Anda di halaman 1dari 35

EPIDEMIOLOGI

NAPZA & KESWA


PSKM STIK BINA HUSADA 2022-2023
LATAR BELAKANG
Sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, dan
berkeadilan melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang
yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing.
• Angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia
Tahun 2017 sebesar 1,77% (BNN RI, 2017). Provinsi DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan angka prevalensi
penyalahgunaan narkoba tertinggi. (BNN RI, 2017)
Epidemiologi amphetamine and cocaine use disorder sulit
diketahui secara pasti
• ada peningkatan jumlah pecandu kedua jenis zat
psikostimulan ini, khususnya di negara berkembang seperti
Indonesia.

• data BNN dan Pusat Pengkajian Universitas Indonesia, bahwa


penggunaan jenis narkoba yang tergolong ampetamin type
stimulan atau ATS cenderung naik.
Global
• Sekitar 18,2 juta (0,4%) penduduk dunia usia 15-64 thn pengguna
kokain. Paling umum ditemukan di Amerika bagian utara yakni
sekitar 5,1 juta (1,6% dari populasi berusia lebih dari 14 tahun),
Amerika bagian tengah dan selatan sekitar 4,4 juta (1,5%) dan
Eropa tengah dan barat yakni 3,5 juta (1,1%). Ada kecenderungan
penggunaan kokain yg meningkat pd usia muda.
NAPZA
• Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk
menyebut NAPZA adalah narkoba yang berarti narkotika
dan obat atau bahan berbahaya.
• Menurut Depkes RI, NARKOBA adalah Narkoba atau NAPZA
merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak
sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan
gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
• Sementara itu menurut WHO adalah  semua zat kecuali
makanan, air dan oksigen yang jika dimasukan kedalam tubuh,
dapat mengubah fungsi tubuh secara fisik dan atau psikologis.
• Narkoba  sebagai AGENT, Host sbg User dan Envirotment sbg
Lingkungan dimana Narkoba digunakan dan Beredar.
• Narkoba sebagai AGENT  ditempatkan sbg substance dr drugs
Narkoba (zat/bahan dari narkoba) yg telah di Undangkan sbg UU
NARKOTIKA-PSIKOTROPIKA  yaitu UU RI NO 22 / 1997 ttg
Narkotika diantaranya OPIUM, KOKAIN dan GANJA. Dan UU  RI
NO 5 /1997  ttg Psikotropika diantarnya  AMPHETAMIN,
HIPNOTIK, SEDATIF  dll.
HOST sbg User yaitu : berasal dr klpk resiko; narapidana, pekerja
hiburan, pekerja seksual, sopir, pelaut, pekerja keras, mahasiswa dll.
Dimulai dari pemula s/d korban yaitu:
• PENGGUNA, mulai dr pengguna pemula dgn ciri khas menyendiri
dan sering keluar malam,
• PEMAKAI atau PENGGUNA TETAP,  dgn ciri terlambat bangun
krn selalu keluar malam, terus menyendiri, bolos trhdp pekerjaan
rutinnya dan selalu bermasalah dgn keuangannya
• PECANDU, dgn ciri khas terlihat mata mengantuk dlm
kesehariannya, menikmati sensasi dunia dgn stimulan halusinasi.
• KORBAN. yach ! mereka sudah tidak berdaya lagi, dgn indikasi
yg sangat jelas mereka adalah korban penggunaan Narkoba.
Envirotment sbg Lingkungan dmn Narkoba digunakan dan
beredar, diantaranya krn pertemanan, pekerjaan, adanya bandar dll
JENIS NAPZA BERDASARKAN EFEK YANG
DIHASILKAN
1. Depresan

• Depresan bekerja memperlambat pesan yang dikirim ke dan dari otak. Obat ini
bekerja menekan SSPdan aktivitas fungsional tubuh, dpt membuat
penggunanya mjd tenang, tertidur, atau bahkan tidak sadarkan diri.
Penggunaan depresan dalam jumlah besar dapat menyebabkan mual dan
muntah, pingsan, hingga napas terhenti.
• Jenis NAPZA yang masuk kategori depresan seperti: Alkohol Opioid (heroin,
morfin, dll) Ganja Obat penenang (valium)
2. Stimulan
• kebalikan dari depresan, jenisini justru mempercepat pesan yg dikirim ke
dan dari otak. Efek yang dihasilkan adalah lebih bersemangat dan bahagia.
• Penggunaan obat stimulan dapat menyebabkan peningkatan detak jantung,
peningkatan suhu tubuh, paranoid, gelisah, dan psikotik. Apabila obat
stimulan digunakan bersama dengan depresan maka dapat memberikan
tekanan berlebihan pada jantung yang berbahaya bagi kesehatan.
• Jenis NAPZA yang masuk kategori stimulan seperti: Amfetamin Ekstasi
Kokain
3. Halusinogen
• adalah obat yg dpt mengubah persepsi ttg kenyataan, dpt menyebabkan
user melihat dan mendengar sesuatu yg sebenarnya tdk ada dan tdk terjadi.
Apa yang dilihat dan didengar seseorang yg terpengaruh obat ini biasanya
berbeda2 bergantung pd suasana hati, kondisi pikiran, dan latar belakang
kehidupannya.
• Obat ini dapat membuat user merasa panik, cemas, paranoid, dan
kehilangan kontak dgn kenyataan.
• Jenis NAPZA seperti: LSD Magic mushroom (jamur ajaib) Ekstasi Ganja
dengan dosis tinggi
Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
• rasa ingin tahu yang tinggi.
• penderita gangguan mental, misalnya gangguan bipolar atau
skizofrenia.
• Memiliki teman yang seorang pecandu NAPZA.
• Mengalami masalah ekonomi.
• Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.
• Memiliki masalah hubungan dgn pasangan, kerabat, atau
keluarga.
BAHAYA NAPZA
1. Penyakit Kardiovaskular
• Obat stimulan akan menyebabkan kerusakan pada jantung setiap kali
digunakan.
• Jangka panjang, menyebabkan penyakit jantung kronis, termasuk
gagal jantung.
• jenis heroin pembuluh darah kolaps dan infeksi pd pembuluh darah
atau jantung.
2. Kerusakan Sistem Pernapasan
• Obat jenis opioid dapat menekan pernapasan dan
memperburuk kondisi asma.
• Selain itu, semua jenis obat-obatan terlarang yang
penggunaannya dihisap dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru yang dapat memicu penyakit seperti emfisema,
kanker paru-paru, dan bronkitis kronis.
3. Kerusakan Ginjal
• Penyalahgunaan NAPZA juga berpotensi menyebabkan
kerusakan ginjal. Beberapa jenis NAPZA dapat
menyebabkan peningkatan suhu tubuh, kerusakan
jaringan otot, dan dehidrasi. Kondisi ini apabila
dibiarkan akan menyebabkan kerusakan ginjal jangka
panjang seperti gagal ginjal.
4. Kerusakan Hati
• Opioid spt Heroin dpt menyebabkan kerusakan hati.
• akan lebih buruk lagi apabila penggunaan obat bersamaan dengan
penyalahgunaan alkohol juga. Kerusakan ini dpt menyebabkan
komplikasi seperti gagal hati.
5. Gangguan Saluran Pencernaan
• Banyak jenis NAPZA yang memberikan efek kerusakan dan
pembusukan di saluran pencernaan.  Kondisi ini dapat
menyebabkan penyakit kronis seperti refluks asam, sembelit, dan
nyeri perut kronis.
6. Kerusakan Otak
Alasan mengapa kecanduan adalah kondisi yang sulit diatasi adalah
karena dapat mengubah otak seseorang. Beberapa bentuk kerusakan
otak yang terjadi akibat penyalahgunaan NAPZA meliputi:
Gangguan fungsi kognitif
Perubahan dalam memori
Perubahan koneksi pada otak
Kematian sel-sel otak
PENCEGAHAN NAPZA
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pd orang yg blm mengenal NAPZA serta pd
masyarakat yg berpotensi dpt membantu pencegahan penyalahgunaan
narkoba, meliputi:
 Penyuluhan ttg budaya narkoba
 Memberikan penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba
 Memberikan Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan pd orang yg sedang mencoba penggunaan
NAPZA serta masyarakat yg berpotensi dpt membantu agar user dpt
berhenti dan tdk mengalami kecanduan.
Kegiatan meliputi:
• Deteksi dini anak yang menyalahgunakan NAPZA
• Konseling
• Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
• Penerangan dan pendidikan pengembangan individu
3. Pencegahan Tersier
• Langkah ini dilakukan pd orang yg sedang atau pernah menggunakan narkoba serta
komponen masyarakat yg berpotensi dpt membantu agar berhenti dari penyalahgunaan
narkoba dan tdk kembali menggunakan NAPZA.
Langkah meliputi:
• Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta masyarakat yang
ada di lingkungan sekitarnya
• Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak terjerat
kembali sebagai pengguna narkoba.
Di Indonesia, rehabilitasi memiliki tiga tahap, yakni:
• Detoksifikasi. Detoksifikasi adalah tahap di mana dokter
memberikan obat tertentu utk mengurangi gejala putus obat (sakau.
Sebelum pasien diberikan obat pereda gejala, akan diperiksa
kondisinya secara menyeluruh.
• Terapi perilaku kognitif. Pada tahap ini, pasien akan dibantu
psikolog atau pskiater berpengalaman. Terapis terlebih dahulu akan
melakukan pemeriksaan kondisi guna menentukan tipe terapi yang
sesuai.
• ………
Beberapa tujuan dilakukannya terapi perilaku kognitif, antara lain adalah
untuk mencari cara mengatasi keinginan menggunakan obat disaat
kambuh, dan membuat strategi untuk menghindari dan mencegah
kambuhnya keinginan menggunakan obat.
• Bina lanjut. Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta dalam kegiatan
yang sesuai dengan minat. Pasien bahkan dapat kembali ke sekolah atau
tempat kerja, namun tetap dalam pengawasan terapis.
KESEHATAN JIWA
Ketika seseorang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan hidup serta dpt menerima orang lain sebgmn seharusnya
serta mmpunyai sikap positif thdp diri sendiri dan orang lain (WHO
)
Kondisi individu dpt berkembang secara fisik, mental, spiritual, n
sosial shngga individu tsb menyadari kemampuan sendiri, dpt
mengatasi tekanan, dpt bekerja scr produktif, dan mampu
mmberikn kontribusi utk komunitasnya. Kondisi perkembangan yg
tdk sesuai pd individu akan menimbulkan gangguan jiwa (UU
Data Riskesdas 2018 oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan (Kemenkes) dilakukan pada 300.000 sampel
rumah tangga (1.2 juta jiwa) di 34 provinsi, 416 kabupaten,
dan 98 kota. terdapat peningkatan proporsi cukup signifikan,
dibandingkan dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 persen
menjadi 7 persen. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7
rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya
diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.
Permasalahan gangguan jiwa dapat terjadi mulai dari masa anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, jika tidak ditanggulangi atau di
obati akan menyebabkan gangguan jiwa berat yang menyebabkan
turunnya produktivitas dan membebani keluarga. Kesehatan jiwa
tidak bisa kita abaikan, perlu sinergi semua pihak, terutama
keluarga agar kondisi gangguan jiwa tidak makin parah, yang
terjadi sekarang ini kebanyakan pasien diterapi sudah dalam
kondisi parah.
Gangguan jiwa dipicu oleh berbagai faktor antara lain faktor
biologis (seperti faktor bawaan, penyakit infeksi virus, malaria
cerebral, penyakit degeneratif, kecelakaan di kepala), faktor
psikologis (kepribadian kurang matang, trauma psikologis masa
lalu, konflik batin, dan keinginan yang tidak tercapai sehingga
menimbulkan frustrasi), faktor sosial (masalah hubungan dalam
keluarga, konflik dengan orang lain, masalah ekonomi, pekerjaan
dan tekanan dari lingkungan sekitar, hingga keadaan bencana)
Untuk meningkatkan kesehatan jiwa,
*perhatian pemerintah dan kerja sama semua pihak utk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat maupun
pemangku kepentingan thdp maskeswa melalui berbagai upaya
mulai promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dgn
mningkatkan mutu dan akses yankeswa, penyedian obat,
peningkatkan SDM bidkeswa, melakukan advokasi, sosialisasi,
koordinasi bidkeswa dan napza, penyediaan pembiayaan klaim
rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika.

Anda mungkin juga menyukai