Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINI RISET KONSELING ADIKSI

(ANALISIS ADIKSI DI PANTI SOSIAL SENTRA INSYAF MEDAN)

Dosen Pengampu : Erwita Ika Violina,S.Pd.,M.Pd.


Mata Kuliah : Konseling Adiksi

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Abdillah Syahputra Sinaga (1201151004)


Juanda Sinaga (1202151006)
Rizky Armandha (1201151005)
Madzidah Nuriftita (120151011)
Nurul Aqma F Ritonga (1201151020)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Riset ini dengan baik.
Sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita harapkan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti, Aamiin.

Mini Riset ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Konseling Adiksi. Tak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis sangat berharap kiranya
Mini Riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui materi tentang “ANALISIS
ADIKSI DI PANTI SOSIAL SENTRA INSYAF MEDAN”.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Mini Riset ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan Mini Riset yang selanjutnya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 22 Mei 2023

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Napza, atau adiksi terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang, bisa bervariasi
dari individu ke individu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan
seseorang untuk mengembangkan adiksi napza meliputi: Faktor Genetik: Predisposisi
genetik dapat memainkan peran dalam rentan seseorang terhadap adiksi. Beberapa
orang mungkin memiliki kerentanan genetik yang membuat mereka lebih rentan
terhadap efek adiktif zat-zat tertentu.
Faktor Lingkungan: Lingkungan sosial dan situasional juga dapat berperan
dalam pengembangan adiksi napza. Misalnya, tumbuh di lingkungan yang terpapar
dengan penggunaan napza atau memiliki teman sebaya yang menggunakan narkotika
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mencoba dan mengembangkan adiksi.
Tekanan Emosional dan Stres: Beberapa orang mungkin menggunakan napza
sebagai bentuk pelarian dari tekanan emosional, stres, atau masalah kehidupan lainnya.
Ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi emosi atau situasi yang menekan,
mereka mungkin cenderung mencari pelarian dalam penggunaan napza.
Riwayat Trauma: Individu yang mengalami trauma fisik, emosional, atau
seksual dalam kehidupan mereka cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan adiksi napza. Penggunaan narkotika dapat menjadi mekanisme
koping yang tidak sehat untuk mengatasi dampak trauma.
Faktor Biologis: Adiksi napza terkait dengan perubahan kimia di otak yang
mempengaruhi motivasi, pengendalian impuls, dan persepsi hadiah. Seseorang yang
memiliki ketidakseimbangan biokimia atau perbedaan dalam sistem neurologis mereka
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami adiksi.
Penting untuk diingat bahwa adiksi napza adalah penyakit kompleks yang
melibatkan faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial. Setiap individu memiliki latar
belakang yang unik, dan faktor-faktor tersebut dapat berinteraksi satu sama lain untuk
menyebabkan atau mempengaruhi adiksi napza.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud NAPZA?
2. Bagaimana Karakteristik NAPZA?
3. Bagaimana Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA?
4. Bagaimana Dampak Penyalahgunaan NAPZA?
5. Bagaiman Penanganan Bagi Penyalahgunaan NAPZA?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pengertian NAPZA?
2. Mengetahui Karaktristik NAPZA?
3. Mengethaui Faktor Penyalahgunaan NAPZA?
4. Mengethaui Dampak Penyalahgunaan NAPZA?
5. Mengetahui Penanganan Penyalahgunnaan NAPZA?
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
NAPZA adalah zat adiktif yang mempengarui kondisi kejiwaan atau psikologi
seseorang (pikiran, perasaaan, dan perilaku). Serta dapat menimbulkan ketergantungan
fisik maupun psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah narkotika, psikotropika,
zat adiktif dan lainnya.
Menurut Undang-Undangno. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan
tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif,
dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat4 adiktif yang bukan termasuk ke
dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik
seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999).

Menurut Hawari (1991) Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika
dan Zat adiktif lainya. Napza mencakup segala macam zat yang disalah gunakan untuk
Gitting, mabuk, fly atau high, yang dapat mengubah tingkat kesadaran seseorang.
Termasuk dalam Napza adalah obat perangsang, penenang, penghilang rasa sakit,
pencipta ilusi atau psikotropika, dan zat-zat yang tidak termasuk obat namun dapat
disalahgunakan (misalnya alkohol atau zat yang bisa dihirup seperti bensin, lem, tinner,
dan lain-lainya sehingga high. Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk
narkotika dan obat berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan
narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA
(Narkotika,Alkohol, dan Zat adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya) (Witarsa, 2006).
Menurut Budiarta (2000) Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Napza pada dasarnya merupakan jenis obat atau zat
yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi,
contohnya adalah morfin, opium, sabu-sabu (amfetamina), PCP (halusinogen) dan lain-
lain (Rojak, 2005).

B. Karakteristik NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif lainnya.
Karakteristik umum dari NAPZA adalah sebagai berikut:
1. Mempengaruhi Sistem Saraf Pusat: NAPZA dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
manusia. Mereka berinteraksi dengan neurotransmitter dalam otak, mengubah persepsi,
suasana hati, persepsi sensorik, kesadaran, dan fungsi kognitif.
2. Penyalahgunaan dan Ketergantungan: NAPZA memiliki potensi untuk
disalahgunakan karena efek psikoaktifnya. Penggunaan berulang dapat menyebabkan
ketergantungan fisik dan psikologis yang kuat.
3. Efek Psikotropika: NAPZA termasuk dalam kategori psikotropika karena mereka
memiliki efek psikoaktif yang signifikan pada sistem saraf pusat. Mereka dapat
menyebabkan perubahan suasana hati, pikiran, persepsi, dan perilaku.
4. Dampak Kesehatan Negatif: Penggunaan NAPZA jangka panjang dapat memiliki
dampak serius pada kesehatan fisik dan mental. Dampak negatif tersebut meliputi
gangguan tidur, gangguan mental seperti depresi dan kecemasan, kerusakan organ
tubuh seperti hati dan ginjal, dan risiko overdosis yang berpotensi fatal.
5. Efek Samping: NAPZA sering kali memiliki efek samping yang merugikan,
tergantung pada jenis dan dosisnya. Beberapa efek samping umum termasuk mual,
muntah, pusing, gangguan penglihatan, kebingungan, kelelahan, gangguan memori,
dan penurunan kemampuan kognitif.
6. Pembatasan dan Pengaturan Hukum: Karena potensi penyalahgunaan dan dampak
negatifnya, banyak negara memiliki undang-undang yang melarang atau mengatur
penggunaan, produksi, dan distribusi NAPZA. Penyalahgunaan dan perdagangan ilegal
NAPZA biasanya dianggap sebagai pelanggaran hukum serius.
C. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi karena rasa ingin tahu yang tinggi. Selain
itu, pasien gangguan mental, seperti gangguan bipolar atau skizofrenia, juga berisiko
menyalahgunakan NAPZA, dengan alasan untuk meredakan gejala yang dialami.
Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan gangguan mental, faktor lain yang dapat memicu
seseorang menyalahgunakan NAPZA adalah:
• Memiliki teman yang juga pecandu NAPZA
• Mengalami masalah ekonomi
• Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual
• Bermasalah dalam hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga Ada
empat golongan

NAPZA yang paling sering disalahgunakan, yakni:

• Halusinogen, seperti lysergic acid diethylamide


• (LSD) dan phencyclidine
• Depresan, seperti diazepam, alprazolam, nimetazepam (happy five),
clonazepam, dan ganja
• Stimulan, seperti dextroamphetamin, kokain, methamphetamine (sabu), dan
amphetamin, serta flakka Opioid, seperti morfin dan heroin
D. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif lainnya)
memiliki dampak yang merugikan baik bagi individu yang menyalahgunakannya
maupun bagi masyarakat secara umum. Berikut adalah beberapa dampak yang sering
terkait dengan penyalahgunaan NAPZA:
1. Dampak Kesehatan Fisik: Penyalahgunaan NAPZA dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan fisik. Misalnya, penggunaan narkotika seperti heroin atau kokain
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, seperti hati, ginjal, dan paru-paru.
Penggunaan jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke,
gangguan pernapasan, dan masalah kekebalan tubuh.

2. Dampak Kesehatan Mental: Penyalahgunaan NAPZA juga dapat berdampak negatif


pada kesehatan mental seseorang. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan kecemasan, depresi, psikosis, dan gangguan mental lainnya. Selain itu,
penyalahgunaan NAPZA juga dapat memicu masalah perilaku, seperti impulsivitas,
kekerasan, dan gangguan kejiwaan.

3. Dampak Sosial dan Hubungan: Penyalahgunaan NAPZA seringkali mengganggu


hubungan sosial dan keluarga. Orang yang menyalahgunakan NAPZA mungkin
mengalami perubahan perilaku yang drastis, menjadi tidak dapat diandalkan, dan
cenderung mengabaikan tanggung jawab sosial dan keluarga mereka. Hal ini dapat
menyebabkan keretakan dalam hubungan interpersonal, perceraian, kehilangan
pekerjaan, dan isolasi sosial.

4. Dampak Ekonomi: Penyalahgunaan NAPZA juga memiliki dampak ekonomi yang


signifikan. Individu yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA sering menghabiskan
sejumlah besar uang untuk membeli zat tersebut, yang dapat mengakibatkan masalah
keuangan, utang, dan kemiskinan. Selain itu, produktivitas kerja juga dapat terganggu
karena absensi, penurunan kinerja, atau kehilangan pekerjaan akibat penyalahgunaan
NAPZA.

5. Dampak Kriminalitas: Penyalahgunaan NAPZA sering dikaitkan dengan aktivitas


kriminal. Beberapa individu yang menyalahgunakan NAPZA mungkin terlibat dalam
kegiatan ilegal, seperti penjualan dan distribusi narkotika. Selain itu, penyalahgunaan
NAPZA juga dapat memicu tindakan kriminal lainnya seperti pencurian, perampokan,
dan kekerasan.

6. Overdosis dan Kematian: Salah satu dampak paling serius dari penyalahgunaan
NAPZA adalah risiko overdosis dan kematian. Dosis yang tidak terkendali atau
penggunaan campuran NAPZA yang berbahaya dapat menyebabkan overdosis, yang
dapat mengakibatkan kerusakan organ fatal atau kematian.
E. Penanganan Bagi Penyalahgunaan NAPZA

Penanganan penyalahgunaan NAPZA melibatkan pendekatan yang komprehensif dan


terintegrasi yang melibatkan berbagai aspek, termasuk medis, psikologis, sosial, dan
pendukung. Berikut adalah beberapa metode penanganan yang umum digunakan:
1. Detoksifikasi (Detoxification): Tahap awal penanganan penyalahgunaan NAPZA biasanya
melibatkan proses detoksifikasi, di mana tubuh dibersihkan dari zat-zat berbahaya yang ada
dalam sistem. Proses ini biasanya dilakukan di bawah pengawasan medis untuk mengurangi
gejala penarikan (withdrawal) yang mungkin terjadi.

2. Rehabilitasi Medis: Setelah tahap detoksifikasi, program rehabilitasi medis dapat


direkomendasikan. Ini melibatkan perawatan dan pemantauan medis yang terus-menerus untuk
membantu pemulihan fisik dan memperbaiki masalah kesehatan yang mungkin terjadi akibat
penyalahgunaan NAPZA.

3. Terapi Psikologis: Terapi psikologis sangat penting dalam penanganan penyalahgunaan


NAPZA. Terapis atau konselor terlatih akan bekerja dengan individu untuk mengidentifikasi
dan mengatasi penyebab dan faktor pendorong penyalahgunaan, serta membantu dalam
mengembangkan strategi pengendalian diri, mengatasi godaan, dan membangun keterampilan
koping yang sehat.

4. Dukungan Sosial: Mendapatkan dukungan sosial yang kuat sangat penting dalam
penanganan penyalahgunaan NAPZA. Ini dapat melibatkan partisipasi dalam kelompok
pendukung yang berfokus pada pemulihan, menjalin hubungan positif dengan orang-orang
yang tidak menggunakan NAPZA, dan membangun jaringan dukungan yang sehat.

5. Edukasi dan Pencegahan: Pendidikan tentang NAPZA dan bahayanya penting dalam
pencegahan penyalahgunaan. Masyarakat, keluarga, dan individu perlu diberikan informasi
yang akurat tentang risiko dan konsekuensi penyalahgunaan NAPZA serta strategi pencegahan
yang efektif.

6. Pendekatan Holistik: Penanganan penyalahgunaan NAPZA sering melibatkan pendekatan


holistik yang mempertimbangkan faktor-faktor fisik, mental, emosional, dan sosial. Ini dapat
meliputi kegiatan seperti olahraga, terapi seni, meditasi, dan pemeliharaan pola hidup sehat
secara keseluruhan.

Penting untuk dicatat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, dan pendekatan
penanganan penyalahgunaan NAPZA dapat bervariasi.
BAB III

METODE SURVEY

A. Tempat dan waktu metode survey

Kegiatan penelitian ini dilakukan di:

• Lokasi : Sentra “Insyaf” di Medan.


• Alamat : Jl. Berdikari No. 37 Lau Bakeri, Suka Rende, Kec.
Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang.
• Hari/Tanggal : Senin, 22 Mei 2023

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitia ini adalah salah satu Pekerja Sosial Muda/Ketua Pokja
Rehabilitas dan Terminasi di Sentra Insyaf Medan yaitu Ibu Lisbet Lumban Gan.

C. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data pada penelitian adalah mewawancarai secara
langsung dengan pihak yang tekait dan juga melakukan observasi di Sentra Insyaf
Medan.
Menurut Bungi (2013, 133) wawancara merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan orang yang diwawancara. Wawancara bisa dilakukan
dengan menggunakan alat interview guide (pedoman wawancara) maupun tidak.
Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

D. Instrumen Survey

Penelitian ini didukung oleh wawancara. Adapun instrument wawancara


sebagai berikut :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana deskripsi mengenai
Sentra Insyaf Medan?
2. Apa saja kegiatan dilakukan di
Sentra Insyaf Medan?
3. Selama bekerja disini apa saja
hambatan yang terjadi Ketika
menghadapi seorang adiksi?
4. Jenis adiksi apa yang lebih banyak
dirawat di Sentra Insyaf Medan.
5. Bagi yang putus zat adiksi apakah
ada ruang medis khusus untuk
disediakan?
6. Berapa lama proses pemulihan
seorang adiksi?
7. Apakah ada kesan dan pesan
ataupun motivasi untuk masyarakat
dan terkhusus kami sebagai calon
konselor agar dapat menjauhkan diri
dari adiksi?

E. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data yang kami gunakan adalah analisis data kualitatif yaitu
analisis data yang berasal dari data-data yang terjaring dari proses pengumpulan data,
yaitu rekam & catat, tinjauan pustaka, wawancara, serta partisipasi (Rohmadi &
Nasucha, 2015:34).
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Survey

Dari hasil wawancara secara langsung dengan ketua pokja Rehabilitasi dan Terminasi
Sentra “ INSYAF” di Medan.

Berdasarkan beberapa sumber yang didapat seperti jurnal bahkan wawancara langsung
dengan Ketua Pokja Rehabilitasi dan Terminasi, Ibu Lisbet Lumban. Hasil wawancara dari
ketua Pokja Rehabilitasi dan Terminasi, yang memberikan gambaran mengenai instansi
rehabilitasi tersebut, sebelumnya rehabilitasi tersebut hanya melayani kasus NAPZA, tetapi
sekarang sudah multi layanan dan memiliki 4 klaster, seperti Disabilitas, Lansia, ODGJ, dan
Korban Bencana

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Sentra “INSYAF” di Medan ini, memiliki 100
tenaga kerja, 150 pasien, baik itu pasien NAPZA, dan ODGJ, serta Sentra “ INSYAF “ di
Medan memiliki luas tanah berkisar 5000 meter ( 5 Hektare ).

• Berikut ini adalah cuplikan hasil wawancara dengan Pekerja Sosial di Sentra
“INSYAF” Di Medan.

Mahasiswa : Bagaimana deskripsi mengenai Sentra “ INSYAF “ di Medan?

Pekerja Sosial : Awalnya tempat ini bernama panti tehabilitasi, dan sekarang berubah
menjadi Sentra “ INSYAF “ karena sekarang sudah multi layanan dan memiliki 4 klaster
yang menangani disabilitas, lansia,, dan korban dampak bencana

Mahasiswa : Apa saja kegiatan dilakukan di Sentra Insyaf Medan?

Pekerja Sosial : Ada berbagai macam kegiatan di Sentra Insyaf Medan ini, intinya itu
setiap hari kami melakukan berbeda-beda kegiatan untuk pasien.

Mahasiswa : Selama bekerja disini apa saja hambatan yang terjadi Ketika
menghadapi seorang adiksi?
Pekerja Sosial : Ada banyak ya, yang paling sering itu ialah ketika pihak keluarga
menyerahkan anggota keluarga nya yang bermasalah itu ke Sentra Insyaf Medan lalu pihak
keluarga tidak memperdulikan lagi si anggota yang bermasalaha tersebut. Ada juga pasien
yang mau merusak fasilitas namun kami sudah membuat fasilitas yang aman sehingga
pasien tidak bisa lagi merusak nya dengan mudah.

Mahasiswa : Jenis adiksi apa yang lebih banyak dirawat di Sentra Insyaf Medan?

Pekerja Sosial : Jenis adiksi yang banyak kami terima disini ialah adiksi NAPZA.

Mahasiswa : Bagi yang putus zat adiksi apakah ada ruang medis khusus untuk
disediakan?

Pekerja Sosial : Ada, disini ada ruang isolasi khusus untuk pasien yang baru dating
biasanya mereka didalam ruang isolasi itu selama 8-10 hari karena disitu lah proses putus
zatnya juga.

Mahasiswa : Berapa lama proses pemulihan seorang adiksi?

Pekerja Sosial : Tahun ini kami melakukan program penyembuhannya itu selama 6
bulan kalau tahun-tahun sebelumnya itu ada yang sampai 1 tahun.

Mahasiswa : Apakah ada kesan dan pesan ataupun motivasi untuk masyarakat dan
terkhusus kami sebagai calon konselor agar dapat menjauhkan diri dari adiksi?

Pekerja Sosial : Pesan dan kesan nya dari saya belajarlah kalian dengan baik jangan
mau menyentuh narkoba karena narkoba itu sejatinya merusak berbeda dengan rokok, kalau
rokok tidak dapat merubah sikap dan perilaku seseorang tapi dapat menjadi pintu masuknya
narkoba.

C. Temuan Lapangan

Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan, kami mendapatkan beberapa permasalahan
yang dialami oleh ketua Pokja Rehabilitasi dan Terminasi dalam melakukan proses
rehabilitasi dan proses penyembuhan pasien. Hambatan tersebut berasal dari pihak
keluarga, pasien dan umum, pada pihak keluarga hambatannya, pihak keluarga susah di
hubungi, bahkan apabila si anak/pasien sudah mau di kembalikan ke sanak keluarga,
keluarga merasa tidak nyaman karena masalah yang beberapa bulan yang lalu hilang kini
hadir kembali di tengah-tengah keluarga, hambatan pada pasien, terdapat beberap pasien
yang terkadang bertingkah aneh dan suka memberontak dan hal itu tidak bisa di tebak
kapan waktunya, dan hambatan pada umum, masyarakat belum mampu menerima pasiean
yang baru keluar dari Rehabilitasi, karena di anggap masih merugikan lingkungan social.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
NAPZA memiliki karakteristik yang berbahaya, termasuk potensi
penyalahgunaan dan ketergantungan, efek negatif pada kesehatan fisik dan mental,
serta dampak sosial dan ekonomi yang merugikan. Penanganan penyalahgunaan
NAPZA memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan detoksifikasi,
rehabilitasi medis, terapi psikologis, dukungan sosial, edukasi, dan pendekatan holistik.

B. Saran
Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya NAPZA dan
dampak negatifnya. Kampanye pencegahan dan edukasi harus disebarkan secara luas
untuk menginformasikan individu tentang risiko penyalahgunaan NAPZA dan cara
mencegahnya. Penting bagi individu yang mengalami penyalahgunaan NAPZA dan
keluarga mereka untuk memiliki akses mudah ke layanan rehabilitasi, terapi, dan
dukungan. Pemerintah dan organisasi terkait harus memastikan ketersediaan sumber
daya yang memadai untuk membantu individu dalam pemulihan mereka.
Regulasi hukum yang ketat dan penegakan yang tegas terhadap produksi,
distribusi, dan penyalahgunaan NAPZA penting untuk mengurangi ketersediaan dan
akses terhadap zat-zat berbahaya tersebut. Masyarakat harus memberikan dukungan
moral dan emosional kepada individu yang berjuang dengan penyalahgunaan NAPZA.
Menghilangkan stigma sosial dan menciptakan lingkungan yang mendukung
pemulihan dapat membantu individu dalam proses perubahan dan pemulihan.
Pemerintah, lembaga medis, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat harus bekerja
sama dalam upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan NAPZA. Kolaborasi
ini penting untuk mengoptimalkan sumber daya, meningkatkan kesadaran, dan
memberikan dukungan yang efektif.
Melalui upaya yang terkoordinasi, pendekatan yang komprehensif, dan
perhatian yang terus-menerus, kita dapat bekerja menuju masyarakat yang lebih sehat
dan bebas dari penyalahgunaan NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi,PEkerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan


Sosial:Dasar- dasar Pemikiran. Jakarta: Rajawali Pers.
Fahruddin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Utama.
Gani, Ali Rafied. 2015. Rehabilitasi Sebagai Upaya Depenalisasi Bagi Pecandu Narkotika.
Malang: Media Neliti
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai