Anda di halaman 1dari 23

“PENYALAHGUNAAN OBAT - NAPZA”

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

MUHAMMAD JAUHAN FARHAD (6130016003)


MUHAMMAD IMAMUDDIN IZZATUL ISLAM (6130016028)
FAJRUL MALIKI ALHAQ (6130016043)
MUHAMMAD IDHAM KHOLID (6130016044)
MOHAMMAD ILYAS FEBRI PITOYO (6130016053)
Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis Napza.
• Untuk dapat menjelaskan tahap pemakaian dan penyalahgunaan Napza.
• Untuk dapat mengetahui faktor resiko dan dampak penggunaan Napza.
• Untuk dapat menjelaskan cara pencegahan, terapi dan rehabilitasi
penyalahgunaan Napza.
Pengertian Napza
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi
fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan.
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh
orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA
bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan
bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi.
JENIS-JENIS NAPZA

Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
• Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak
boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya ganja,
heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
• Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
• Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya.
JENIS-JENIS NAPZA

Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh
dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
• Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
• Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untukpengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
• Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
• Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
JENIS-JENIS NAPZA

Bahan Adiktif Lainnya


Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
• Rokok.
• Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, dan
• Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila
dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA.
TAHAP PEMAKAIAN DAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Tahapan Pemakaian NAPZA
Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut :
• Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba. Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman
beralkohol. Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil ekstasi.
• Tahap pemakaian sosial
• Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh
secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari NAPZA.
• Tahap pemakaian situasional
• Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai
berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
• Tahap habituasi (kebiasaan)
• Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya
hidup. Teman lama berganti dengan teman pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba
mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Ia sering membolos dan prestasi sekolahnya merosot. Ia lebih suka
menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.
• Tahap ketergantungan
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat
TAHAP PEMAKAIAN DAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu
bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik.
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika
secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau
dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2 yaitu, a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,
ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi. b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan
NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami
gejala fisik.
FAKTOR RESIKO DAN DAMPAK
PENGGUNAAN NAPZA
Faktor resiko penggunaan Napza
Faktor yang mempengaruhi perilaku remaja dalam penyalahgunaan obat bisa dikategorikan
dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor bawaan anak seperti tipe
kepribadian, genetik serta jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan
(ekosistem) seperti keluarga, tetangga, teman, sarana pendidikan.
Beberapa studi melaporkan bahwa faktor-faktor sosial seperti keluarga inti, teman sebaya
dan lingkungan pergaulan mempengaruhi perilaku remaja terhadap penyalahgunaan obat.
Sementara itu lingkungan sekolah dan tingkat prestasi juga ikut mempengaruhi perilaku remaja.
FAKTOR RESIKO DAN DAMPAK
PENGGUNAAN NAPZA
dampak penggunaan Napza
Penyalahgunaan narkoba bisa berdampak pada kesehatan fisik dan psikif serta berdampak terhadap
lingkungan.
Dampak Fisik
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru,
ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak
sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong,
gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus
{Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum suntik.
FAKTOR RESIKO DAN DAMPAK
PENGGUNAAN NAPZA
Berikut dampak positif narkotika:
• Opioid
Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan
diare.
• Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek stimulan, seperti untuk
meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah.
• Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung karena serat yang
dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.
FAKTOR RESIKO DAN DAMPAK
PENGGUNAAN NAPZA

Dampak psikologis
• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang
• kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
• Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
• Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
FAKTOR RESIKO DAN DAMPAK
PENGGUNAAN NAPZA
Dampak Sosial
• Dikucilkan oleh masyarakat sekitar
• Menyusahkan Orang tua
• Masa depan suram
• Di selimuti rasa bersalah dan ketakutan( gangguan mental)
• Sering Mencuri
• Berani terhadap Orang tua
• Jauh Dari Tuhan Yang Maha Esa
• Suasana tentram dalam masyarakat terganggu
PENCEGAHAN, TERAPI DAN REHABILITASI
PENYALAHGUNAAN NAPZA.

Pencegahan berdasarkan intuisi


• Program pencegahan dikembangkan oleh individu yang merasa terpanggil untuk
melaksanakan program pencegahan, tanpa latar belakang akademik yang cukup.
Umumnya program terfokus pada pemberian informasi obat misalnya bagaimana
bentuknya, bagaimana cara menggunakannya dan bagaimana mereka mendapat
obat, dan konsekuensi dari penggunaan obat. Salah satu ciri khas dari program ini
adalah menggunakan testimonial, berupa menampilkan eks pengguna untuk
mempresentasikan ceritanya serta menjelaskan kehancuran karena adiksi.
PENCEGAHAN, TERAPI DAN REHABILITASI
PENYALAHGUNAAN NAPZA.
Pencegahan berdasarkan teori
Program pencegahan ini dibuat berdasarkan riset formal. Berbagai disiplin melaksanakan
program pencegahan menurut teorinya masing-masing. Ahli psikologi sosial menggunakan
teori pembelajaran sosial. Menurut teori ini, perilaku seseorang tergantung pada harapannya
akan suatu hasil bila ia melakukan sesuatu. Faktor lingkungan sangat berpengaruh karena
pengguna obat mempelajarinya melalui pergaulan sosial. Pencegahan berdasarkan teori ini
menekankan perlunya membentuk kemampuan personal-sosial seseorang untuk melawan
tekanan dari lingkungan dan teman untuk menggunakan obat. Mereka harus belajar norma
yang benar, belajar menolak dan belajar keterampilan sosial. Model sosio-kultural dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa perubahan dalam pengetahuan akan menyebabkan perubahan
norma sosial.6 Bila seseorang diberi pengetahuan mengenai penyalahgunaan obat, maka ia
akan menghindari penggunaan obat terlarang. Selain kedua teori ini, masih banyak teori
• Pencegahan berdasarkan data Setelah berbagai
program berdasarkan teori diaplikasikan, penelitian terfokus pada fakta yang
didapat dari pelaksanaan program tersebut. Perbedaan pokok antara dasar teori
dan dasar data adalah pada program berdasar data selalu dilakukan penelitian
terhadap variabel yang bermakna secara empiris. Perhatian lebih ditujukan
kepada variabel yang bermakna sedangkan variabel yang tidak bermakna
dikeluarkan dari program atau tidak menjadi titik perhatian.
Berbagai Program Pencegahan
• Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk
seluruh populasi. Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang
berbeda pula. Pembagian metode pencegahan adalah:
• Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga
maupun anak.
• Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi.
Risiko tersebut dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan
biologis.
• Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor
risiko dalam suatu keluarga yang disfungsional.
Program Terapi Rumatan Metadone (PTRM)
Program Metadone ini merupakan salah satu bentuk partisipasi Lapas Narkotika dalam menjalankan kebijakan pemerintah untuk
Harm Reduction di Lapas. Program metadone adalah suatu terapi membantu para pemakai berat napza jenis heroin, melakukan
pola kebiasaan baru, memperbaiki kualitas hidup bagi penggunanya tanpa kekuatiran terjadinya gejala putus obat. Manfaat
Program Metadone :
• Dengan dosis yang tepat akan membuat adiksi berhenti menggunakan heroin
• Membuat stabil mental emosional sehingga dapat menjalani hidup normal.
• Mendorong adiksi hidup lebih sehat.
• Menurunkan resiko penularan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
• Menurunkan tindak kriminal
• Membuat hubungan dengan keluarga dan social jauh lebih baik. Program Metadone Lapas Narkotika telah berjalan sejak
tanggal 1 Desember 2006, bekerja sama dengan RSKO Cibubur. Total keseluruhan jumlah warga binaan yang pernah
mengikuti PTRM sebanyak 150 orang. Dari jumlah tersebut diperoleh data sebagai berikut :
• Masih Aktif = 41 orang
• Bebas = 64 orang
• Drop out = 42 orang
• Meninggal = 3 orang Pelaksanaan pemberian PTRM dilakukan setiap hari pada jam 09.00-12.00 WIB.
Terapi Complementer
Terapi Complementer adalah suatu terapi tambahan, pelengkap atau penunjang yang bertumpu pada potensi diri
seseorang dan alam. Dalam terapi ini seseorang diajarkan beberapa ilmu pengobatan yang berasal dari ilmu
kedokteran maupun ilmu tradisional. Terapi Komplementer mulai dilaksanakan di Lapas Narkotika sejak tanggal 8
November 2007 dengan bekerja sama dengan Yayasan Taman Sringanis Jakarta. Pada awalnya terapi ini di
peruntukan untuk membantu warga binaan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS (ODHA) agar kesehatan mereka bisa
terjaga dengan baik. Namun saat ini terpai komplementer dapat dimanfaatkan oleh warga binaan lain yang
memiliki minat pada terapi ini. Terapi Complementer meliputi olah nafas, meditasi, akupuntur, prana, serta
menjaga kesehatan melalui menu sehat.
• Manfaat terapi komplementer adalah :
• Untuk mencegah timbulnya penyakit baru
• Menjaga stamina dan kekebalan tubuh
• Mengatasi keluhan fisik yang ringan
• Mengurangi dan menghindari stress Jadwal kegiatan terapi komplenter adalah seminggu dua kali setiap hari
Senin dan Kamis pada pukul 10.00 – 12.00 WIB
Rehabilitasi Non Medis
Pada tahap ini warga binaan menjalankan salah satu program terapi rehabilitasi yang bertujuan
untuk merubah perilaku adiksi yang tidak sesuai dengan normanorma masyarakat. Melalui terapi
dukungan kelompok para pecandu mendapatkan bimbingan dan pembelajaran tentang bagaimana
bersikap tegas untuk meninggalkan dan menolak menggunakan napza kembali. Ada beberapa
program terapi non medis yang ditawarkan yaitu :
• Therapeutic Community (TC) TC adalah suatu program pemullihan yang membantu merubah
perilaku adiksi seorang penyalah guna Napza menuju “Healthy Life Style”(Gaya hidup yang
sehat tanpa Napza). Bentuk kegiatannya berupa terapi kelompok yang biasa disebut sebagai
‘family’. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
• Morning Meeting Encounter Group Mix Confontation Static Group PAGE Group Seminar
Morning Briefing Pelaksanaan TC di Lapas Narkotika dimulai pada bulan April 2004. Sampai
saat ini sudah tercatat sebanyak 315 orang (11 angkatan) yang telah mengikuti program TC. Dan
yang masih aktif sampai saat ini sebanyak 30 orang.
Rehabilitasi penyalahgunaan Napza
Criminon diartikan sebagai no crime, artinya terapi ini bertujuan untuk membentuk seorang
narapidana untuk tidak melakukan kembali kejahatan. Filosofi dasar dari Criminon menyatakan,
bahwa pada dasarnya seseorang melakukan kejahatan adalah karena kurangnya rasa percaya diri.
Ketiadaan rasa percaya diri ini mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk menghadapi tantangan
kehidupan serta tidak mampu menyesuaikan diri dengan sistem nilai yang berlaku di masyarakat
sehingga yang bersangkutan melakukan pelanggaran hukum.
Tujuan pelatihan criminon:
• Membantu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghadapi rasa
bersalah, rendah diri, takut, emosi, dan mampu mengendalikan diri
• Membantu narapidana dalam menghadapi hambatan belajar
• Memberikan pengetahuan untuk mencapai kebahagiaan lebih baik bagi diri sendiri maupun orang
lain
• Memberikan dasar-dasar pengetahuan untuk mencapai kestabilan dan kebahagiaan dalam hidup
Ada beberapa program yang disediakan di Lapas Narkotika yaitu :

Pesantren Terpadu Program

Pesantren terpadu merupakan program pembinaan mental untuk warga binaan guna mengembalikan nilai-nilai moral agama yang telah hilang.
Ini berkaitan dengan perilaku mereka selama menjadi pecandu sangat jauh dari nilai-nilai spiritual. Melalui pendekatan agama diharapkan
pecandu semakin memiliki dasar yang kuat untuk menata ulang kehidupan mereka ke arah yang lebih baik. Program ini baru di dilaksanakan
sejak Maret 2008 dan diikuti 50 peserta.

Kursus Bahasa Inggris dan Komputer

Memberikan bekal ketrampilan yang berguna merupakan bagian penting dari program pembinaan di Lapas. Penyelenggaraan kursus Bahasa
Inggris dan Komputer memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk mengasah kemampuan mereka di bidang Komputer dan Bahasa
Inggris. Hal ini diharapkan mempermudah warga binaan saat mencari pekerjaan setelah bebas nanti.

Kegiatan Kerja

Untuk memberdayakan potensi dan menyalurkan bakat yang dimiliki warga binaan, Lapas Narkotika menyediakan beberapa kegiatan kerja
yang bisa diikuti diantaranya: sablon, kaligrafi, perikanan, Kaligrafi, air isi ulang dan lain sebagainya. Diharapkan dengan adanya program ini,
pecandu bisa mengisi waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Kegiatan olahraga dan kesenian

Bentuk kegiatan ini adalah:

• Olahraga. Kegiatan olahraga dilaksanakan setiap hari, pagi dan sore sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain lari pagi, senam pagi massal, sepak bola, bola voli, tenis meja, dan catur.

• Kesenian. Kegiatan kesenian dimaksudkan untuk membina dan mengasah bakat-bakat seni narapidana, sehingga mereka dapat menyalurkan
bakat seni yang mereka miliki. Kegiatan kesenian yang dilaksanakan antara lain vokal group, group band, serta group rebana.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai