sel

sperma dengan lama kehamilan normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Peran anggota keluarga lain juga sangat

penting dalam proses kehamilan seorang ibu, anggota keluarga lain harus sering

memperhatikan kesehatan ibu, memberikan makan yang bergizi dan semaksimal

mungkin memberikan pelayanan serta dukungan kepada ibu, terlebih ibu sebelum dan

setelah persalinan (Sarwono, 2010).

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila

tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,

2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan

atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu (Mitayani, 2009).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Prawirohardjo, 2006). Melahirkan secara normal

adalah suatu kebanggan tersendiri bagi setiap ibu yang mengalaminya. Tak

jarang banyak kita dengar di masyarakat mengatakan bahwa jika dapat melahirkan

dengan normal artinya wanita tersebut sudah menjadi ibu yang sesungguhnya hal ini

dikarenakan perjuangan yang dilakukan seorang ibu untuk melahirkan seorang bayi

yang akan menjadi generasi penerus pada keluarganya. Namun, ada beberapa
komplikasi pasca persalinan (nifas) yaitu, perdarahan, infeksi nifas, dan preeclampsia

(Fibriana, 2007). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum

(1999) dalam (Fibriana, 2007) komplikasi persalinan kala IV yang paling banyak

ditemukan yaitu perdarahan sebanyak 9,6% atau sebanyak 68 orang dari 221 orang

yang mengalami persalinan.

Persalinan kala IV adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam

pertama setelah melahirkan (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009). Menurut Reni Saswita

(2011) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses

tersebut.

Perdarahan yang terjadi pada persalinan kala IV adalah perdarahan yang

jumlahnya sebanyak lebih dari 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau

lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal (Nugroho, 2012). Perdarahan

persalinan kala IV adalah salah satu resiko terbesar yang menyebabkan terjadinya

kematian maternal. Perdarahan persalinan kala IV dibagi menjadi dua jenis yaitu

perdarahan dini atau perdarahan persalinan kala IV primer (early postpartum

hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala

III dan perdarahan masa nifas atau perdarahan post partum sekunder (late postpartum

hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak

termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Nugroho, 2012).

Perdarahan persalinan kala IV dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu

atonia uteri, luka jalan lahir, retensio plasenta, gangguan pembekuan darah, dan sisa

plasenta dan selaput ketuban menurut Sarwono (2005) dalam (Moedjiarto, 2011).

Frekuensi perdarahan persalinan kala IV di Amerika Serikat sekitar 5-10%. Dan dari

laporan–laporan baik di negara maju dan negara berkembang angka kejadian berkisar

antara 5%-15% dan di Indonesia perdarahan post partum 5,1% dari seluruh persalinan

menurut Admin (2009) dalam (Moedjiarto, 2011). Pasien perdarahan yang tidak segera

ditangani maka akan mengakibatkan pasien tersebut mengalami syok.


Perdarahan dapat terjadi dengan deras dan hanya merembes. Perdarahan yang

deras biasanya segera mendapat penanganan sedangkan yang merembes kurang nampak

sehingga tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya (Moedjiarto, 2011). Gejala klinis

umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500 ml), nadi lemah,

pucat, lokhea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok

hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual (Moedjiarto, 2011).

Sehingga ibu yang mengalami perdarahan harus diperhatikan dan diberikan asuhan

keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya perdarahan yang menimbulkan

dampak yang serius.

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Persalinan Kala IV Dengan Risiko

Perdarahan

3. Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum

Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada Ibu

persalinan kala IV dengan risiko perdarahan.

b. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi data dari hasil pengkajian pada pasien Ibu persalinan

kala IV dengan risiko perdarahan.

2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada Ibu

persalinan kala IV dengan risiko perdarahan.

3) Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Ibu persalinan kala IV

dengan risiko perdarahan.

4) Mengidentifikasi tindakan keperawatan pada Ibu persalinan kala IV

dengan risiko perdarahan.


5) Mengidentifikasi evaluasi pada Ibu persalinan kala IV dengan risiko

perdarahan.

4. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian khususnya mahasiswa

Jurusan Keperawatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada Ibu

persalinan kala IV dengan risiko perdarahan.

2. Manfaat Praktis

 Bagi Perkembangan Iptek Keperawatan

Mengembangkan ilmu pengetahuan tentang keperawatan khususnya pada

pengembangan perawatan ibu dalam meningkatkan mutu dan kualitas asuhan

keperawatan pada Ibu persalinan kala IV dengan risiko perdarahan.

 Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang asuhan

keperawatan pada Ibu persalinan kala IV dengan risiko perdarahan. Selain itu

penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu cara peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi pendidikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Risiko Perdarahan Pada Persalinan Kala IV

1. Definisi

Perdarahan persalinan kala IV adalah perdarahan yang jumlahnya lebih

dari 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam. Kondisi dalam

persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan

yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan

yang lebih normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain

pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan

darah sistolik <90 mmHg, denyut nadi >100 kali per menit, kadar Hb <8

g/dL.

Perdarahan persalinan kala IV dibagi menjadi :

a) Perdarahan persalinan kala IV dini atau perdarahan post partum primer

(early postpartum hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi dalam

24 jam pertama setelah kala III.

b) Perdarahan masa nifas atau perdarahan post partum sekunder (late

postpartum hemorrhage), merupakan perdarahan yang terjadi pada masa

nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III

(Nugroho, 2012).
2. Etiologi

Penyebab terjadinya perdarahan persalinan kala IV antara lain:

a) Atonia uteri

Akibat kurangnya kuatnya otot-otot uterus untuk berkontraksi sehingga

menyebabkan pembuluh darah dan bekas perlekatan plasenta terbuka

sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Faktor predisposisinya adalah :

1) Umur yang terlalu tua atau muda

2) Paritas, sering dijumpai pada multipara dan grandemulti

3) Partus lama dan partus terlantar

4) Uterus yang terlalu tegang : gemeli, hidramnion dan janin besar

5) Obstetrik operatif dan narkosa

6) Keluhan pada uterus seperti mioma uteri

7) Faktor sosial, ekonomi dan nutrisi

8) Keadaan anemia

b) Luka jalan lahir

Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai perineum, vulva,

vagina dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa

suatu robekan yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang

melahirkan bayi cukup bulan, perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindarkan

menurut Sarwono (2005) dalam (Moedjiarto, 2011). Pada umumnya luka

yang kecil dan supervisial tidak terjadi perdarahan yang banyak, akan tetapi

jika robekan jalan lahir lebar dan dalam, lebih-lebih jika mengenai pembuluh

darah menimbulkan perdarahan yang hebat (Sarwono, 2005). Adapun

perlukaan jalan lahir dapat terjadi pada :


1) Dasar panggul berupa episiotomi atau robekan perineum spontan

2) Vulva dan vagina

3) Serviks uteri

4) Uterus

c) Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya sisa plasenta melebihi 30 menit

setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2005). Akibat-akibat dari retensio plasenta

adalah :

1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tambah melekat lebih

dalam.

2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uterus atau akan

menyebabkan perdarahan banyak karena adanya lingkaran konstriksi dan

pada bagian segmen bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III

yang akan mengahalangi plasenta keluar. Retensio plasenta bisa terjadi

seluruh atau sebagian plasenta masuk terdapat di dalam rahim sehingga

akan mengganggu kontraksi dan retraksi menyebabkan sinus-sinus darah

tetap terbuka menimbulkan terjadinya perdarahan post partum, begitu

bagian plasenta terlepas dari dinding rahim, maka perdarahan terjadi di

bagian tersebut bagian plasenta yang masih melekat, mengimbangi retraksi

miometrium dan perdarahan berlangsung sampai sisa plasenta tersebut

terlepas seluruhnya.

d) Gangguan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau

hipofibrinogenemia. Tanda-tanda yang sering dijumpai :


1) Perdarahan yang banyak

2) Solusio plasenta

3) Kematian janin yang lama dalam kandungan

4) Pre eklamsi dan eklamsi

5) Infeksi, hepatitis dan syok septik penyakit darah seperti anemia berat yang

tidak diobati selama kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama,

perdarahan dan infeksi. Perdarahan dapat disebabkan oleh gangguan

pembekuan darah karena meningkatnya aktifitas fibrinilitik dan turunnya

kadar fibrinogen serum (Sarwono, 2002).

e) Sisa plasenta dan selaput ketuban

Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus

sehingga masih ada perdarahan yang tetap terbuka dan akan menyebabkan

terjadinya perdarahan (Sarwono, 2005). Perdarahan post partum dapat

terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila

hal tersebut terjadi harus segera di keluarkan secara manual atau dikuret

dan disusul dengan pemberian obat-obatan oksitosin intravena (Sarwono,

2005).

3. Manifestasi Klinis

Perdarahan persalinan kala IV perlu diperhatikan ada perdarahan yang

membuat hipotensidan anemia. Apabila dibiarkan terus pasien akan jatuh

dalan keadaan syok. Perdarahan yang terjadi dapat deras dan merembes

saja, perdarahan yeng deras biasanya akan segera menarik perhatian,

sehingga cepat ditangani. Sedangkan perdarahan yang merembes karena

kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian yang seharusnya.


Perdarahan yang bersifat merembes ini bila berlangsung lama akan

mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah

perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus dicatat dan

ditampung. Kadang-kadang perdarahan tidak terjadi keluar dari vagina,

tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya

diketahui karena adanya kenaikan dari tingginya fundus uteri setelah uri

lahir menurut (Hanifa, 2005). Gejala klinis umum yang terjadi adalah

kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500 ml), nadi lemah, pucat,

lokhea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok

hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. 1)

Gejala klinis perdarahan post partum perdarahan pervaginam, konsistensi

rahim lunak, fundus uteri naik (jika pengaliran darah terhalang oleh

bekuan darah atau selaput janin) (Moedjiarto, 2011).

4. Penatalaksanaan

Pasien dengan perdarahan persalinan kala IV harus ditangani dalam 2

komponen, yaitu (Nugroho, 2012):

a) Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetrik serta kemungkinan syok

hipovolemik, dapat dilakukan dengan cara :

1) Resusitasi Cairan

(a) Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga

memberi waktu untuk menegakkan diagnosis dan menangani penyebab

perdarahan.

(b) Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses intravena. Selama persalinan

perlu dipasang paling tidak satu jalur intravena pada wanita dengan risiko
perdarahan post partum, dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien

dengan risiko sangat tinggi.

(c) Berikan cairan dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar, baik

normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat (RL) melalui akses

intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan

karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar

obat dan tranfusi darah. Risiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat

rendah dalam hubungan dengan perdarahan post partum. Bila dibutuhkan

cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L), dapat dipertimbangkan

penggunaan cairan RL. Cairan yang mengandung dektrosa, seperti D 5%

tidak memiliki peran dalam penanganan perdarahan post partum. Perlu

diingat bahwa kehilangan 1 L darah perlu penggantian 4-5 L kristaloid,

karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di ruang intravaskuler,

tetapi terjadi pergeseran ke ruang interstisial. Pergeseran ini bersamaan

dengan penggunaan oksitosin, dapat menyebabkan edema perifer pada

hari-hari setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah

mengekskresi cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1500 ml pada

wanita hamil yang normal dapat ditangani cukup dengan infus kristaloid

jika penyebab perdarahan dapat tertangani. Kehilangan darah yang

banyak, biasanya membutuhkan penambahan tranfusi sel darah merah.

(d) Cairan koloid dalam jumlah besar (1000-1500 ml/hari) dapat

menyebabkan efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid

yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta risiko
terjadinya efek yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan

kristaloid tetap direkomendasikan

2) Tranfusi Darah

(a) Tranfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut dan

diperkirakan akan melebihi 2000 ml atau keadaan klinis pasien

menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.

(b) Packed Red Cells (PRC) digunakan dengan komponen darah lain dan

diberikan jika terdapat indikasi. Para klinis harus memperhatikan darah

tranfusi, berkaitan dengan waktu, tipe, dan jumlah produk darah yang

tersedia dalam keadaan gawat.

(c) Tujuan tranfusi adalah memasukkan 2-4 unit PRC untuk menggantikan

pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume

sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah

tetesan infus. Masalah ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 ml NS

pada masing-masing unit. Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat

untuk tujuan ini karena kalsium yang dikandungnya dapat menyebabkan

penjedalan.

b) Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post partum

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Persalinan Kala IV Dengan

Risiko Perdarahan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2011),


Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya.

Pengkajian risiko perdarahan pada Ibu persalinan kala IV adalah sebagai

berikut:

a. Identitas

1) Identitas Pasien

Yang dapat dikaji pada identitas pasien yaitu nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, No CM, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.

2) Identitas Penanggung Jawab/Suami

Yang dapat dikaji pada identitas penanggung jawab yaitu nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Alasan masuk rumah sakit

Alasan masuk rumah sakit pada pasien persalinan kala IV yaitu ibu mengeluh

merasakan kontraksi pada perutnya.

c. Keluhan utama :

Keluhan utama yang mungkin muncul pada pasien persalinan kala IV dengan

masalah risiko perdarahan adalah adanya merasakan gejala-gejala timbulnya

perdarahan seperti pasien merasa lemas, pusing, gelisah, dan haus.

d. Riwayat persalinan

Riwayat persalinan yang baru terjadi, jenis persalinan spontan, penyulit

selama persalinan, jumlah darah yang dikeluarkan pada saat proses persalinan

yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya perdarahan pada persalinan kala

IV.
e. Keadaan Bayi

Yang dapat dikaji pada keadaan bayi yaitu berat badan, lingkar kepala,

lingkar dada, dan lingkar perut.

f. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Yang dapat dikaji yang terdiri dari riwayat menstruasi seperti menarche,

banyaknya menstruasi, keluhan saat menstruasi, siklus dan lamanya

menstruasi, kemudian riwayat pernikahan yang dikaji yaitu menikah berapa

kali dan lamanya pernikahan, dan riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas

yang lalu yang dikaji yaitu umur kehamilan, penyulit saat kehamilan, jenis

persalinan, penolong saat persalinan, penyulit saat persalinan, dan komplikasi

masa nifas.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum : meliputi tingkat kesadaran, jumlah Glasgow Coma Scale

(GCS), tanda – tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

pernafasan, suhu badan), berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas

(LILA). Pada pasien dengan masalah risiko perdarahan umumnya mengalami

peningkatan suhu, tekanan darah menurun, pernapasan dan frekuensi nadi

meningkat, terkadang lemas.

a) Kesadaran

Kesadaran pasien persalinan kala IV dengan risiko perdarahan biasanya

composmentis.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital:

(1) Suhu

Pada pasien persalinan kala IV dengan risiko perdarahan biasanya terjadi

peningkatan suhu sampai 38oC (dianggap normal), namun setelah satu hari

suhu akan mulai menurun menjadi 36o C-37o C yang disebabkan oleh

hypovolemia.

(2) Nadi

Pada pasien persalinan kala IV dengan risiko perdarahan biasanya denyut

nadi akan semakin meningkat yang menyebabkan hypovolemia semakin

meningkat

(3) Pernafasan

Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan menjadi tidak normal

(4)Tekanan darah

Pada pasien persalinan kala IV dengan risiko perdarahan biasanya tekanan

darah menurun.

2) Pemeriksaan head to toe

(a) Kepala dan rambut

Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau

berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau kusut, apakah ada

laserasi/luka.

(b) Wajah

Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak, bentuk wajah

apakah lonjong atau oral, pasien meringis atau tidak.


(c) Mata

Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak,

bentuk mata apakah simetris atau tidak, dan warna sklera.

(d) Hidung

Ada tidaknya polip dan kebersihannya.

(e)Telinga

Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran, kelainan anatomi

pada telinga.

(f) Mulut, bibir, dan faring

Bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembaban, kebersihan mulut, ada

tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.

(g) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan

pada gusi atau caries, karang gigi.

(h) Leher

Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis

(i) Integument

Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor, tekstur

kulit.

(j) Thorax

Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronchi, ada tidaknya kolostrum,

apakah puting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor atau tidak.
(k) Payudara

Payudara membesar, areola mammae warnanya lebih gelap, papilla mammae

menonjol, keluar ASI atau tidak.

(l) Abdomen

Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat,

bagaimana dengan bising usus, apakah ada nyeri tekan.

(m)Genetalia

Adakah pengeluaran lochea, baimana warnanya, banyaknya, bau serta adakah

oedema pada vulva, apakah ada luka episiotomy, bagaiamana kondisi luka

episiotomi.

(n)Ekstremitas atas

Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak ada tidaknya oedema.

(o)Ekstremitas bawah

Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, sianosis, bagaimana pergerakannya,

refleks patella.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuan diagnosis

keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga,

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP

PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul dari kasus persalinan kala IV adalah

risiko perdarahan dengan salah satu faktor risikonya yaitu komplikasi pasca
partum yang berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di

dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh) (Tim Pokja DPP

PPNI, 2016). Risiko perdarahan pascapartum dibuktikan dengan adanya

hematuria dan hematemesis, tekanan darah menurun, adanya perdarahan

pervaginam (>500 ml) (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan langkah perawat dalam menetapkan tujuan dan

kriteria/hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi

keperawatan. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat

perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria yang

diperkirakan/diharapkan, dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013).


Tabel 1

Rencana Keperawatan Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Persalinan Kala


IV Dengan Risiko Perdarahan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


Keperawa
tan
1 Risiko NOC NIC
Perdarahan 1. Blood lose 1. Monitor ketat tanda-tanda
berhubung severity perdarahan
an dengan 2. Blood koagulation 2. Monitor TTV
komplikasi Kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
pascapartu 1. Pasien mengetahui mobilisasi dini
m (atonia penyebab dan 4. Anjurkan pasien untuk segera
uteri, gejala dari menyusui
retensi perdarahan 5. Lakukan massage uteri
plasenta) 2. Pasien tidak 6. Monitor lokhea
mengatakan 7. Instruksikan pasien untuk
merasakan gejala membatasi aktIVitas yang
timbulnya berat
perdarahan 8. Kolaboratif dalam pemberian
3. Tidak ada terapi obat
hematuria dan
hematemesis
4. Tekanan darah
dalam batas normal
systole dan diastole
(TD= 100-140/<85
mmHg
5. Perdarahan
pervaginam dalam
batas normal (<500
ml)
Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Panduan Praktik Klinik dan Laboratorium Keperawatan Maternitas (Deswani, 2010)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan,
implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Berdasarkan terminologi Nursing Intervention Classyfication

(NIC), implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan

tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan

untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat

melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi

yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap

implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien

terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010).

5. Evaluasi Keperawatan

Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima

dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini, evaluasi adalah

aktIVitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan

professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian

tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah

aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari

evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus

diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).


Tabel 2

Evaluasi Penelitian Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Persalinan Kala IV


Dengan Risiko Perdarahan
No Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Risiko Perdarahan S :
berhubungan - Pasien mengetahui penyebab dan gejala dari
dengan komplikasi perdarahan
pascapartum - Pasien tidak mengatakan merasakan gejala
(atonia uteri, retensi timbulnya perdarahan
plasenta) O:
- Tidak ada hematuria dan hematemesis
- Tekanan darah dalam batas normal systole dan
diastole Vital sign dalam batas normal (TD= 100-
140/<85 mmHg
- Perdarahan pervaginam dalam batas normal (<500
ml)
A:
- Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil
- Tujuan belum tercapai apabila respon pasien tidak
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan
P:
- Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan
tercapai
- Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan yang
belum mampu dicapai oleh pasien

Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
(Nurarif & Kusuma, 2015a).
BAB 3

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Studi kasus

1. Pengkajian

Mahasiswa melakukan pengkajian pada pasien bernama Nn. D.W.B.diruangan

flamboyanpada hari senin, tanggal 2,no rekam medik 590818 pasien berjenis kelamin

perempuan, umur 20 tahun, agama islam,asal dari belu, dan bertempat tingal di kelapa

lima kota kupang, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga, pasien masuk rumah sakit dari

tanggal 21 mei 2020, jam 14.00 dengan diagnosa, media laparatomi ligagasi hipogastrika

post partum anemia dan hipoalbumin. Riwayat kesehatan, pasien mengatakan bahwa ia

biasanya melakukan pemeriksaan kehamilan di pustu kelapa lima dan juga klinik bersalin

senayak 4 kali riwayat obsterti: G1P1A0AH1. Riwayat keluhan utama,saat pengkajian,

pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, dan juga perineum ketika bergerak dan batuk,

skala nyeri 3-6 ( nyeri sedang ). pasien tambak meringgis kesakitan ketiak mengerakan

kaki dan juga pada saat batuk pasien juga mengeluh, pusing dan juga batuk- batuk

aktivitas pasien di bantu oleh perawat dan juga keluarga. Riwayat persalinan , pasien

mengatakan bahwa pasien melahirkan normal pada tanggal 21 mei 2020, di klinik

bersalin yang dibantu oleh dokter dan juga bidan. anaknya berjenis kelamin perempuan

dengan berat 3.200 gram, saat persalinan dilakukan pemotongan jalan lahir/

episotomi.Kemudian pasien mengalami perdarahan post partum terjadi disebkan karena

atonia uteri dan kemudian pasien dirujuk ke RSUD umum. Riwayat penyakit keluarga,

pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

dengannya. Dari pemeriksaan fisik ibu didapatkan : pemeriksaan umum : a. Keadaan

umum: pasien tampak lemah dan terpasang kateter,kesadaran GCS : 15 (E4V5M6 ),

pemeriksaan TTV didapatkan TD : 140/90 mmhg, nadi : 82x /menit, suhu: 36,7⁰c dan

pernafasan : 22x/menit. b. Kepala dan muka Pasien mengatakan merasa pusing bentuk
dan ukuran kepala normal Tidak terdapat luka atau lesi pada kepala dan leher,

pemeriksaan wajah simetris,

konjungtiva tampak pucat. Pasien tidak dapat melihat suatu benda yang jauh

dengan jelas dan tampak kabur sehingga menggunakan alat bantu penglihatan yaitu kaca

mata, tidak ada masalah pada telinga pasien dan pasien mampu mendengar dengan baik.

Pada pemeriksaan hidung, mulut dan tenggorokan tidak ditemukan masalah. Tetapi

mukosa bibir kering, bibir pecah-pecah.gigi putih, tidak ada caries gigi tapi gigi

berlubang terdapat pada graham yang kedua simetris, tidak ada lesi, ada serumen, tidak

ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakandi bagian leher. c. Bagian abdomen Pada bagian

dada saat dikaji bentuk payudara pasien tampak kotor dan juga keras, tidak ada puting

susu,tidak ada kolustrum dan payudara kotor sedangkan pada bagian perut pasien

terdapat luka operasi. d. Bagian ekstremitas Pada saat dikaji pasien tampak terbaring di

tempat tidur dengan semua aktivitas dibantu, pada bagian kaki pasien oedema. e. Sistem

reproduksi pada saat dikaji pasien terpasang kateter, terdapat luka antara jalan lahir juga

anus yaitu luka episiotomi, pada vulva terdapat lochea berwarna merah kecoklatan

jumlahnya sedikit dan tidak berbau tidak ada hemoroid dan pasien mengatakan terasa

nyeri. f. Kebutuhan dasar pasien, yaitu untuk nutrisi Sebelum sakit pola makan pasien

baik yaitu pasien makan 3 kali sehari tidak ada pantangan makanan,sering makan

makanan selingan seperti rotidan makanan ringan lainya. Perubahan saat sakit, pasien

mengatakan nafsu makan menurun kadang-kadang tidak menghabiskan porsi makanan

yang diberikan oleh petugas gizi. Kebutuhan cairan sebelum sakit pasien mengatakan

minum 7-8 gelas perhari,saat sakit asupan cairan diatur pasien diatur yaitu 1,5 liter

selama 24 jam. g. Pola eliminasi Sebelum sakit klien mengatakan, biasanya BAB 1x

sehari dengan konsistensi kadang padat dan kadang lembek, warna kuning

kecoklatan/hitam, bau khas feces. BAK 4 – 5 x/hari, tanpa ada kesulitan dalam proses
eliminasi, BAK dengan warna kekuningan, bau khas urine.Saat sakit ,klien mengeluh

sulit kencing (BAK), BAK sedikit-sedikit dan tidak lancer, klien mengatakan tidak

nyaman karena terpasang kateter dimana kadang-kadang urine tampungnya sebanyak 500

– 700 cc/hari, warna kuning jernih. BAB tidak pernah selama klien berada di Rumah

Sakit. h. Pola aktivitas sebelum sakit klien mengatakan dapat beraktivitas dengan baik

tanpa bantuan, klien dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara mandiri.

Saat sakit : pasien megatakan jarang bergerak selama berada di rumah sakit karena mersa

nyeri dibagian abdomen dan perineum dan pasien mengatakan ia terpasang kateter jadi

sulit untuk bergerak. i. Personal hygine pasien mandi satu kali sehari, gosok gigi 1 kali

sehari, ganti pakian 2 kali sehari yang dibantu oleh keluarga. j. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien mengatakan dapat tidur nyenyak tanpa ada ganguan tidur siang jam

12.00-13.30 sedangkan tidur malam 20.00-06.00.saat sakit pasien mengatakan kesulitan

dan suka terbangun tidur saat terasa nyeri dan batuk. k. Kenyamanan : Pasien mengatakan

nyeri pada bagian abdomen yang dioperasi dan juga pada bagian perineum lamanya nyeri

yaiti 15-20menit, skala nyeri yaitu 3-6 ( nyeri sedang) pasien juga mengatakan abdomen

sakit apabila batuk. Psikososial: pasien dan keluarga menerima kehadiran bayi tetapi

pasien mengalami perdarahan post partuml pengetahuan ibu tentang kesehatan bayi,

pasien mengatakan bahwa ia hanya tau cara memandikan pasien sedangkan untuk

perawatan tali pusat, payudara,nutrisi pada ibu dan bayi, imunisasi dan KB pasien tidak

tau.pendidikan kesehatan yang dibutuhkan yaitu: perawatan payudara, cara

menyusui,nutrisi bayi karena pasien belum memberikan asi eksluif kepada bayi imunisasi

dan juga keluarga berencana.Data spiritual : pasien beragama Kristen protestan, dan

mengikuti kebaktian dan juga kegiatan keagamaan digereja dan juga yakin terhadap

agama yang dianutnya. l. Data penunjang :pada tanggal 24, dilakukan tes

hemoglobin(hb): 5,6 g/dl ( nilai normal 12-16 g/dl )eritrosit : 2,40,hemotokrit : 19leukosit
: 14,58neutrofil : 80,5limfosit : 9,9monosit : 8,9, trombosit : 29 L nilai( normal 150-400

ribu)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan data-data yang dikaji dengan

menetapkan masalah, penyebab, dan data penunjang. Masalah keperawatan yang

ditemukan adalah: Diagnosa keperawatan yang pertama,data subjektif yaitu

Nn.D.W.T.mengalami mengalami perdarahan setelah melahirkan dan pasien tampak

pucat, mukosa kering dan tampak bengkak pada bagian kaki kiri dan kanan pasien, untuk

kebutuhan minum pasien juga diatur oleh perawat, hemoglobin pasien 4,6 g/dL. Dari

data-data tersebut dapat dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu

1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume tubuh secara

aktif akibat perdarahan.

2. Diagnosa keperawatan yang kedua, data subjektif yaitu data yang muncul yaitu

pasien menagatakan nyeri pada bagian abdomen yaitu luka operasi,dan juga

perineum saat pasien bergerak dan juga pada pasien batuk, skala nyeri 3-6 yaitu

nyeri sedang. dari data yang muncul dapat dirumuskan dignosa keperawatan

ganguan rasa aman nyaman :nyeri berhubungan dengan agens cidera fisik

(penekanan/kerusakan jaringan , infiltrasi).

3. Diagnosa keperawatan yang ketiga , yaitu data subjektif pasien mengatakan luka

belum diganti kasa dan terasa sakit. data objektif ditemukan adalah terdapat luka

operasi pada bagian perut pasien dan keadaan luka tersebut bernanah, selain itu

juga terdapat luka episiotomy pada jalan lahir pasien. dari data- data dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan resiko infeksi. d. Diagnosa keperawatan yang

keempat yaitu, data subjektif, pasien mengatakan tidak bisa mengerakan tubuh dan

juga duduk karena terasa sakit pada luka operasi, dan juga luka episetomy.selain itu
pasien juga mengeluh pusing. data objektifPasien juga mengalami perubahan dalam

aktivitas karena kelemahan fisik sehingga pasien hanya terbaring di tempat tidur

sehingga semua aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarga. Dari data-data

diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan hambatan mobilisasi fisik

berhubungan dengan agens cidera fisik.

3.1.3.Rencana keperawatan

Dalam intervensi keperawatan, peneliti menetapkan goal, objektif, rencana intervensi

dan rasional. Intervensi yang dibuat yaitu :

a. Diagnosa keperawatan pertama adalah kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan volume tubuh secara aktif akibat perdarahan dipilih menjadi

prioritas pertama karena dapat mengancam nyawa, maka goal dari diagnosa ini yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan volume

cairan selama dalam perawatan dan objektif dari diagnosa pertama yaitu dalam

jangka waktu 1 jam pasien menunjukkan criteria hasil TTV pasien dalam batas

normal meliputi : nadi normal ( 60 - 100 x / menit), pernapasan normal ( 16 - 24 x /

menit), tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 – 90). Membran mukosa

lembab, turgor kulit baik (elastis). Intervensi keperawatan yang dibuat dari diagnosa

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume tubuh secara

aktif akibat perdarahan yaitu awasi masukan dan haluaran, ukur volume darah yang

keluar melalui perdarahan R/ untuk membantu perkiraan keseimbangan cairan

pasien, hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang

mengalami pendarahan R/ untuk menghindari perdarahan yang berlebihan, Pantau

TTV R/ agar dapat mengindikasikan devisit volume cairan, evaluasi nadi perifer, dan

pengisian kapiler, kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa R/ untuk
mengetahui tanda dehidrasi, dan perhatikan keluhan haus pada pasien R/ untuk

mengetahui perubahan status cairan atau elektrolit, Kolaborasi berikan transfusi

darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi R/ untuk mengembalikan kehilangan

darah

b. Diagnosa kedua adalah Ganguan rasa aman nyaman: nyeri berhubungan dengan agen

cedera fisik, goal dari diagnosa ini yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

mampu mengurangi nyeri selama dalam masa perawatan dan objektif dari diagnosa nyeri

berhubungan dengan agen cedera biologis yaitu dalam jangka waktu 15 menit pasien

menunjukkan criteria hasil pasien menunjukkan kadar dan karakteristik nyeri, pasien

menilai nyeri dengan skala 1 – 10, pasien mencoba metode non farmakologis untuk

mengurangi nyeri, pasien menjelaskan intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri.

Intervensi keperawatan yang dibuat untuk diagnosa keperawatan nyeri berhubungan

dengan agen cedera biologis yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif :

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri R/ untuk mengetahui

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri, observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan R/ untuk mengetahui reaksi non verbal pasien, ajarkan teknik non

farmakologi : napas dalam, distraksi dan kompres hangat R/ untuk mengurangi nyeri,

kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi R/ untuk membantu mengurangi

nyeri, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik R/ untuk mengetahui

perubahan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik

c. Diagnosa ketiga adalah resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit

( penekanan/kerusakan jaringan ), goal dari diagnosa ini yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan tidak terjadi infeksi dan objektif dari diagnosa resiko infeksi berhubungan

perdarahan pervagina yaitu jangka waktu 2 x 24 jam pasien menunjukkan kriteria hasil

suhu tubuh dalam rentang normal (36,5oC - 37,5oC), tidak tampak tanda-tanda infeksi.
Intervensi keperawatan yang dibuat untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan

perdarahan pervagina yaitu kaji kondisi keluaran, yang keluar ; jumlah, warna dan bau R/

untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada dishart misalnya adanya warna yang lebih

gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi, lakukan perawatan vulva

R/ inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi,

kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi TKTP R/ nutrisi TKTP membantu

proses penyembuhan luka, kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi R/ untuk

mencegah terjadi infeksi.

d. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan cedera fisik ,goal setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat meningkatkan

kemampuan mobilisasi fisik,sesuai kemampuan. kriteria hasil yaitu:klien dapat

melakukan aktifitas ditempat tidur,klien mengerti tujuan dan peningkatan mobilisasi fisik

dan klien mampu mengungkapkan perasaan dalam meningkatkan kemampuan

berpindah.kaji TTV dan derajat mobilisasi pasien. R / mengetahui tingkat kemampuan

klien dalam melakukan aktivitas.bantu klien mulai latihan gerak dari posisi duduk.R /

untuk meningkatkan mobilisasi pasien secara bertahap.Anjurkan klien untuk tidur

kembali jikasaat duduk terasa nyeri. R/mencegah terjadinya redressing.Anjurkan klien

untuk merubah posisi 2 jam sekali. R / agar luka pasien tidak terinfeksi dan mencegah

terjadinya komplikasi.

3.1.4.Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan setelah perencanaan dirancang dengan baik.Tindakan

keperawatan dimulai pada tanggal 27 mei 2020. .pada hari pertama dilakukan

implementasi keperawatan dengan diagnosa, keperawatan untuk diagnosa yang pertama

adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara

aktif akibat perdarahan yang berlebihan, diagnosa yang kedua nyeri persalinan
berhubungan dengan agens cedera fisik dan juga diagnosa yang ketiga yaitu hambatan

mobilisasi fisik berhubungan denganagens cedera fisik dan juga melakukan perawatan

payudara. 1. tanggal 27 mei 2020

a. Pada diagnosa yang pertama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan volume secara aktif akibat perdarahan tindakan yang dilakukan adalah

( 07.15 ) observasi keadaan umum pasien (09. 00) melakukan pengukurang TTV dan

juga melayani pemberian cairan yaitu cairan RL , (10.15 ) member minum pada

pasien (12.15) melakukan pengukuran TTV Pasien TD: 140/90 mmHg, N:

82x/menit, S:37 ⁰C, RR : 20x/menit.

b. Diagnosa yang kedua yaitu Ganguan rasa aman nyaman: Nyeri berhubungan dengan

agens cedera fisik ( kerusakan jaringan) tindakan yang dilakukan adalah melakukan

pengkajian nyeri secara komperehenif yang meliputi lokasi, durasi, karakteristik,

freekuensi (07.00), observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai

ketidaknyamanan, ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya relaksasi

dan distraksi) (07.25), kolaborasi pemberian obat analgetik yaitu ketorolaks (11.00),

anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup, bantu pasien untuk mendapatkan

posisi yang nyaman, gunakan bantal untuk menopang area nyeri (11.05). pada

jam( 11.20) melaukan perawatan payudara pada pasien.

c. Diagnosa ketiga Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan penurunan

Hb, implementasi yang telah dibuat yaitu perlindungan infeksi: monitor adanya tanda

dan gejala infeksi kemerahan, nanah, bengkak secara sistemik dan lokal, monitor

kerentanan terhadap infeksi (07.35), batasi jumlah pengunjung yang sesuai, ajarkan

tindakan aseptik untuk pasien beresiko (08.00), observasi keadaan luka, melakukan

perawatan luka (08.15), anjurkan tingkatan asupan nutrisi yang cukup, kolaborasi

pemberian obat antibiotik, ajarkan pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
d. Diagnosa yang keempat yaitu hambatan mobilasi fisik berhubungan agens cidera

fisik tindakan yang dilakukan adalah ( 09.00 ) menganjurkan kepada pasien agar

membalikan badan kekiri dan kanan, ( 12 40) membantu pasien duduk. 2. Pada

tanggal 28 mei 2020 Dialnjutkan implementasi untuk setiap diagnosamengunakan

catatan perkembanganyaitu : a. Untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan akibat

perdarahan tindakan yang dilakukan yaitu( 08.30), melayani pemberian minum(11.00

) mengantikan cairan RL dengan cairan Nacl dan melakukan transfusi darah (12.00)

melakukan TTV yaitu TD: 140/90 mmHg, N: 92x/menit, S: 36,7⁰C.

e. Untuk dignosa Ganguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan agens cedera

fisik( kerusakan jaringan). ( 09.00) mengatur posisi pasien dan jugamengajarkan

teknik relaksasi batuk efektif dan juga nafas dalam).

f. diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan penurunan Hb,

pada jam (10.00) melakukan perawatan luka episotomi dan juga vulva hayige.

g. diagosa hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan agens cedera fisik.

(10.30)menganjurkan pasien untuk mengerakan badan kekiri dan kanan dan juga

menganjurkan pasienuntuk duduk untuk diagnosa hambatan mobilisasi fisik yaitu

menganjurkan kepada pasien untuk berjalan agar luka operasi pada bagian abdomen

cepat kering dan tidak infeksi.

Anda mungkin juga menyukai