PENDAHULUAN
salah satu gangguan mental yang umum dengan prevalensi seumur hidup
dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang
merupakan hal yang lazim dialami seseorang dan berkaitan dengan perasaan
homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan
berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa. Kemudian gejala
berkurang, sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang aneh-
tekanan darah, akibat dari adanya peningkatan adrenalin, kondisi ini dapat
menurunkan kecemasannya.
tekanan darah yang abnormal tinggi pada orang dewasa terjadi kalau
tekanan sistolik dalam posisi berbaring dan istirahat sama dengan atau lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih dari 90
mmHg.
Klasifikasi tekanan darah, dikatakan hipertensi stage 1 bila tekanan
hipertensi stage 2 bila tekanan darah lebih dari 150 mmHg dengan diastolik
lebih dari 100 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi, tekanan ini akan dapat
pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak 82 % dan pada usia 40 - 49 tahun
obat anti cemas tetapi bisa mengakibatkan efek kecemasan, terapi non
akan menurun.
Survey awal yang dilakukan peneliti bahwa data yang diperoleh dari
sebagia berikut : Tahun 2017 jumlah pasien yang mengalami hipertensi dan
2018, jumlah pasien hipertensi sebanyak 288 pasien .Di ruang nusa indah
Rumah Sakit dr. Sobirin pasien rawat inap dengan hipertensi pada bulan
hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas
Ruang Rawat Inap Nusa Indah Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi
hipertensi di Ruang Rawat Inap Nusa Indah Rumah Sakit dr. Sobirin
A. Rumusan Masalah
pasien hipertensi di ruang Rawat Nusa Indah Rumah Sakit dr. Sobirin
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
membaca.
3. Bagi Peneliti
pasien hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada
dari 120 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80 mmHg. Hipertensi
9
10
komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.
b. Hipertensi sekunder
(Andra, 2013).
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi
Sistolik Diastolik
Sumber: ESC,2007.
12
2.1.3 Etiologi
perifer. Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah
sekunder:
90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
c. Gangguan endokrin
adenoma adrenokortikal.
f. Kehamilan.
14
g. Luka bakar.
i. Merokok
2.1.4 Patofisiologi
ginjal.
plasma, curah jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh
2.1.5 Pathway
Elastisitas, arteriosklerosis
HIPERTENSI
Perubahan Struktur
Vasokonstriksi
Gangguan Sirkulasi
Kesehatan
Mk.
Kecemasan Vasokonstriksi Iskemi Diplopia
Ansietas Miocard
Mk.
Nyeri Gg Pola Sinkop
Kepala Tidur Afterload Nyeri DadaResti Injury
Meningkat
RisikoCeder
Nyeri Gg. Perfusi
Mk. Nyeri Mk. Risiko
Jaringan Mk. Penurunan Fatique
Akut Perfusi
CurahJantung
Curah Jantung
Serebral Tidak
Efektif
Aktivitas
Mk. Intoleransi
aktivitas
Skema 2.1
WOC HIPERTENSI
17
2.1.6 Manifestasi Klinis
bisa saja terjadi, baik pada penderita hipertensi mau pun pada seseorang
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak napas
f. Gelisah
2.1.7 Komplikasi
dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
berikut:
a. Jantung
b. Otak
c. Ginjal
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
d. Mata
anemia.
2. Kimia darah.
hipertensi.
3. Elektrolit
4. Urine
5. Radiologi
terapi.
atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, perlu
a. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
2) Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Psikososial
5) Riwayat Spiritual
6) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
keadaan klien.
serumen
kelenjar tyroid
8) Torak
1) Bronchial
24
2) Bronchovaskuler
3) Vaskuler
9) Abdomen
Inspeksi : Simetris
7) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan retina
kadar urin.
proses perawatan.
DiagnosisKeperawatan
Keamanan
Respirasi Nyeri & Kebersihan Interaksi dan Proteksi
Kenyamanan diri Sosial
Nutrisi dan
Pertumbuhan
Cairan
dan
perkembanga
Eliminasi
n
Aktifitas &
Istirahat
Neouro Sensori
Reproduksi dan
Seksualitas
kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosi ini disebut juga
27
hal : 6 ). Aktual
Negatif
Risiko
Diagnosis Keperawatan
Promosi
Positif Kesehatan
a) Diagnosis Aktual
b) Diagnosis Risiko
a) Masalah ( problem )
4 Intoleransi Aktivitas
5 Defisit Pengetahuan
Tabel 2.3. Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan
No Deskriptor Definisi
derajat
b) Indikator Diagnostik
( b ) Efek Terapi/Tindakan;
( d ) Maturasional.
diagnosis.
suatu proses yang sistematis yang tertdiri atas tiga tahap , yaitu analisis data,
Skema 2.4. Tahap Proses Penegakkan Diagnosis (Diagnostic Process) Diadaptasi dari: Axckley, Ladwig &
Makic (2017); Berman, Snydr & Ffrandsen (2015); Potter & Perry (2013)
31
Pada perawat yang telah berpengalaman, proses inindapat dilakukan secara
simultan , namun pada perawat yang belum memiliki pengalaman yang memadai
(a)Analisis Data
(b) IdentifikasiMasalah
aktual, risiko dan /atau promosi kesehatan. Pernyatan masalah kesehatan merujuk
Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan Tanda/gejala. Metode
penulisan ini hanya dilakuakn pada diagnosis aktual, dengan formulasi sebagai
berikut :
Masalahberhubungan denganPenyebabdibuktikan
denganTanda/Gejala
Frase „berhubungan dengan‟ dapat disingkat b.d dan „dibiktikan dengan‟ dapat
disingkat d.d.
Contoh penulisan :
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungfan dengan spasme jalan napas
dibuktikan dengaan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea, gelisah.
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi
Diagnosis Risiko
dan metode penulisan diagnosisnya dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.
berikut:
c. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah langkah ketiga dari proses
keperawatan.
sama dengan klasifikasi SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi
(a) Fisiologis
cairan/elektrilit
istirahat/tidur
Intervensi
Keperawatan
Keamanan
Respirasi Nyeri & Kebersihan Interaksi dan Proteksi
Kenyamanan diri Sosial
Aktifitas &
Istirahat
Skema 2.5. Klasifikasi Intervensi keperawatan indonesia (SIKI, 2018)
Neouro Sensori
Reproduksi dan
Seksualitas
(b) Psikologis
(c) Perilaku
(d) Relasional
(e) Lingkungan
satu kategori/subkategori.
Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga komponen yaitu
(a) Label
Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang merupakan kata
38
kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi keperawatan tersebut. Label
intervensi keperawatan terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali dengan
kata benda (nomina), bukan kata kerja (verba), yang berfungsi sebagai deskriptor
, yaitu :
No Deskriptor Definisi
12 Pengontrolan Mengendalikan
14 Promosi Meningkatkan
(b) Definisi
Komponen ini menjelaskan tentang makna dari label intervensi keperawatan.
Definisi label intervensi keperawatan diawali dengan kata kerja ( verba ) berupa
(c) Tindakan
Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh
kolaborasi ( berman et al, 2015 : potter & Perry, 2013 ; Saba , 2007 ; Wilkinson et
al, 2016 ).
-Tindakan Observasi
„kaji‟ karena serupa dengan tahap awal pada proses keperawatan dan agar tidak
-Tindakan Terapeutik
Tindakan yang secara langsung dapat berefek memulihkan status kesehatan pasien
-Tindakan Edukasi
dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru yang dapat mengatasi
„latih‟.
-Tindakan kolaborasi
40
Tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat lainnya maupun
Tindakan ini hanya dilakukan jika perawat memerlukan penanganan lebih lanjut.
„konsultasikan‟.
beberapa faktor sebagai berikut ( DeLaune & Ladner, 2011; Gordon,1994; Potter
diagnosis keperawatan. Jika etiologi tidak dapat secara langsung diatasi, maka
Perawat perlu mempertimbangkan waktu, tenaga /staf dan sumber daya yang
kepada pasien.
-Kemampuan Perawat
-Penerimaan pasien
Intervensi keperawtan yang dipilih harus dapat diterima oleh pasien dan sesuai
-Hasil Penelitian
pasien tertentu. Jika penelitian belum tersedia, maka perawat dapat menggunakan
skema 2.6.
Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
ketidakmampuan.
e. Evaluasi
klien.
2.2.1 Pengertian
(Muhammad, 2011).
2011).
Menurut Dave Elman “Hypsosis isA state of the mind in which the
orang tersebut hanya fokus pada satu ide tertentu dan mengabaikan
Menurut Budi & Rizali (2010) struktur dan proses hypnosis dalam
a. Pre-induksi/Pre-talk
data dan informasi klien, mengatasi rasa takut klien pada proses
mengena.
b. Tes Sugestibilitas
menuju alfa (rileks dan lebih fokus) atau teta (lebih rilkes dan
kondisi meditatif).
d. Deepening
yang dalam. Jika terjadi seperti itu maka sugesti positif yang
hipnotis yang dalam atau tidak. Hal itu dapat diketahui dari
tidak terasa tertahan maka berarti klien sudah rileks dan masuk
f. Sugesti/Afirmasi
g. Awakening/Emerge
masuk dalam kondisi hypnosis. Dalam hal ini, klien masuk fase
manusia.
yang dirasakan, akan diketahui. Rekaman bawah sadar yang salah atau
sembuh dengan sekali terapi. Tetapi, untuk kasus – kasus berat perlu
yang aktif. Agar proses terapi tepat sasaran, klien harus benar-benar
diantara :
a. Klien
hipnoterapi.
diharapkan.
c. Takut
dijalaninya.
e. Tidak percaya
f. Menutup-nutupi
didalam diri klien. Hal ini bisa dikarenakan ada bagian diri yang
tidak ingin zona nyamannya diganggu, atau ada khawatir aib nya
terbuka.
yang terjadi saat ini bukanlah hal baru. Namun demikian, penggunaan
52
pada saat ini. Hypnosis modern jauh lebih kuat daripada hypnosis
pernah merasakan mual atau muntah seperti lazim yang di alami oleh
klien kemoterapi.
kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini
masa lampau atau past life regression untuk mengobati trauma dengan
Sebuah riset lain dilakukan oleh Carol Ginandes, Ph.D., dan kawan –
dapat menurunkan berat badan. Yang satu ini sudah dibuktikan oleh
secara terpisah atau digabung satu sama lain sesuai dengan situasi,
a. Ideomotor Response
“tidak tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu jari
b. Hypnotic Regresion
feeling connection.
c. Systematic Desensitization
d. Implosive Dsensitization
sekarang.
g. Gestalt Therapy
permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta
luka batin.
57
h. Rewriting History (Reframing)
Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan informed
kondisi trance (rileks yang dalam). Teknik ini hanya efektif bila
l. Verbalizing
menjadi sangat kuat daripada bila hal yang sama diucapkan oleh
terapis.
m. Direct Suggestion
bijaksana. Dalam teknik ini klien dibantu oleh inner guide untuk
menyelesaikan masalah.
p. Part Therapy
q. Dream Therapy
b. Medical Hypnosis
c. Comedy Hypnosis
d. Forensic Hypnosis
tentang kejadian tersebut agar tidak bisa diingat oleh pikiran sadar.
maka trauma dan rasa takut akan muncul tanpa sebab. Dengan
meminta pasien untuk fokus pada saat pasien dalam keadaan cemas.
waktu sejenak untuk bernapas dan bersihkan kepala Anda lalu atasi
masalahnya.”
pasien mengatasinya.
zat kimia adrenal dan kortisol yang tinggi dalam aliran darah
hati sembari menyakini bahwa hal itu pasti akan terjadi. Dengan
62
kecemasan yang normal dan wajar serta tetapsehat dan tekanan darah
menit kemudian, buka mata. Perasaan hati akan terasa segar dan
64
BAB III
METODE
PENELITIAN
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal dapat
Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang pasien di ruang rawat inap
Kriteriainklusi
90 mmHg.
penerapan hipnoterapi.
intervensi hipnoterapi.
sugesti klien.
data atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau
subjek.
harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera,
DAFTAR PUSTAKA
Ady Irianto DS& Sri Puguh Kristiyawati, 2014. tentang Pengaruh Hipnoterapi
terhadap penurunan tingkat kecemasanpada pasien yang menjalani
kemoterapiDi RS telogorejoSemarang.
Andra, 2013. Teori hipertensi. Diakses dari http://mufidah.co.id/teori-
hipertensi.html. Dibuka pada 15 Maret 2019.
Banon dkk, 2014, Efektivitas terapi hipnotis lima jari untuk menurunkan tingkat
ansietas pasien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
terapi hipnotis lima jari dalam menurunkan tingkat ansietas pasien
hipertensi di Kelurahan Pisangan Timur Jakarta Timur.
Bobi Ahmad Sahid,Achmad Setya Roswendi, R. Acep Hasan,2013. Efektifitas
Hipnoterapi Terhadap Perubahan Tingkat kecemasan Pada Pasien
Praoperatif Apendisitis Diruang Bedah Wanita Rumah Sakit Dustira
Cimahi
Budi, Prabowo Prasetyo & Rizali, Erwin. 2010. Cara Cepat Menguasai Hypno
Healing Hipnosis untuk Penyembuhan. Yogyakarta :
Evangelista 2016, Pengaruh hipnosis lima jari terhadap tingkat kecemasan pasien
sirkumsisi di tempat Praktik Mandiri Mulyorejo Sukun Malang.Grafina
Mediacipta Cv
Evelina Debora Damanik, Faculty of Psychology, University of Indonesia,
Indonesia
Fitri, Alia Nur. 2013. Hipnoterapiku Sukses. (http://hipnoterapiku.com/hipnotera-
piku-sukses-part-i // diakses pada 08 Maret 2017)
Friedman. 2013. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kartika 2013. Bahaya hipertensi, Jakarta: Buku panduan bagi Puskesmas.
Keliat, B.A. 2011,& Videbeck, 2008. Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Muhammad As‟adi. 2011. Melakukan Hinoterapi agar Daya Ingat Anda Sekuat
Cakram. Yogyakarta : DIVA Press
Journal
70
SOP HIPNOTERAPY
1. PENGERTIAN Hypnotherapy adalah suatu metode dimana
pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi,
dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini
tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran
bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar,
sehingga yang bersangkutan cenderung lebih
mudah untuk menerima sugesti penyembuhan
yang diberikan.
1. Fisik
2. Masalah Emosi
3. Masalah Perilaku
3. INDIKASI 1. Meningatkan mental klien (kepercayaan diri,
menghilangkan trauma, mengurangi phobia)
2. Menyembuhkan psikosomatis klien (alergi,
asma)
3. Membantu proses penyembuhan
klien(kanker, aids)
4. KONTRAINDIKASI 1. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang,
gaduh gelisah, misalnya pada psikosisakut
sehingga tidak dapat dilakukan kontak
psikis dengan subjek.
2. Seseorang yang dalam keadaan tidak
mengerti apa yang akan dilakukan,
misalnya pada orang imbesil atau dimensia. P
ada mereka tidakdapat dilakukan hipnotis
dengan cara apapun.
72
A. Pre induction
1. Klien dan penghipnotis memperkenalkan diri
2. Menganjurkan klien untuk menceritakan keluhan yang sedang
dialami
3. Memberikan berbagai pemecahan masalah yang dapat diambil
4. Menjelaskan hipnoterapi secara singkat, jelas, dan mudah dipahami
5. Meminta persetujuan klien dan memberikan inform consent pada
klien untuk dilakukan hipnoterapi
6. Melakukan tes subjektifitas
a. Anjurkan klien duduk dengan nyaman
73
E. Termination
1. Kaji respon klien
Membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh seorang Client
lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengan proses hitungan
beberapa detik untuk membawa Client ke kondisi normal kembali.
Contoh: “Kita akan mengakhiri sesi Hypnotherapy ini … saya akan
menghitung dari 1 sampai dengan 5, dan tepat pada hitungan ke-5
nanti, silakan anda bangun dalam keadaan sehat dan segar, dst.
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan reinforcement positif
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
76
Dokumentasikan tindakan: