Di Buat Oleh :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit retrovirus
yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan menisfetasi neurologis. HIV/AIDS merupakan
salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas
dari HIV/AIDS. Epidemiologi HIV pertama diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV
terhadap sumber daya penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus
berkembang.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
mana masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terumata otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat kompleks yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian
besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran di jalur ilegal akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat
luas khususnya generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit perdagangan
gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor.
(Kemenkes RI, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis,
serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004)
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh
orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau
NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Narkoba berasal dari bahasa Yunani, dari kata Narke, yang berarti beku, lumpuh, dan
dungu. Menurut Farmakologi medis yaitu “Narkotika adalah obat yang dapat
menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari Visceral dan dapat menibulkan efek
stupor (bengong masih sadar namum masih harus digertak) serta adiksi (Derman Flavianus,
2006 : I)
NAPZA adalah kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik
dan psikologi. Menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 yang dimaksud NARKOTIKA
meliputi :
1) Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat, dll.
2) Golongan Kanabis : Ganja, Hashish.
3) Golongan Koka : Kokain, Crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (Etil-alkohol). Psikotropika
menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi : ecstasy, shabu-shabu, Isd, obat
penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Zat Adiktif lain termasuk inhalansia
(aseton, thinner car, lem atau glue), nikotin (tembakau), kafein (kopi).
NAPZA tergolong zat psikoaktif. Yang dimaksud zat psikoaktif adalah zat yang
terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan,
pikiran, persepsi, dan kesadaran.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Setiap melakukan pengkajian, tulis tanggal pengkajian, tanggal dan tempat klien dirawat.
1. Identitas Klien
Identitas klien yang perlu di tulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur (biasanya pada usia
produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA),
pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah), status
(belum menikah, menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat
2. Data Demografi
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga.
Jelaskan: Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan dan ketertekanan itu
dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah: 1) Keluarga yang tidak utuh: orang tua
meninggal, orang tua cerai, dll, 2) kesibukan orang tua, 3) hubungan interpersonal dalam
keluarga tidak baik
3. Keluhan Utama
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA. Alasan masuk tanyakan pada
keluarga klien.
Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika, psikotropika atau zat adiktif
lainnya sebelumnya.
5. Riwayat Pengobatan
Tanyakan pada klien dan keluarga apakah klien sudah mendapatkan terapi dan rehabilitasi.
Biasanya klien yang telah mendapatkan terapi sebagian besar akan mengulangi kebiasaannya
menggunakan NAPZA
6. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/ pengguna NAPZA,
baik dari pasien maupun keluarga seperti: Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial
kultural
7. Faktor Presipitasi
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan (resiko relatif
untuk terlibat NAPZA 81,3%)
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai kondisi yang disebut
intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan dan
kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun Keluhan fisik : nyeri sendi,
otot dan tulang
9. Psikososial
Klien dengan pengguna napza akan mengalami perubahan dalam kehidupan individualnya baik
yang bersifat psikologik maupun kehidupan social seperti:
b. Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka begadang
d. Banyak mengurangi diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena
takut ketahuan, dan menolak makan bersama
e. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong
Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena
takut ketahuan, dan menolak makan bersama. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota
keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong
12. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
a. Penampilan
Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Pembicaraan
Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat atau membisu
Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohong atau memanipulasi keadaa,
bengong/linglung
c. Aktivitas Motorik
2) Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah, tidak dapat
dikontrol), tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang)
2) Emosi : klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya memiliki emosi yang berubah-ubah
(cepat marah, depresi, cema, eforia)
14. Persepsi
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga menunjukkan tangensial.
Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan
asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.
Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin menyebabkan paranoid sehingga
menunjukkan perilaku phobia. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya
18. Memori
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja mengalami
penurunan berhitung.
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik. Gangguan kemampuan
penilaian dapat ringan maupun bermakna.
3.2. Diagnosa
2. Klien dapat terlindung 2.1. 2.1.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat
dari perilaku bunuh diri membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
2.1.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang
dan selalu terlihat oleh perawat.
2.1.3. Awasi klien secara ketat setiap saat
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengekspresikan 3.1.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
mengidentifikasi penyebab perasaannya 3.1.2. Bersikap empati untuk meningkatkan
keinginan ungkapan keraguan, ketakutan dan
bunuh diri keputusasaan.
3.1.3. Beri dorongan untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapannya.
3.1.4. Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3.1.5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengatasi 4.1.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
meningkatkan harga diri keputusasaannya mengatasi keputusasaannya.
4.1.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
individu.
4.1.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber
harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan,
hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat melakukan kegiatan 1.1.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi
menggunakan koping yang menyenangkan pengalaman-pengalaman yang
yang adaptif menyenangkan setiap hari (misal : berjalan- jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
5.2.1. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai
5.2. Klien dapat menahan untuk dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap
bunuh diri dengan memikirkan kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
orang-orang yang ia sayangi kegagalan dalam kesehatan.
5.3.1. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada
orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau
5.3. Klien dapat berbagi pengalaman penyakit yang sama dan telah mempunyai
mengenai masalah atau penyakit pengalaman positif dalam mengatasi masalah
yang sama pada orang lain tersebut dengan koping yang efektif
dengan koping yang efektif
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2 Risiko Perilaku TUM:
Mencederai diri Klien tidak mencederai diri
berhubungan dengan sendiri,orang lain dan
perilaku kekerasan lingkungan
TUK: 1.1. Klien mau membalas salam 1.1.1. Beri salam/panggil nama
1. Klien dapat membina 1.2. Klien mau menjabat tangan 1.2.1. Sebut nama perawat sambil jabat tangan
hubungan saling percaya 1.3. Klien mau menyebutkan nama 1.3.1. Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4. Klien mau tersenyum 1.4.1. Jelaskan tentang kontak yang akan dibuat
1.5. Klien mau kontak mata 1.5.1. Beri rasa aman dan sikap empati
1.6. Klien mau mengetahui 1.6.1. Lakukan kontak singkat tetapi sering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1. Klien mengungkapkan 2.1.1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perasaannya perasaannya
penyebab perilaku 2.2. Klien dapat mengungkapkan 2.2.1. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan penyebab perasaan jengkel/kesal perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengungkapkan 1.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi tanda dan perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
gejala perilaku kekerasan jengkel/marah
3.2. Klien dapat menyimulkan 1.1.2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala jengkel/kesal perilaku kekerasan pada klien
yang dialaminya 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda dan
gejala jengkel /kesal yang dialami klien
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengungkapkan 4.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
kekerasan yang bias dilakukan biasa dilakukan (verbal, pada orang lain, lingkungan dan pada diri
sendiri)
4.2. Klien dapat bermain peran sesuai 4.2.1. Bantu klien bermain peran sesuai dengan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan
4.3. Klien dapat mengetahui cara 4.3.1. Bicarakan dengan klien, apakah dengan
yang biasa dilakukan untuk cara yang klien lakukan masalahnya selesai
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat 1. Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat dari cara yang digunakan klien: yang dilakukan klien
perilaku kekerasan - Akibat pada klien sendiri 5.1.2. Bersama klien menyimpulkan akibat
- Akibat pada orang lain dari cara yang dilakukan oleh klien
- Akibat pada lingkungan 5.1.3. Tanyakan kepada klien “apakah ia
ingin mempelajari cara baru yang
sehat?”
6. Klien dapat 6.1. Klien dapat menyebutkan 1.1.1. Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan cara contoh pencegahan perilaku biasa dilakukan klien
fisik untuk mencegah kekerasan secara fiik 1.1.2. Beri pujian atas kegiatan fisik yang
perilaku kekerasan - Tarik napas dalam biasa dilakukan klien
- Pukul kasur dan bantal 1.1.3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
- Dll: kegiatan fisik mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas
dalam dan pukul kasur serta bantal
6.2. Klien dapat 1.2.1. Diskusikan cara melakukan tarik
mendemonstrasikan cara fisik nafas dalam dengan klien
untuk mencegah perilaku 1.2.2. Beri contoh kepada klien tentang
kekerasan cara menarik nafas dalam
1.2.3. Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan sebanyak 5 kali
1.2.4. Beri pujian positif atas kemampuan
klien mendemonstrasikan cara menarik
napas dalam
1.2.5. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1.2.6. Anjurkan klien untuk menggunakan
cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel
1.2.7. Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di
6.3. Klien mempunyai jadwal untuk pertemuan yang lain
melatih cara penegahan fisik 6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai
yang telah dipelajari frekuensi latihan yang akan
sebelumnya dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih
cara yang telah dipeajari
6.4. Klien mengevaluasi 6.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuannya dalam cara pencegahan perilaku kekerasan
melakukan cara fisik yang telah dilakukan denngan mengisi
sesuai jadwal yang telah jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
disusun 6.4.2. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4. tanyakan kepada klien: “apakah kegiatan
cara pencegahan perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”
7. klien dapat 1. klien dapat menyebutkan cara 7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
mendemonstrasikan cara bicara (verbal) yang baik 7.1.2. berikan contoh cara bicara yang baik:
social untuk mencegah dalam mencegah perilaku - meminta dengan baik
perilaku kekerasaan kekerasan - menolak dengan baik
- meminta dengan baik - mengungkapkan perasaan dengan baik
- menolak dengan baik
- mengungkapkan perasaan
dengan baik
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
7.2. klien dapat 7.2.1. minta klien mengikuti contoh cara bicara
mendemonstrasikan cara verbal yang baik:
yang baik - meminta dengan baik: “saya
minta uang untuk beli makan”
- menolak dengan baik: “maaf,
saya tidak dapat melakukannya
karena ada kegiatan lain”
- mengungkapkan perasaan dengan
baik: “saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan”
7.2.2. minta klien mengulang sendiri
7.2.3. beri pujian atas keberhasilan klien
7.3. klien mempunyai jadwal 7.3.1. diskusikan dengan klien tentanng waktu dan
untuk melatih cara bicara yang kondisi cara bicara yang dapat diatih di ruangan,
baik misalnya: meminta obat, baju, dll.; menolak ajakan
merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan
kekesalan kepada perawat.
Tinjauan Kasus
Sdr “I” adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn “M” dan Ny
“T”. Sdr “I” dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki diikat karena
ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan emosi. 2 hari sebelum
masuk rumah sakit Sdr “I” mengkonsumsi obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan
ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70
mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5oC, RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.
4.1. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA Tinggal dirawat: 10 April 2022
A. Identitas
Nama klien : Sdr. I Tanggal Pengkajian : 11 April 2022
Umur : 18 tahun Nomor RM : 251107
Pendidkan : SMA Alamat : sipin
A. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam keadaan tangan
diborgol dan kaki diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan
emosi
B. Keadaan Saat Masuk
Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska penyalahgunaan obat
dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang 2 hari sebelum MRS
C. Pemakaian Terakhir
Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja 1 batang dengan
cara di hisap, terakhir tanggal 10 April 2022
D. Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan pernah di rawat di PKJM selama 1 bulan dan mendapatkan
rehabilitasi rohani dan medik.
E. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ jambi, klien pernah di rawat selama 1 bulan di RSJ
Jambi . Saat pulang kembali bergabung dengan teman-teman yang dulu. Dan
mengulangi perbuatan hal yang sama (miras dan penyalahgunaan obat dextro). Pada
tahun 2015 klien mengaku pernah di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien
dirumah sering ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak disetujui
keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
-Mekanisme Koping Individu inefektif
F. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya yang mengatakan
pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien mencoba pil tersebut saat punya
masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif
G. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital = TD: 110/70 mmHg, N: 99 x/menit, S:
36,5oC, RR: 20 x/menit
b. Ukur = TB: 164 cm BB: 56 kg
c. Keluhan Fisik = klien mengatakan tidak ada keluhan
H. Psikososial
a. Genogram
J. Hubungan sosial
a. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien menganggap hanya
teman-temannya yang dapat mengerti klien.
Diagnosa Keperawatan: -
K. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
b. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ. Saat dirumah, klien
mengatakan sholatnya bolong-bolong.
Diagnosa keperawatan: -
L. Status mental
a. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut disisir rapi
Diagnosa Keperawatan: -
b. Pembicaraan
Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti dengan volume suara
lembut.
Diagnosa Keperawatan : -
c. Aktivitas motorik / psikomotor
i. Kelambatan
Klien tidak mengalami keterlambatan aktivitas motorik/ psikomotor, terbukti ketika
klien melakukan aktivitas rutin seperti tepat jam rehab, sholat dan makan, klien mampu
melakukan tanpa disuruh.
ii. Peningkatan
Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam, terkadang klien terlihat mondar mandi.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
d. Afek dan Emosi
i. Afek
Afek klien dangkal/datar, terbukti saat klien ditanya kenapa sampai menggunakan obat
terlarang, klien hanya menampakkan ekspresi datar dan menjawab pertanyaan secara
singkat dan menunduk.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
ii. Emosi
Klien cemas, terbukti saat ditanya tentang perasaan klien setelah membuat keluarga
kecewa saat ini, klien mengatakan kasian dan cemas dengan keadaan keluarganya.
Terbukti ekspresi wajah klien menunduk, cemas, bicara klien lebih pelan dan pada saat
pemeriksaan fisik nadi teraba cepat (N: 99x/mnt).
Diagnosa Keperawatan : Ansietas.
e. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, terbukti saat wawancara klien selalu memandang ke objek lain,
tidak mampu menatap lawan bicara dan klien selalu menunduk. Akan tetapi seketika
klien mampu memulai pembicaraan seperti menanyakan “Sedang apa? “Apa kabar?”
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
M. Persepsi
a. Halusinasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca inderanya. Klien mengatakan
tidak mendengar bisikan aneh ataupun hal-hal aneh pada penglihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan.
b. Ilusi
Klien mampu melihat hal yang dilihat sesuai dengan kenyataan, terbukti klien
mengatakan hal yang dilihat adalah pohon belimbing dan kenyataannya adalah pohon
belimbing.
c. Depersonalisasi
Klien awalnya merasa asing pada lingkungan di RSJ ini tapi tidak pada diri sendiri
maupun orang lain.
d. Derealisasi
Klien menilai lingkungannya adalah nyata.
Diagnosa Keperawatan :-
N. Proses pikir
a. Arus Pikir
Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, “Kenapa sampai mau diajak teman
untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras?” klien
menjawab singkat dan jelas “Karena saya ingin mencoba/ingin tau, dirasakan enak ya
saya lanjutkan”
Diagnosa Keperawatan : -
b. Isi Pikir
Isi pikiran klien obsesif, terbukti klien sering mengeluhkan klien ingin cepat pulang,
karena ingin berkumpul dengan keluarganya.
c. Bentuk Pikir
Bentuk pikiran klien realistik terbukti saat ditanya tentang anggota keluarganya,
klien mengatakan merupakan anak tunggal.
Diagnosa Keperawatan : -
O. Tingkat Kesadaran
a. Secara Kuantitatif: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
b. Secara Kualitatif : Klien mampu berorientasi baik dengan waktu, seperti waktu
makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu berorientasi dengan tempat dan
lingkungannya seperti tempat tidur dan tempat rehabnya. Klien mau merubah
posisi duduknya yang semula kakinya di atas kursi menjadi diturunkan ketika
ditegur.
Diagnosa Keperawatan : -
P. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien dibawa ke RSJ dan aktivitas yang
dilakukan dari saat bangun tidur sampai tidur siang.
Diagnosa Keperawatan : -
13 Diagnosa Keperawatan :-
Analisis Data
Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
Ds: - Klien mengatakan selalu mengancam
10/04/22 ibunya jika tidak diberi uang dengan ancaman
11.00 tidak mau pulang.
WIB - Menurut status, klien mengancam sambil Resiko Perilaku
membawa parang dan marah-marah Kekerasan
Do: Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam,
terkadang klien terlihat mondar mandir.
Ds: Klien mengatakan saya merasa malu saat
10/04/22 pulang nanti karena saya dibawa kesini dengan
11.00 kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya Harga diri rendah
WIB situasional
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Do: Afek klien dangkal/datar, klien hanya
menampakkan ekspresi datar dan menjawab
pertanyaan secara singkat dan menunduk
Pohon Masalah
Risiko Perilaku
Gangguan Konsep
Diri: HDR
4.2. Diagnosa
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: HDR
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Risiko Perilaku TUM:
Mencederai diri Klien tidak mencederai diri 1. Klien mau membalas salam 1. Beri salam/panggil nama
berhubungan dengan sendiri,orang lain dan 2. Klien mau menjabat tangan
3. Klien mau menyebutkan nama 2. Sebut nama perawat sambil jabat tangan
perilaku kekerasan lingkungan
TUK: 4. Klien mau tersenyum 3. Jelaskan maksud hubungan interaksi
1. Klien dapat membina 5. Klien mau kontak mata
hubungan saling percaya 6. Klien mau mengetahui 4. Jelaskan tentang kontak yang akan dibuat
nama perawat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tetapi sering
2. Klien dapat 1. Klien 1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku perasaannya 2. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan 2. Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
penyebab perasaan
jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa
mengidentifikasi tanda dan mengungkapkan yang
gejala perilaku kekerasan perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
jengkel/marah
2. Klien dapat menyimulkan 2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
jengkel/kesal yang 3. Simpulkan bersama klien tanda dan
dialaminya gejala jengkel /kesal yang dialami
klien
4. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
mengidentifikasi perilaku mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada
kekerasan yang bias dilakukan kekerasan yang biasa orang lain, lingkungan dan pada diri sendiri)
dilakukan 2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan
4. klien mempunyai jadwal 7.3.1. diskusikan dengan klien tentanng waktu dan
untuk melatih cara bicara yang kondisi cara bicara yang dapat diatih di ruangan,
baik misalnya: meminta obat, baju, dll.; menolak ajakan
merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan
kekesalan kepada perawat.
TUK:
1. Klien dapat
membina hubungan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
saling percaya bersahabat, menunjukkan rasa ▪ Beri salam setiap berinteraksi.
senang, ada kontak mata, mau ▪ Perkenalkan nama, nama panggilan
berjabat tangan, mau menyebutkan perawat dan tujuan perawat berkenalan
nama, mau menjawab salam, klien ▪ Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
mau duduk berdampingan dengan ▪ Jelaskan tujuan pertemuan
perawat, mau mengutarakan masalah ▪ Jujur dan menepati janji
yang dihadapi ▪ Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. klien dapat
1. Klien menyebutkan : 2.1.1 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi aspek
positif dan a. Aspek positif dan kemampuan
a. Aspek positif yang dimiliki
kemampuan yang yang dimiliki
b. Aspek positif keluarga klien, keluarga, lingkungan
dimiliki c. Aspek positif lingkungan b. Kemampuan yang dimiliki klien
2.1.2 Bersama klien buat daftar tentang
a. aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
b. kemampuan yang dimiliki klien
2.1.3 Beri pujian yang realistis, dan
hidarkan memberi penilain negatif
5.1. KESIMPULAN
Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada
remaja adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga
khususnya dan bagi bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba
sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang
ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang
berasal dari lingkungan.
Masalah pencegahan penggunaan narkoba bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyarahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penganggulangan
tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga pendidik di sekolah
sangatlah besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap narkoba.
5.2. SARAN
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang
bertanggung jawab bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun
pelayanan kesehata saja namun diharapkam peran orang tua dalam
mengawasi dan membimbing anggota keluarganya harus lebih baik, serta
lebih meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anak-anaknya
dalam kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal-
hal yang menyimpang terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu masyarakat hendaknya melakukan kegiatan yang positif
dan berguna agar remaja tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan
narkoba serta memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dari
dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup.
DAFTAR PUSTAKA