Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

“ Asuhan Keperawatan Pada Remaja Dengan Penyalahgunaan Napza“

Di Buat Oleh :

Ali Ababil (PO71202220006)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/20


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan dengan Penyalahgunaan
NAPZA”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami


hambatan dan kesulitan, tapi berkat bimbingan dari semua pihak maka
makalah ini dapat terselesaikan, Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah
wawasan dalam asuhan keperawatan pada pasien penyalahgunaan napza

Jambi , 30 Juli 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit retrovirus
yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan menisfetasi neurologis. HIV/AIDS merupakan
salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas
dari HIV/AIDS. Epidemiologi HIV pertama diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV
terhadap sumber daya penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus
berkembang.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
mana masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terumata otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat kompleks yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian
besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran di jalur ilegal akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat
luas khususnya generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit perdagangan
gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor.
(Kemenkes RI, 2014).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis,
serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004)
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh
orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau
NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Narkoba berasal dari bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh, dan
dungu. Menurut Farmakologi medis yaitu “Narkotika adalah obat yang dapat
menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari Visceral dan dapat menibulkan efek
stupor (bengong masih sadar namum masih harus digertak) serta adiksi (Derman Flavianus,
2006 : I)
NAPZA adalah kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik
dan psikologi. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 yang dimaksud NARKOTIKA
meliputi :
1)      Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat, dll.
2)      Golongan Kanabis : Ganja, Hashish.
3)      Golongan Koka : Kokain, Crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (Etil-alkohol). Psikotropika
menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi : ecstasy, shabu-shabu, Isd, obat
penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Zat Adiktif lain termasuk inhalansia
(aseton, thinner car, lem atau glue), nikotin (tembakau), kafein (kopi).
NAPZA tergolong zat psikoaktif. Yang dimaksud zat psikoaktif adalah zat yang
terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan,
pikiran, persepsi, dan kesadaran.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

Setiap melakukan pengkajian, tulis tanggal pengkajian, tanggal dan tempat klien dirawat.

1. Identitas Klien

Identitas klien yang perlu di tulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur (biasanya pada usia
produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA),
pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah), status
(belum menikah, menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat

2. Data Demografi

Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga.

Jelaskan: Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan dan ketertekanan itu
dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah: 1) Keluarga yang tidak utuh: orang tua
meninggal, orang tua cerai, dll, 2) kesibukan orang tua, 3) hubungan interpersonal dalam
keluarga tidak baik

3. Keluhan Utama

Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA. Alasan masuk tanyakan pada
keluarga klien.

4. Riwayat Penggunaan Zat Sebelumnya

Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika, psikotropika atau zat adiktif
lainnya sebelumnya.
5. Riwayat Pengobatan

Tanyakan pada klien dan keluarga apakah klien sudah mendapatkan terapi dan rehabilitasi.
Biasanya klien yang telah mendapatkan terapi sebagian besar akan mengulangi kebiasaannya
menggunakan NAPZA

6. Faktor Predisposisi

Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/ pengguna NAPZA,
baik dari pasien maupun keluarga seperti: Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial
kultural

7. Faktor Presipitasi

Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:

a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan (resiko relatif
untuk terlibat NAPZA 81,3%)

b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress

c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti

d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman

e. Kompleksitas dari kehidupan modern

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai kondisi yang disebut
intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan dan
kesadaran.

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : hipotensi/normal Nadi : takikardi

Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan elektrolit


Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada

Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun Keluhan fisik : nyeri sendi,
otot dan tulang

9. Psikososial

Klien dengan pengguna napza akan mengalami perubahan dalam kehidupan individualnya baik
yang bersifat psikologik maupun kehidupan social seperti:

a. Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok

b. Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka begadang

c. Selera makan berkurang

d. Banyak mengurangi diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena
takut ketahuan, dan menolak makan bersama

e. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong

f. Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan

10. Konsep Diri

a. citra tubuh : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja

b. Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri

c. Peran: klien meruapakan anak keberapa dari berapa saudara

d. Ideal diri :Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya

e. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya


11. Hubungan Sosial

Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena
takut ketahuan, dan menolak makan bersama. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota
keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong

12. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.

b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA

13. Status Mental

a. Penampilan

Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya

b. Pembicaraan

Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat atau membisu

Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohong atau memanipulasi keadaa,
bengong/linglung

c. Aktivitas Motorik

1) Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan kesadaran)

2) Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah, tidak dapat
dikontrol), tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang)

d. Afek Dan Emosi

1) Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran

2) Emosi : klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya memiliki emosi yang berubah-ubah
(cepat marah, depresi, cema, eforia)

e. Interaksi Selama Wawancara


Kontak mata kurang dan cepat tersinggung. Biasanya klien akan menunjukkan rasa curiga

14. Persepsi

Biasanya klien mengalami halusinasi

15. Proses Piker

Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga menunjukkan tangensial.
Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan
asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.

16. Isi Piker

Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin menyebabkan paranoid sehingga
menunjukkan perilaku phobia. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya

17. Tingkat Kesadaran

Menunjukkan perilaku bingung, disorientasi dan sedasi akibat pengaruh NAPZA.

18. Memori

Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan menunjukkan


gangguan daya ingat jangka pendek.

19. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja mengalami
penurunan berhitung.

20. Kemampuan Penilaian

Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik. Gangguan kemampuan
penilaian dapat ringan maupun bermakna.

21. Daya Tilik Diri


Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar dirinya

3.2. Diagnosa

1. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi sensori persepsi


3.3. Intervensi
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Risiko Bunuh Diri TUM:
Klien tidak melakukan 1.1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1. Perkenalkan diri dengan klien
percobaan bunuh diri menunjukkan rasa senang, ada 1.1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar
TUK: kontak mata, mau berjabat tangan, dan tidak menyangkal.
1. Klien dapat membina mau menyebutkan nama, mau 1.1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
hubungan saling percaya menjawab salam, klien mau duduk 1.1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
berdampingan dengan perawat, mau 1.1.5. Temani klien saat keinginan mencederai
mengutarakan masalah yang diri meningkat.
dihadapinya

2. Klien dapat terlindung 2.1. 2.1.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat
dari perilaku bunuh diri membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
2.1.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang
dan selalu terlihat oleh perawat.
2.1.3. Awasi klien secara ketat setiap saat
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengekspresikan 3.1.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
mengidentifikasi penyebab perasaannya 3.1.2. Bersikap empati untuk meningkatkan
keinginan ungkapan keraguan, ketakutan dan
bunuh diri keputusasaan.
3.1.3. Beri dorongan untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapannya.
3.1.4. Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3.1.5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengatasi 4.1.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
meningkatkan harga diri keputusasaannya mengatasi keputusasaannya.
4.1.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
individu.
4.1.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber
harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan,
hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat melakukan kegiatan 1.1.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi
menggunakan koping yang menyenangkan pengalaman-pengalaman yang
yang adaptif menyenangkan setiap hari (misal : berjalan- jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
5.2.1. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai
5.2. Klien dapat menahan untuk dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap
bunuh diri dengan memikirkan kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
orang-orang yang ia sayangi kegagalan dalam kesehatan.
5.3.1. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada
orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau
5.3. Klien dapat berbagi pengalaman penyakit yang sama dan telah mempunyai
mengenai masalah atau penyakit pengalaman positif dalam mengatasi masalah
yang sama pada orang lain tersebut dengan koping yang efektif
dengan koping yang efektif
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2 Risiko Perilaku TUM:
Mencederai diri Klien tidak mencederai diri
berhubungan dengan sendiri,orang lain dan
perilaku kekerasan lingkungan
TUK: 1.1. Klien mau membalas salam 1.1.1. Beri salam/panggil nama
1. Klien dapat membina 1.2. Klien mau menjabat tangan 1.2.1. Sebut nama perawat sambil jabat tangan
hubungan saling percaya 1.3. Klien mau menyebutkan nama 1.3.1. Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4. Klien mau tersenyum 1.4.1. Jelaskan tentang kontak yang akan dibuat
1.5. Klien mau kontak mata 1.5.1. Beri rasa aman dan sikap empati
1.6. Klien mau mengetahui 1.6.1. Lakukan kontak singkat tetapi sering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1. Klien mengungkapkan 2.1.1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perasaannya perasaannya
penyebab perilaku 2.2. Klien dapat mengungkapkan 2.2.1. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan penyebab perasaan jengkel/kesal perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengungkapkan 1.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi tanda dan perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
gejala perilaku kekerasan jengkel/marah
3.2. Klien dapat menyimulkan 1.1.2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala jengkel/kesal perilaku kekerasan pada klien
yang dialaminya 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda dan
gejala jengkel /kesal yang dialami klien
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengungkapkan 4.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
kekerasan yang bias dilakukan biasa dilakukan (verbal, pada orang lain, lingkungan dan pada diri
sendiri)
4.2. Klien dapat bermain peran sesuai 4.2.1. Bantu klien bermain peran sesuai dengan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan
4.3. Klien dapat mengetahui cara 4.3.1. Bicarakan dengan klien, apakah dengan
yang biasa dilakukan untuk cara yang klien lakukan masalahnya selesai
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat 1. Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat dari cara yang digunakan klien: yang dilakukan klien
perilaku kekerasan - Akibat pada klien sendiri 5.1.2. Bersama klien menyimpulkan akibat
- Akibat pada orang lain dari cara yang dilakukan oleh klien
- Akibat pada lingkungan 5.1.3. Tanyakan kepada klien “apakah ia
ingin mempelajari cara baru yang
sehat?”
6. Klien dapat 6.1. Klien dapat menyebutkan 1.1.1. Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan cara contoh pencegahan perilaku biasa dilakukan klien
fisik untuk mencegah kekerasan secara fiik 1.1.2. Beri pujian atas kegiatan fisik yang
perilaku kekerasan - Tarik napas dalam biasa dilakukan klien
- Pukul kasur dan bantal 1.1.3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
- Dll: kegiatan fisik mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas
dalam dan pukul kasur serta bantal
6.2. Klien dapat 1.2.1. Diskusikan cara melakukan tarik
mendemonstrasikan cara fisik nafas dalam dengan klien
untuk mencegah perilaku 1.2.2. Beri contoh kepada klien tentang
kekerasan cara menarik nafas dalam
1.2.3. Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan sebanyak 5 kali
1.2.4. Beri pujian positif atas kemampuan
klien mendemonstrasikan cara menarik
napas dalam
1.2.5. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1.2.6. Anjurkan klien untuk menggunakan
cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel
1.2.7. Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di
6.3. Klien mempunyai jadwal untuk pertemuan yang lain
melatih cara penegahan fisik 6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai
yang telah dipelajari frekuensi latihan yang akan
sebelumnya dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih
cara yang telah dipeajari
6.4. Klien mengevaluasi 6.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuannya dalam cara pencegahan perilaku kekerasan
melakukan cara fisik yang telah dilakukan denngan mengisi
sesuai jadwal yang telah jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
disusun 6.4.2. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4. tanyakan kepada klien: “apakah kegiatan
cara pencegahan perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”
7. klien dapat 1. klien dapat menyebutkan cara 7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
mendemonstrasikan cara bicara (verbal) yang baik 7.1.2. berikan contoh cara bicara yang baik:
social untuk mencegah dalam mencegah perilaku - meminta dengan baik
perilaku kekerasaan kekerasan - menolak dengan baik
- meminta dengan baik - mengungkapkan perasaan dengan baik
- menolak dengan baik
- mengungkapkan perasaan
dengan baik
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
7.2. klien dapat 7.2.1. minta klien mengikuti contoh cara bicara
mendemonstrasikan cara verbal yang baik:
yang baik - meminta dengan baik: “saya
minta uang untuk beli makan”
- menolak dengan baik: “maaf,
saya tidak dapat melakukannya
karena ada kegiatan lain”
- mengungkapkan perasaan dengan
baik: “saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan”
7.2.2. minta klien mengulang sendiri
7.2.3. beri pujian atas keberhasilan klien

7.3. klien mempunyai jadwal 7.3.1. diskusikan dengan klien tentanng waktu dan
untuk melatih cara bicara yang kondisi cara bicara yang dapat diatih di ruangan,
baik misalnya: meminta obat, baju, dll.; menolak ajakan
merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan
kekesalan kepada perawat.

7.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan


cara bicara yang baik dengan mengisi
7.4. klien melakukan evaluasi jadwal kegiatan (self-evaluation)
terhadap kemampuan cara 7.4.2. validasi kemampuan klien dalam
bicara yang sesuai dengan melaksanakan latihan
jadwal yang telah disusun 7.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien.
7.4.4. tanyakan kepada klien: “bagaimana perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik? Apakah
keinginan marah berkurang?”
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
8. klien dapat 8.1. klien dapat menyebutkan 8.1.1. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang
mendemonstrasikan cara kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
spiritual untuk mencegah biasa dilakukan
perilaku kekerasan
8.2. klien dapat 8.2.1. bantu klien menilai kegiatan ibadah
mendemonstrasikan cara yang dapat dilakukan di ruang rawat
ibadah yang dipilih 8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah
yang akan dilakukan
8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan
kegiatan ibadah yang dipilih
8.2.4. beri pujian atas keberhasilan klien

8.3.1. diskusikan dengan klien tentang


8.3. klien mempunyai jadwal waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
untuk melatih kegiatan ibadah 8.3.2. susun jadwal kegiatan untuk melatih
kegiatan ibadah

8.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan


8.4. klien melakukan evaluasi kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal
terhadap kemampuan kegiatan harian (self-evaluation)
melakukan kegiatan ibadah 8.4.2. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
8.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien.
8.4.4. tanyakan kepada klien: “bagaimana perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah berkurang?”
9. klien dapat 9.1. klien dapat menyebutkan jeins, 9.1.1. diskusikan dengan klien tentang jenis obat
mendemonstrasikan kepatuhan dosis, dan waktu minum obat yang diminumnya (nama, warna,
minum obat serta manfaat dari obat itu besarnya); waktu minum obat )jika 3 kali:
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
untuk mencegah perilaku (prinsip 5 benar: benar orang, benar pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat
kekerasan obat, dosis, waktu dan cara 9.1.2. diskusikan dengan klien tentang
pemberian) manfaat minum obat secara teratur:
- beda perasaan sebelum minum obat
dan sesudah minum obat
- jelaskan bahwa dsis hanya boleh
diubah oleh dokter
- jelaskan mengenai akibat minum
obat yang tidak teratur, misalnya
penyakitnya kambuh

9.2. klien mendemonstrasikan 9.2.1. diskusikan tentang proses minum obat:


kepatuhan minum obat - klien meminta obat kepada perawat
sesuai jadwal yang (jika dirumah sakit), kepada
ditetapkan keluarga (jika di rumah)
- klien memeriksa obat sesuai dosisnya
- klien meminum obat pada waktu yang
tepat.
9.2.2. susun jadwal minum obat bersama klien

9.3.1. klien mengevaluasi pelaksanaan inum


9.3. klien mengevaluasi obat dengan mengisi jadwal kegiatan
kemampuannya dalam harian
memenuhi minum obat 9.3.2. validasi pelaksanaan minum obat klien
9.3.3. beri pujian atas keberhasilan klien
9.3.4. tanyakan kepada klien: :bagaimana
perasaan klien dengan minum obat
secara teratur? Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
10. klien dapat mengikuti 10.1. klien mengikuti TAK: 10.1.1. anjurkan klien untuk ikut TAK:
TAK: stimulasi persepsi stimulasi persepsi stimulasi persepsi pencegahan perilaku
pencegahan perilaku pencegahan perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan 10.1.2. klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan
(kegiatan tersendiri)
10.1.3. diskusikan dengan klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4. fasilitas klien untuk mempraktikkan
hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas
keberhasilan

10.2. klien mempunyai jadwal 10.2.1. diskusikan dengan klien tentang


TAK: stimulasi persepsi jadwal TAK
pencegahan perilaku 10.2.2. masukkan jadwal TAK ke dalam
jadwal kegiatan harian klien

10.3. klien melakukan evaluasi 10.3.1. klien mengevaluasi pelaksanaan TAK


terhadap pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian
10.3.2. validasi kemampuan klien dalam
mengikuti TAK
10.3.3. beri pujian atas kemampuan mengikuti
TAK
10.3.4. tanyakan kepada klien: “bagaimana
perasaan klien setelah ikut TAK?”
11. klien mendapatkan 11.1. keluarga dapat 11.1.1. identifikasi kemampuan keluarga dalam
dukungan keliarga dalam mendemonstrasikan cara merawat merawat klien sesuai dengan yang telah
melakukan cara pencegahan klien dilakukan keluarga terhadap klien
perilaku selama ini
kekerasan 11.1.2. jelaskan keuntungan peran serta keluarga
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dalam merawat klien
11.1.3. jelaskan cara-cara merawat klien:
- terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
- sikap dan cara bicara
- membantu klien mengenal penyebab
marah dan pelaksanaan cara pencegahan
perilaku keekrasan
11.1.4. bantu keluarga mendemonstrasikan
cara merawat klien
11.1.5. bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
11.1.6. anjurkan keluarga mempraktikannya
pada klien selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang ke rumah
BAB IV
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Tinjauan Kasus

Sdr “I” adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn “M” dan Ny
“T”. Sdr “I” dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki diikat karena
ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan emosi. 2 hari sebelum
masuk rumah sakit Sdr “I” mengkonsumsi obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan
ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70
mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5oC, RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.

4.1. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA Tinggal dirawat: 10 April 2022
A. Identitas
Nama klien : Sdr. I Tanggal Pengkajian : 11 April 2022
Umur : 18 tahun Nomor RM : 251107
Pendidkan : SMA Alamat : sipin

A. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam keadaan tangan
diborgol dan kaki diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan
emosi
B. Keadaan Saat Masuk
Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska penyalahgunaan obat
dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang 2 hari sebelum MRS
C. Pemakaian Terakhir
Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja 1 batang dengan
cara di hisap, terakhir tanggal 10 April 2022
D. Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan pernah di rawat di PKJM selama 1 bulan dan mendapatkan
rehabilitasi rohani dan medik.

E. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ jambi, klien pernah di rawat selama 1 bulan di RSJ
Jambi . Saat pulang kembali bergabung dengan teman-teman yang dulu. Dan
mengulangi perbuatan hal yang sama (miras dan penyalahgunaan obat dextro). Pada
tahun 2015 klien mengaku pernah di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien
dirumah sering ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak disetujui
keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
-Mekanisme Koping Individu inefektif
F. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya yang mengatakan
pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien mencoba pil tersebut saat punya
masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif

G. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital = TD: 110/70 mmHg, N: 99 x/menit, S:
36,5oC, RR: 20 x/menit
b. Ukur = TB: 164 cm BB: 56 kg
c. Keluhan Fisik = klien mengatakan tidak ada keluhan
H. Psikososial
a. Genogram

i. Pola asuh : klien mengatakan sejak kecil sampai sekarang


diasuh oleh ibunya
ii. Pola komunikasi : klien mengatakan biasanya jika ada
masalah dia tidak pernah menceritakan kepada orang tuanya
melainkan selalu menceritakan masalahnya dengan teman-
temannya.
iii. Pengambilan keputusan : klien mengatakan ketika ada
masalah dalam keluarga/hal apa saja yang mengambil keputusan
pasti bapak
Diagnosa Keperawatan: koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
I. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun sekarang berat
badannya berkurang.
b. Peran
Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 18 tahun yang biasanya sekolah dan
bermain dengan teman-teman
c. Identitas
Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien bangga dengan
identitas menjadi laki-laki
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama kelurga dan berhenti mengkonsumsi
obat-obatan terlarang. Klien ingin segera kembali sekolah.
e. Harga diri
Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti karena saya dibawa kesini
dengan kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya merasa tetangga selalu berfikir
negatif.
1. Diagnosa keperawatan: harga diri rendah

J. Hubungan sosial
a. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien menganggap hanya
teman-temannya yang dapat mengerti klien.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat


Klien mengatakan kadang-kadang saja ikut kumpul dengan tetangga tetapi lebih banyak
kumpul dengan teman main.
Di RS klien selalu megikuti program-program yang sudah di rencanakan seperti keruang
rehabilitasi untuk bermusik dan melakukan sholat berjama’ah.

c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain


Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain terbukti saat
perkenalan klien mampu memulai percakapan walaupun hanya bertanya sedikit dengan
tempat asal.

Diagnosa Keperawatan: -

K. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
b. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ. Saat dirumah, klien
mengatakan sholatnya bolong-bolong.
Diagnosa keperawatan: -
L. Status mental
a. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut disisir rapi
Diagnosa Keperawatan: -
b. Pembicaraan
Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti dengan volume suara
lembut.
Diagnosa Keperawatan : -
c. Aktivitas motorik / psikomotor
i. Kelambatan
Klien tidak mengalami keterlambatan aktivitas motorik/ psikomotor, terbukti ketika
klien melakukan aktivitas rutin seperti tepat jam rehab, sholat dan makan, klien mampu
melakukan tanpa disuruh.
ii. Peningkatan
Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam, terkadang klien terlihat mondar mandi.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
d. Afek dan Emosi
i. Afek
Afek klien dangkal/datar, terbukti saat klien ditanya kenapa sampai menggunakan obat
terlarang, klien hanya menampakkan ekspresi datar dan menjawab pertanyaan secara
singkat dan menunduk.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
ii. Emosi
Klien cemas, terbukti saat ditanya tentang perasaan klien setelah membuat keluarga
kecewa saat ini, klien mengatakan kasian dan cemas dengan keadaan keluarganya.
Terbukti ekspresi wajah klien menunduk, cemas, bicara klien lebih pelan dan pada saat
pemeriksaan fisik nadi teraba cepat (N: 99x/mnt).
Diagnosa Keperawatan : Ansietas.
e. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, terbukti saat wawancara klien selalu memandang ke objek lain,
tidak mampu menatap lawan bicara dan klien selalu menunduk. Akan tetapi seketika
klien mampu memulai pembicaraan seperti menanyakan “Sedang apa? “Apa kabar?”
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

M. Persepsi
a. Halusinasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca inderanya. Klien mengatakan
tidak mendengar bisikan aneh ataupun hal-hal aneh pada penglihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan.
b. Ilusi
Klien mampu melihat hal yang dilihat sesuai dengan kenyataan, terbukti klien
mengatakan hal yang dilihat adalah pohon belimbing dan kenyataannya adalah pohon
belimbing.
c. Depersonalisasi
Klien awalnya merasa asing pada lingkungan di RSJ ini tapi tidak pada diri sendiri
maupun orang lain.
d. Derealisasi
Klien menilai lingkungannya adalah nyata.
Diagnosa Keperawatan :-

N. Proses pikir
a. Arus Pikir
Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, “Kenapa sampai mau diajak teman
untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras?” klien
menjawab singkat dan jelas “Karena saya ingin mencoba/ingin tau, dirasakan enak ya
saya lanjutkan”
Diagnosa Keperawatan : -
b. Isi Pikir
Isi pikiran klien obsesif, terbukti klien sering mengeluhkan klien ingin cepat pulang,
karena ingin berkumpul dengan keluarganya.
c. Bentuk Pikir
Bentuk pikiran klien realistik terbukti saat ditanya tentang anggota keluarganya,
klien mengatakan merupakan anak tunggal.
Diagnosa Keperawatan : -

O. Tingkat Kesadaran
a. Secara Kuantitatif: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
b. Secara Kualitatif : Klien mampu berorientasi baik dengan waktu, seperti waktu
makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu berorientasi dengan tempat dan
lingkungannya seperti tempat tidur dan tempat rehabnya. Klien mau merubah
posisi duduknya yang semula kakinya di atas kursi menjadi diturunkan ketika
ditegur.
Diagnosa Keperawatan : -

P. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien dibawa ke RSJ dan aktivitas yang
dilakukan dari saat bangun tidur sampai tidur siang.
Diagnosa Keperawatan : -

Q. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Saat klien diajak berbicara dengan topik “Apa kesan dan pesan saat di sini? Klien
dapat menjawab dengan baik, dan saat di minta menjawab soal berhitung (11+4-2=..)
klien dapat menjawab dengan benar yaitu

13 Diagnosa Keperawatan :-
Analisis Data
Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
Ds: - Klien mengatakan selalu mengancam
10/04/22 ibunya jika tidak diberi uang dengan ancaman
11.00 tidak mau pulang.
WIB - Menurut status, klien mengancam sambil Resiko Perilaku
membawa parang dan marah-marah Kekerasan
Do: Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam,
terkadang klien terlihat mondar mandir.
Ds: Klien mengatakan saya merasa malu saat
10/04/22 pulang nanti karena saya dibawa kesini dengan
11.00 kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya Harga diri rendah
WIB situasional
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Do: Afek klien dangkal/datar, klien hanya
menampakkan ekspresi datar dan menjawab
pertanyaan secara singkat dan menunduk

Pohon Masalah

Risiko Perilaku

Gangguan Konsep
Diri: HDR
4.2. Diagnosa
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: HDR
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Risiko Perilaku TUM:
Mencederai diri Klien tidak mencederai diri 1. Klien mau membalas salam 1. Beri salam/panggil nama
berhubungan dengan sendiri,orang lain dan 2. Klien mau menjabat tangan
3. Klien mau menyebutkan nama 2. Sebut nama perawat sambil jabat tangan
perilaku kekerasan lingkungan
TUK: 4. Klien mau tersenyum 3. Jelaskan maksud hubungan interaksi
1. Klien dapat membina 5. Klien mau kontak mata
hubungan saling percaya 6. Klien mau mengetahui 4. Jelaskan tentang kontak yang akan dibuat
nama perawat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tetapi sering
2. Klien dapat 1. Klien 1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku perasaannya 2. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan 2. Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
penyebab perasaan
jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa
mengidentifikasi tanda dan mengungkapkan yang
gejala perilaku kekerasan perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
jengkel/marah
2. Klien dapat menyimulkan 2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
jengkel/kesal yang 3. Simpulkan bersama klien tanda dan
dialaminya gejala jengkel /kesal yang dialami
klien
4. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
mengidentifikasi perilaku mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada
kekerasan yang bias dilakukan kekerasan yang biasa orang lain, lingkungan dan pada diri sendiri)
dilakukan 2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan

2. Klien dapat bermain peran


sesuai
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan
3. Klien dapat mengetahui 3.Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara
cara yang biasa yang klien lakukan masalahnya selesai
dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat Klien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat dari cara yang digunakan klien: yang dilakukan klien
perilaku kekerasan - Akibat pada klien sendiri 2. Bersama klien menyimpulkan akibat
- Akibat pada orang lain dari cara yang dilakukan oleh klien
- Akibat pada lingkungan 3. Tanyakan kepada klien “apakah ia
ingin mempelajari cara baru yang
sehat?”
6. Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1. Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan cara contoh pencegahan perilaku biasa dilakukan klien
fisik untuk mencegah kekerasan secara fiik 2. Beri pujian atas kegiatan fisik yang
perilaku kekerasan - Tarik napas dalam biasa dilakukan klien
- Pukul kasur dan bantal 3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
- Dll: kegiatan fisik mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas
dalam dan pukul kasur serta bantal
2. Klien dapat 4. Diskusikan cara melakukan tarik
mendemonstrasikan cara nafas dalam dengan klien
fisik untuk mencegah 5. Beri contoh kepada klien tentang
perilaku kekerasan cara menarik nafas dalam
6. Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan sebanyak 5 kali
7. Beri pujian positif atas kemampuan
klien mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
8. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1.2.8. Anjurkan klien untuk menggunakan
3. Klien mempunyai jadwal cara yang telah dipelajari saat
untuk melatih cara marah/jengkel
penegahan fisik yang telah 1.2.9. Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1
dipelajari sebelumnya sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di
pertemuan yang lain
6.3.3 diskusikan dengan klien mengenai
4. Klien mengevaluasi frekuensi latihan yang akan
kemampuannya dalam dilakukan sendiri oleh klien
melakukan cara fisik 6.3.4 susun jadwal kegiatan untuk melatih
sesuai jadwal yang cara yang telah dipeajari
telah disusun 6.4.5. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
cara pencegahan perilaku kekerasan
yang telah dilakukan denngan mengisi
jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
6.4.6. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.7. berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.8. tanyakan kepada klien: “apakah kegiatan
cara pencegahan perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”
7. klien dapat 2. klien dapat menyebutkan cara 7.1.3. diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasikan cara bicara (verbal) yang baik dengan klien
social untuk mencegah dalam mencegah perilaku 7.1.4. berikan contoh cara bicara yang baik:
perilaku kekerasaan kekerasan - meminta dengan baik
- meminta dengan baik - menolak dengan baik
- menolak dengan baik - mengungkapkan perasaan dengan baik
- mengungkapkan perasaan
dengan baik
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. klien dapat 7.2.4. minta klien mengikuti contoh cara bicara
mendemonstrasikan cara verbal yang baik:
yang baik - meminta dengan baik: “saya
minta uang untuk beli makan”
- menolak dengan baik: “maaf,
saya tidak dapat melakukannya
karena ada kegiatan lain”
- mengungkapkan perasaan dengan
baik: “saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan”
7.2.5. minta klien mengulang sendiri
7.2.6. beri pujian atas keberhasilan klien

4. klien mempunyai jadwal 7.3.1. diskusikan dengan klien tentanng waktu dan
untuk melatih cara bicara yang kondisi cara bicara yang dapat diatih di ruangan,
baik misalnya: meminta obat, baju, dll.; menolak ajakan
merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan
kekesalan kepada perawat.

7.4.5. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan


cara bicara yang baik dengan mengisi
5. klien melakukan evaluasi jadwal kegiatan (self-evaluation)
terhadap kemampuan cara 7.4.6. validasi kemampuan klien
bicara yang sesuai dengan dalam melaksanakan latihan
jadwal yang telah disusun 7.4.7. berikan pujian atas keberhasilan klien.
7.4.8. tanyakan kepada klien: “bagaimana perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik? Apakah
keinginan marah berkurang?”
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
8. klien dapat 6. klien dapat menyebutkan 8.1.1. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang
mendemonstrasikan cara kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
spiritual untuk mencegah biasa dilakukan
perilaku kekerasan
7. klien dapat 8.2.5. bantu klien menilai kegiatan ibadah
mendemonstrasikan cara yang dapat dilakukan di ruang rawat
ibadah yang dipilih 8.2.6. Bantu klien memilih kegiatan ibadah
yang akan dilakukan
8.2.7. Minta klien mendemonstrasikan
kegiatan ibadah yang dipilih
8.2.8. beri pujian atas keberhasilan klien

8.3.3. diskusikan dengan klien tentang


8. klien mempunyai jadwal waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
untuk melatih kegiatan ibadah 8.3.4. susun jadwal kegiatan untuk melatih
kegiatan ibadah

8.4.5. klien mengevaluasi pelaksanaan


9. klien melakukan evaluasi kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal
terhadap kemampuan kegiatan harian (self-evaluation)
melakukan kegiatan ibadah 8.4.6. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
8.4.7. berikan pujian atas keberhasilan klien.
8.4.8. tanyakan kepada klien: “bagaimana perasaan
klien setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah berkurang?”
9. klien dapat 10. klien dapat menyebutkan 9.1.1. diskusikan dengan klien tentang jenis obat
mendemonstrasikan kepatuhan jeins, dosis, dan waktu minum yang diminumnya (nama, warna,
minum obat obat besarnya); waktu minum obat )jika 3 kali:
serta manfaat dari obat itu
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
untuk mencegah perilaku (prinsip 5 benar: benar orang, benar pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat
kekerasan obat, dosis, waktu dan cara 9.1.3. diskusikan dengan klien tentang
pemberian) manfaat minum obat secara teratur:
- beda perasaan sebelum minum obat
dan sesudah minum obat
- jelaskan bahwa dsis hanya boleh
diubah oleh dokter
- jelaskan mengenai akibat minum
obat yang tidak teratur, misalnya
penyakitnya kambuh

9.4. klien mendemonstrasikan 9.2.3. diskusikan tentang proses minum obat:


kepatuhan minum obat - klien meminta obat kepada perawat
sesuai jadwal yang (jika dirumah sakit), kepada
ditetapkan keluarga (jika di rumah)
- klien memeriksa obat sesuai dosisnya
- klien meminum obat pada waktu yang
tepat.
9.2.4. susun jadwal minum obat bersama klien

9.3.5. klien mengevaluasi pelaksanaan inum


9.5. klien mengevaluasi obat dengan mengisi jadwal kegiatan
kemampuannya dalam harian
memenuhi minum obat 9.3.6. validasi pelaksanaan minum obat klien
9.3.7. beri pujian atas keberhasilan klien
9.3.8. tanyakan kepada klien: :bagaimana
perasaan klien dengan minum obat
secara teratur? Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
10. klien dapat mengikuti 10.4. klien mengikuti TAK: 10.1.5. anjurkan klien untuk ikut TAK:
TAK: stimulasi persepsi stimulasi persepsi stimulasi persepsi pencegahan perilaku
pencegahan perilaku pencegahan perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan 10.1.6. klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan
(kegiatan tersendiri)
10.1.7. diskusikan dengan klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.8. fasilitas klien untuk mempraktikkan
hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas
keberhasilan

10.5. klien mempunyai jadwal 10.2.3. diskusikan dengan klien tentang


TAK: stimulasi persepsi jadwal TAK
pencegahan perilaku 10.2.4. masukkan jadwal TAK ke dalam
jadwal kegiatan harian klien

10.6. klien melakukan evaluasi 10.3.5. klien mengevaluasi pelaksanaan TAK


terhadap pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian
10.3.6. validasi kemampuan klien dalam
mengikuti TAK
10.3.7. beri pujian atas kemampuan mengikuti
TAK
10.3.8. tanyakan kepada klien: “bagaimana
perasaan klien setelah ikut TAK?”
11. klien mendapatkan 11.1. keluarga dapat 11.1.3. identifikasi kemampuan keluarga dalam
dukungan keliarga dalam mendemonstrasikan cara merawat merawat klien sesuai dengan yang telah
melakukan cara pencegahan klien dilakukan keluarga terhadap klien
perilaku selama ini
kekerasan 11.1.4. jelaskan keuntungan peran serta keluarga
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dalam merawat klien
11.1.7. jelaskan cara-cara merawat klien:
- terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
- sikap dan cara bicara
- membantu klien mengenal penyebab
marah dan pelaksanaan cara pencegahan
perilaku keekrasan
11.1.8. bantu keluarga mendemonstrasikan
cara merawat klien
11.1.9. bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
11.1.10. anjurkan keluarga
mempraktikannya pada klien selama
dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang ke rumah
2. Harga Diri Rendah TUM Setelah 1x interaksi, klien 1.Bina hubungan saling percaya dengan
Klien memiliki konsep diri menunjukkan ekspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
yang positif

TUK:
1. Klien dapat
membina hubungan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
saling percaya bersahabat, menunjukkan rasa ▪ Beri salam setiap berinteraksi.
senang, ada kontak mata, mau ▪ Perkenalkan nama, nama panggilan
berjabat tangan, mau menyebutkan perawat dan tujuan perawat berkenalan
nama, mau menjawab salam, klien ▪ Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
mau duduk berdampingan dengan ▪ Jelaskan tujuan pertemuan
perawat, mau mengutarakan masalah ▪ Jujur dan menepati janji
yang dihadapi ▪ Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. klien dapat
1. Klien menyebutkan : 2.1.1 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi aspek
positif dan a. Aspek positif dan kemampuan
a. Aspek positif yang dimiliki
kemampuan yang yang dimiliki
b. Aspek positif keluarga klien, keluarga, lingkungan
dimiliki c. Aspek positif lingkungan b. Kemampuan yang dimiliki klien
2.1.2 Bersama klien buat daftar tentang
a. aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
b. kemampuan yang dimiliki klien
2.1.3 Beri pujian yang realistis, dan
hidarkan memberi penilain negatif

3. Klien dapat menilai 3.1. klien menyebutkan


kemampuan yang
3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
kemampuan yang dapat
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dimiliki untuk dilaksanakan
dapat dilaksanakan dan digunakan selama
dilaksanakan
sakit
3.1.2. Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilajutkan pelaksanaanya setelah klien
pulang dengan kondisinya saat ini.
4. Klien dapat 4.1. klien membuat rencana
4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas
merencakan kegiatan kegiatan harian yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
sesuai dengan
kemampuan klien
kemampuan yang
dimiliki a. kegiatan mandiri
b. kegiatan dengan bantuan
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat melakukan 5.1. Klien melakukan
5.1.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
kegiatan sesuai kegiatan sesuai jadwal kegiatan yang telah direncanakan
rencana yang dibuat yang dibuat
5.1.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
5.1.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
5.1.4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6.1. klien memanfaatkan sistem
6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pendukung yang ada
tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah
6.1.2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di rawat
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada
remaja adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga
khususnya dan bagi bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba
sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang
ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang
berasal dari lingkungan.
Masalah pencegahan penggunaan narkoba bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyarahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penganggulangan
tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga pendidik di sekolah
sangatlah besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap narkoba.

5.2. SARAN
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang
bertanggung jawab bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun
pelayanan kesehata saja namun diharapkam peran orang tua dalam
mengawasi dan membimbing anggota keluarganya harus lebih baik, serta
lebih meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anak-anaknya
dalam kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal-
hal yang menyimpang terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu masyarakat hendaknya melakukan kegiatan yang positif
dan berguna agar remaja tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan
narkoba serta memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dari
dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang


Pedoman Penyalahgunaan Sarana Pelayanan Rehabilitasi
Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya (Napza). Jakarta
Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza (Narkotika, alkohol
dan zat adiktif). FKUI: Jakarta
Keliat, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. EGC: Jakarta
Kemenkes RI. 2014. Buletin Jendela Data dan informasi Kesehatan. Jakarta
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika: Yogyakarta
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika:
Jakarta
Simangsong Jimmy. 2015. Penyalahgunaan Nrkoba di Kalangan Remaja.
Daiakses pada tanggal 1 November 2016
Darman, Flavianus. Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba. Visimedia, Jakarta.
2006
Budiarto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya. Ganeca Exact. Bandung.
Kartini Kartono. 1992. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Rajawali Press,
Jakarta.
Libertus Jehani & Antoro dkk. 2006. Mencegah Terjerumus Narkoba. Visimedia.
Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009.
Asa Mandiri. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai