Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TINJAUAN TEOARI

A. Definisi NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif

lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun sem isintetis, yang

dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan secara terus menerus

bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi

yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit (Helmawati, 2016).

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh

orang yang mengkonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA

bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan

bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).

1. Jenis-jenis NAPZA

NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif

lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok :


a. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat

ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan)

yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan

daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah

yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari “cengkraman”-

nya.

b. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat. Baik alamiah maupun

sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku.

c. Zat Adiktif Lainnya Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika

dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :

1) Rokok

Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan

menimbulkan ketagihan.

a) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,

cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat


memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang

memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA

2. Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,

paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan

gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak

dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau

mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka

NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi

untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini

menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga

menyebabkan kerusakan fisik ( Helmawati, 2016).

Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi

yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-

menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama

dan apabila penggunaannya dikurangi dan atau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Ketergantungan terhadap

NAPZA dibagi menjadi 5, yaitu (BNN, 2015):

a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau

menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia


akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,

ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.

b. Gejal putus zat adalah gejala yang terjadi akibat penghentian atau

pengurangan dosisnya. Keadaan ini menimbulkan gejala fisik yang tidak

enak berupa kejang, mual, muntah, gemetar, gelisah, berkeringat dan

sebagainya. Makin tinggi dosinya yang disalah gunakan dan makin lama

penyalahgunaannya, makin kuat gejala sakitnya.

c. Sakauw adalah gejala putus zat karena penggunaan putauw (heroin) dan

gejala sakauw umumnya berlangsung 4-5 hari setelah penggunaan

dihentikan.

d. Toleransi adalah keadaan dimana dosis yang sama sekali tidak

berpengaruh seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya perlu

penambahan dosis yang lebih besar agar mendapatkan efek yang

dikehendaki. Keadaan ini dapat menyebabkan overdosis dan meninggal.

e. Ketergantungan psikologis adalah keadaan bersifat kejiwaan merasa kurag

enak dan gelisah bila jenis narkoba itu tidak ada.

3. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Harboenangin (dikutip dari Purba, dkk. 2010) mengemukakan ada

beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba

yaitu faktor eksternal dan faktor internal.


a. Faktor Internal

1) Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam prilaku ini. Hal ini

lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi

pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri

yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan

ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara

wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga

turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan

masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah

mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri. Menurut

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (2010) bahwa remaja

yang menyalahgunakan NAPZA umumnya tidak mandiri dan

menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan.

2) Intelegensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intelegensia pecandu yang

dating untuk konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada

pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.

3) Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Berdasarkan Persatuan

Ahli Penyakit Dalam Indonesia (2010) bahwa sekitar dua juta

orang pengguna NAPZA di Indonesia, mayoritas pengguna

berumur 20-25 tahun dan 90 % pengguna adalah pria. Usia pertama

kali menggunakan NAPZA rata-rata 19 tahun. Menurut Rahmah

(2008) bahwa usia remaja merupakan periode yang paling rawan

terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena masa remaja merupakan

masa pencarian identitas diri, saat di mana remaja mulai muncul

rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang

baru berisiko tinggi. Alasan remaja menggunakan narkoba karena

kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan

identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua,

narkoba digunakan sebagai obat penenang. Oleh karena itu, sangat

mungkin jika semakin hari akan semakin bertambah jumlah

pengedar dan pengguna NAPZA di kalangan anakanak dan remaja.

4) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu Narkoba dapat

memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa

enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin

merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya.

Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.


5) Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk

menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh

narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya

lupa pada permasalahan yang ada.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab

seseorang menjadi pengguna narkoba terdapat beberapa tipe

keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat

penyalahgunaan narkoba, yaitu:

2) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami

ketergantungan narkoba.

3) Keluarga dengan manajemen yang kacau.

4) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya

penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik.

5) Keluarga dengan orang tua yang otoriter.


6) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut

anggotanya mencapai kesempurnaan.

7) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan

dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering

berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

c. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu

cara teman-teman atau orang-orang seusia untuk mempengaruhi

seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu. Menurut Persatuan

Ahli Penyakit Dalam Indonesia (2010), bila seorang remaja tidak bisa

berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer atau yang

berprestasi (misalnya dalam bidang olahraga dan akademik), hal

tersebut dapat menyebabkan frustasi sehingga ia mencari kelompok

lain yang dapat menerimanya. Sinaga (2007) melaporkan bahwa

faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman

sebaya (78,1 %).

d. Faktor Kesempatan Ketersediaan narkoba dan kemudahan

memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi

pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba

internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh.


e. Faktor Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah turut mendorong

terjadinya penyalahgunaan NAPZA Sekolah yang kurang disiplin dan

tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah,

pelajaran yang diberikan secara membosankan, guru yang kurang

pandai mengajar dan kurang mampu berkomunikasi dengan siswa,

serta sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreatifitas

siswa, merupakan ciri-ciri sekolah yang berisiko tinggi terhadap

adanya penyalahgunaan NAPZA pada murid-muridnya.

4. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas baik bagi

pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta

masyarakat, bangsa dan negara (Helmawati, 2016).

Bagi diri sendiri; Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya

fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan),

overdosis (OD) yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya

pernapasan dan pendarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental

sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan

hukum.

Bagi keluarga penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan

suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Di mana orang tua
akan merasa malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan

berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stress keluarga meningkat, merasa

putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba atau

melihat anak yang harus berulang kali dirawat bahkan mendekam di penjara.

Bagi pendidikan atau sekolah, NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi

yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan

dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang mengganggu suasana tertib

dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.

Bagi masyarakat, bangsa dan negara, Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan

terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk

pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya.

Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan

kesinambungan pembangunan terancam. Akibatnya negara mengalami

kerugian karena masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta

sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.

5. Upaya Pencegahan NAPZA

Upaya pencegahan meliputi tiga hal berikut.

a. Pencegahan primer

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali kelompok yang mempunyai

resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan

intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya


pencegahan ini ada baiknya dilakukan sejak anak berusia dini agar faktor

yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan

baik. Masyarakat umum secara keseluruhan menjadi target dari pencegahan

primer. Pelaksanaan pencegahan primer dilakukan dengan berbagai bentuk

penyuluhan tatap muka (ceramah, diskusi, seminar), penyuluhan melalui

media cetak (surat kabar, pamphlet,brosur, buletin, dan lain-lain). Kegiatan

penyuluhan maupun pendidikan memiliki konten tentang NAPZA dan

bahayanya bagi fisik dan mental (Ardiani, 2011).

b. Pencegahan Sekunder Pencegahan ini ditujukan kepada penyalahguna pada

tahap coba-coba menggunakan NAPZA serta komponen masyarakat yang

berpotensi menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang dilakukan pada

pencegahan ini antara lain : Deteksi dini penyalahguna NAPZA, bimbingan

sosial melalui kunjungan rumah, pelayanan konseling perorangan atau

keluarga bermasalah penyalahgunaan narkoba, serta penerangan dan

pendidikan pengembangan individu (Ardiani, 2011).

Didalam pencegahan sekunder penanganan secepatnya atau pengobatan juga

dilakukan. Adapun penanganan secepatnya adalah sebagai berikut:

1) Farmakoterapi

Farmakoterapi disebut juga obat psikotropik atau lebih tepat obat yang

memiliki khasiat psikoterapik (mempengaruhi fungsi-fungsi dari otak).

Adapun obat-obat psikotropika yang sering digunakan dalam pelayanan

kesehatan jiwa adalah sebagai berikut: (Ikawati, 2014)


a) Obat Antipsikotik (Anatensol, Clozapil, Largactil, Mellerril,

haloperidol)

b) Obat Anti Depresan (Asendin, Anafranil, Antiprestin, Ludiomil)

c) Obat Anti Insomnia (Mogadon, Esilgan)

2) Psikoterapi Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah

emosional seseorang yang terlatih dalam hubungan professional secara

sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah dan

menghambat gejala-gejala yang ada, mengkoreksi perilaku yang

terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

3) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier ini dilakukan kepada residivisme

atau mereka yang merupakan bekas korban penyalahgunaan NAPZA,

melalui peran polisi dan agen lain dalam sistem peradilan pidana. Tujuan

dari pencegahan tersier ini untuk mencegah jangan sampai para

penyalahgunan NAPZA tersebut kambuh/relaps dan terjerumus kembali

dalam penyalahgunaan NAPZA. Pencegahan tersier dilakukan dalam

bentuk bimbingan sosial dan konseling kepada yang bersangkutan atau

keluarganya juga penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial

yang menguntukkan eks korban dalam memantapkan kesembuhannya,

pengembangan minat, bakat, dan keterampilan bekerja dan berusaha.


BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Kasus 2

Seorang wanita bernama A usia 20 tahun dirawat diruang rehabilitasi


penyalahgunaan NAPZA sejak 6 bulan yang lalu karena ikut-ikutan temannya,
orang tua klien sangat disiplin dan keras mendidik anak-anaknya, klien anak
kedua dari 3 bersaudara. Klien sudah 3 kali keluar masuk rehabilitasi karena tidak
kuat menahan sakit jika tidak menggunakan NAPZA. Hasil pengkajian perawat
penampilan klien rapi, kesadaran CM, kllien tampak murung bicara sedikit, klien
menggunakan NAPZA jenis putaw 0,5 gr, dengan cara di suntik, hasil
pemeriksaan fisik, tampak tato pada tangan kanan klien, klien berjalan seperti
orang mabuk, conjunctiva anemis TD 130/90 mmHg. Nadi : 100x/menit, Suhu :
38oC, RR : 20x/menit, akral hangat. Hasil laboratorium, urine lengkap : +
amfetamin, HB : 10,5 gr/dl, Lecosit 4400 gr/l, Trombosit : 543,000 g/l, SGOT :
54,4, Elisa 1: +. Pengobatan : RL 28 tts/menit, paracetamol : 3x500 mg, dan vit
Bx 1 tab.
Skenario Role Play :

Pada saat mendengar dari pacarnya yang selama ini peduli dengan kondisi
keluarganya, Si A menjadi putus asa, dan tidak ada lagi yang dapat mendengar
kondisinya sekarang.

Pada saat itu, kehidupan A berantakan. A akhirnya lari ke narkoba jenis putaw.
Dia mendapatkan narkoba dari teman-temannya sesudah A diputuskan oleh
pacarnya. Keadaannya semakin memburuk hingga akhirnya dia dilarikan ke
rumah sakit ketergantungan obat Jakarta, dan akan menjalani proses rehabilitasi.

Di ruang pasien
Perawat : “ Assalamualaikum, apa benar ini dengan A?”
A : “ Iya benar.”
Perawat : “ Perkenalkan saya suster D, saya yang akan merawat anda dari
pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB siang nanti.
Sebelumnya, anda senang dipanggil apa?”
A : “ Mba A, aja sus. “
Perawat : “ Baik lah. Saya yang bertanggung jawab merawat mba selama
mba A berada di rumah sakit ini, apabila mba ada masalah atau
perasaan yang tidak dapat mba sampaikan , mba bisa
menceritakannya kepada saya insyaAllah saya akan menjaga
rahasia mba. Disini saya akan melakukan pengkajian mengenai
penyakit mba A agar dapat memudahkan saya untuk memberikan
tindakan perawatan yang lebih baik nantinya. Waktu yang
dibutuhkan adalah sekitar 15-20 menit. Apakah mba A bersedia ?”
A : “ Bersedia, sus.”
Perawat : “ Sebelumnya saya ingin bertanya mengenai kondisi mba saat ini,
Apakah mba pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya ?

A : “ Sudah sus”
Perawat : Sebelumnya dengan sakit apa?

A : Sama sus dengan kasus yang saat ini saya alami.

Perawat : OK baik lah, “Apakah mba termasuk yang memiliki kepribadian


ketergantungan atau tergantung dengan orang lain ?”

A : “ Iya sus, saya selalu tergantung pada pembantu saya di rumah.”

Perawat : “ Apakah mas bisa mengambil keputusan sendiri ?”

A : “ Tidak bisa sus, saya selalu menanyakan ke teman saya apabila


saya mendapatkan suatu pilihan yang membuat saya bingung.”

Perawat : “ Apakah mba sering merasa tidak berguna jika tidak bisa
menyelesaikan masalah ?

A : “ Iya sus, saya selalu frustrasi dan stress apabila saya tidak bisa
menyelesaikan masalah mengenai keluarga dan kehidupan pribadi
saya.”

Perawat : “ Apakah mba senang membuat konflik ?”

A : “ Saya tidak pernah membuat konflik sus.”

Perawat : “ Apakah mba senang menyendiri ?”

A : “ Iya sus, saya sering sekali menyendiri, karena saya jarang


bertemu dengan orangtua karena mereka semua sibuk sekali
bekerja di luar kota.”

Perawat : “ Apakah mba termasuk orang yang mudah cemas ?”

A : “ Tidak sus.”

Perawat : “ Apakah hubungan mba dengan keluarga harmonis ?”

A : “ Hubungan saya dengan keluarga saya terutama orangtua dekat


sus, tapi saya dan orangtua jarang bertemu karena mereka semua
terlalu sibuk bekerja. Dan mereka hanya mementingkan urusan
pekerjaan dari pada urusan keluarganya. Tapi walaupun mereka
sibuk dengan pekerjaan mereka, mereka sangat disiplin dank eras
dalam mendidik kami”

Perawat : “ Jika ada masalah mba biasanya bercerita pada siapa ?”

A : “ Teman saya sus.”

Perawat : “ Apakah dikeluarga mba ada yang menggunakan extacy/


NAPZA ?”

A : “ Tidak sus.”

Perawat : “ Apakah mba diberi uang saku oleh orangtua mba ?”

A : “ Iya sus, saya selalu diberi uang saku berlebih karena orangtua
selalu pergi ke luar kota.”

Perawat : “ Bagaimana lingkungan tempat tinggal mba ?”

A : “ Lingkungan tempat tinggal dekat dengan pusat kota sus.”

Perawat : “ Apakah teman dekat mba ada yang menggunakan NAPZA atau
menjadi pengedar NAPZA ?”

A : “ Ada sus, teman dekat saya menggunakan narkoba jenis ekstasi.”

Perawat : “ Apakah mba sering merasa sendiri ?

A : “ Saya selalu merasa sendiri sus, apalagi apabila orangtua saya


tidak berada di rumah, saya selalu pergi kerumah teman saya.”

Perawat : “ Apakah mba memiliki teman dekat ?”

A : “ Saya mempunyai teman dekat pada saat saya duduk dibangku


SMA sus.”
Perawat : “ Apakah mba sedang mengalami kehilangan (seperti : kehilangan
orang yang di cintai ).”

A : “ Iya sus, saya kehilangan orang yang saya sangat cintai, orang itu
adalah pacar saya, saya dengan dia sudah dekat selama 1 tahun
saya selalu mengunjungi rumah dia setiap minggu, pada suatu hari
saya mendapat kabar bahwa dia akan menikah dengan wanita lain,
dan itu akan dilaksanakan bulan depan, pada saat itu hati saya
langsung hancur sus, saya tidak tahu harus apa lagi.”

Perawat : “ Bagaimana komunikasi mba dalam keluarga ?”

A : “ Saya jarang berkomunikasi dengan keluarga karena tadi orang


tua saya sangat sibuk dengan pekerjaannya.”

Perawat : “ Apakah mba dapat mengatakan dengan jujur masalah yang


sedang dihadapi pada keluarga ?.”

A : “ Saya tidak tahu sus, apa yang terjadi dalam keluarga saya. Saya
tidak mengerti mengapa keluarga saya sangat sibuk dengan urusan
pekerjaan mereka.”

Perawat : “ Bagaimana dukungan dari mba ketika mba ada masalah ?”

A : “ Keluarga saya tidak pernah tahu apabila saya mempunyai


masalah dalam hidup saya sus, dan keluarga saya tidak pernah
mendengar apa yang dirasakan oleh anaknya.”

Perawat : “ Apa yang mba lakukan untuk mengatasi stress ?”

A : “ Pada saat saya sedang stress, saya pergi bersama teman-teman


saya, dia juga teman dekat saya sejak SMA, saya selalu pergi ke
diskotik pada saat malam hari.”

Perawat : “ Maaf sebelumnya apakah mba A memiliki kebiasaan meminum-


minuman beralkohol?”
A : “ Pernah sus tapi jarang-jarang, semenjak saya putus sama pacar
saya, saya semakin sering minum alkohol.”
Perawat : “Mba A sering mengonsumsi minuman saat sedang apa? Apakah
hanya saat berkumpul dengan teman-teman atau bagaimana?”
A : “ Awalnya saya hanya mengonsumsi jika bersama teman-teman
saja sus. Tapi, lama-kelamaaan saya semakin ketergantungan untuk
terus mengonsumsi minuman beralkohol.”
Perawat : “Oh begitu yaaa... biasanya mba A sering mengonsumsi minuman
beralkohol jenis apa?”
A : “ Semua jenis saya suka ko sus.”
Perawat : “Apakah ada barang lain yang mba A konsumsi bersamaan
dengan alkohol tersebut?”
A : “ng.......(A terdiam beberapa saat, lalu mulai bersuara dengan
pelan) Sekitar 1 bulan yang lalu, saya adalah pengguna narkoba
jenis putaw, sus. Saya menggunakan putaw karena saya sudah
frustasi dengan hidup saya, orangtua saya sudah tidak sayang lagi
sama saya, dan akhir-akhir ini pasangan saya yang sudah lama saya
kenal, akan menikah dengan wanita lain, kemudian saya bertemu
dengan teman-teman pada saat saya duduk dibangku SMA, teman
saya membujuk saya agar menggunakan obat anti stress, saya tidak
tahu obat apa, pada saat saya mencobanya saya merasakan efek
yang sangat menyenangkan tubuh saya terasa enak, dan segar sus,
Pada saat itu saya mengalami ketergantungan obat jenis ini sus.
Perawat : “ Saya mengerti dengan apa yang mba alami, tapi mba tetap harus
semangat ya dalam menjalani hidup mba. lalu, saya ingin bertanya
jenis narkoba apa yang mba konsumsi?
A : ” Saya biasanya mengkonsumsi putaw sus”
Perawat : ” Oh jadi jenis narkotika ya mba. nah, mba menggunakan obat
tersebut dalam waktu berapa lama dan penggunaannya seperti apa?
A : ” Sangat lama sus. Mungkin sekitar 6 bulan saya menggunakan
zat haram itu. Saya menggunakan bantuan temen-temen saya untuk
masukin obat itu ”
Perawat : ” Jadi mba sudah 6 bulan menggunakan zat tersebut?
A : ” Iya sus”
Perawat : ” Saya sangat mengerti terhadap apa yang mba alami sekarang.
Saya akan merasakan hal yang sama dengan mba jika saya diposisi
mba. tapi mba harus tetap semangat dan lebih mendekatkan diri
pada Allah ya mba.
A : ” Iya sus, saya benar-benar tidak mau menggunakan barang itu
lagi. Terima kasih sus”
Perawat : ” Iya, sama-sama. Nah, sekarang kami disini akan berusaha untuk
membantu mba A dalam mengangani penyakit ketergantungan
mba.”
A : “Baiklah, sus.”
Perawat : “O iya apakah mba A sudah makan?”
A : “Belum, sus.”
Perawat : “ Nah, berhubung sekarang adalah jadwalnya mba A untuk makan
malam, saya akan siapkan ya makanan untuk mba A?”
A : “ Ah, tidak.... jangan sus. Saya belum lapar.”
Perawat : “ Lohh ini kan sudah waktunya mba A makan jadi mba A makan
ya”
A : “ Tidak sus, saya tidak mau makan, saya mual, sus.”
Perawat : “Jadi mba A tidak mau makan karena mual.”
A : “Iya sus”
Perawat : “Mba A, mba itu harus makan, jika tidak, tubuh mba A akan
semakin nge-drop. Mau ya? Kebetulan makanan yang nanti saya
akan sajikan hangat, jadi cukup bisa mengurangi rasa mual mba
A.”
A : (berfikir sejenak) “Baiklah, sus.”
Perawat : “Kalau begitu saya akan mengambil dulu makanannya ya. mba A
tunggu saja.”

Setelah mengambil makanan, perawat kembali ke kamar pasien A sambil


membawa makanan kemudian perawat D menemani pasien A sampai selesai
makan.
Perawat : “ Nah, makanan sudah habis yah mba, Karena waktunya sudah
selesai. Bagaiman perasaan mba sekarang ? apakah lebih baik dari
sebelumnya ?”
A : “ Perasaan saya lebih tenang sus.”

Perawat : “ Sekarang mba bisa menceritakan kembali tindakan-tindakan


yang telah kita lakukan ?”
A : “ Iya suster, tadi suster melakukan tindakan pengkajian dan kita
mengobrol mengenai masalah yang saya hadapi sekarang,
terimakasih ya sus.”
Perawat : “ Iya mba, sama-sama, saya merasa senang sekali mas bisa
tersenyum kembali. Mba sekitar 3 jam kemudian saya akan
kembali lagi menemui mba, saya akan melakukan tindakan berupa
pemberian obat karena sudah waktu jam minum obat. Apakah mba
bersedia ?”
A : “ Iya sus.”

Perawat : “ Mba karena saya harus merawat pasien yang lain saya izin pamit
terlebih dahulu, apabila mba membutuhkan sesuatu mba bisa
memencet bel di sebelah mba, atau memanggil saya dengan
menyuruh ibu mba, terimakasih atas kerjasama mba , saya pamit
,Assalammualaikum wr. wb.”
A : “ Waalaikumsalam wr. wb.”
Kemudian perawat mengisi dokumentasi keperawatan dan akan melakukan
pengkajian terhadap keluarga pasien untuk melengkapi data yang didapat dari
pasien.
Di ruang Khusus
Perawat : “ Assalammualaikum wr. wb”
Ibunda A : “ Waalaikumsalam wr. wb”
Perawat : “ Benar dengan ibunda A ? perkenalkan nama saya suster D.
Ibunda A : “ Benar sus, oh iya sus”
Perawat : “ Saya yang bertanggung jawab merawat anak ibu selama anak
ibu A berada di rumah sakit ini, apabila ibu ada masalah atau
perasaan yang tidak dapat ibu sampaikan , ibu bisa
menceritakannya kepada saya insyaAllah saya akan menjaga
rahasia keluarga ibu. Nah hari ini saya akan melakukan tindakan
berupa pengkajian. Pengkajian ini dilakukan untuk melengkapi data
yang sudah ada, data yang sebelumnya saya sudah dapatkan dari
anak ibu A, pada saat kemarin . Lamanya waktu dalam tindakan ini
kira-kira sekitar 15 menit. Nanti setelah tindakan kita dapat
mengobrol-ngobrol mengenai masalah yang dihadapi keluarga ibu.
Apakah ibu bersedia melakukan tindakan bersama saya ?”
Ibunda A : “ Iya sus “
Perawat : “ Begini bu, tadi saya sudah melakukan pengkajian terhadap anak
ibu A, dan tadi juga saya sudah bertanya-tanya mengenai masalah
yang dialami A, sehingga dia dapat mengkonsumsi Narkoba.
Ibunda A : “ Terus, bagaimana sus, hasil dari anak saya ?”
Perawat : “ Sebenarnya A merupakan anak yang baik, A sangat kooperatif
dengan saya dan juga tim kesehatan yang lain, sebenarnya apakah
ibu dan suami ibu selalu ada di rumah menemani A ?”
Ibunda A : “ Sebenarnya kami jarang sekali dirumah Sus, saya dan juga
suami selalu pergi ke luar kota dan luarnegeri untuk alasan bisnis
yang tidak dapat saya tinggalkan, saya titipkan anak saya dengan
pembantu saya dirumah.”
Perawat : “ Jadi, ibu dan suami jarang berada di rumah ?”
Ibunda A : “ Iya sus.”
Perawat : “ Apakah A selalu bertanya mengapa ayah dan ibu tidak pernah
berada dirumah ?”
Ibunda A : “ Iya sus, pada saat itu A pernah mengatakan kepada saya,
mengapa ibu dan ayah jarang berada di rumah, dia ingin seperti
anak yang lain, tapi pada saat itu saya hanya mengatakan yang
penting semua kebutuhanmu terpenuhi, saya tidak pernah
memperhatikan kondisi dia, saya tidak pernah tau saya tahu sus,
saya dan suami saya memang salah.”
Perawat : “ Baik, sepertinya saya sudah tahu mengapa anak ibu terjerumus
ke narkoba, Oke kalau begitu saya sudah mendapatkan data yang
cukup lengkap mengenai kondisi anak ibu saat ini, nah karena
besok anak ibu sudah di izinkan pulang oleh pihak rumah sakit, jadi
besok saya akan memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan mengenai masalah anak ibu, agar anak ibu tidak
terjerumus kembali ke obat-obatan terlarang seperti narkoba,
waktunya kira-kira besok, pukul 09.00 WIB , apakah ibu bersedia
?”
Ibunda A : “ Baik sus, saya bersedia.”
Perawat : “ Terimakasih atas kerjasama ibu karena sudah menyempatkan
waktunya sehingga kita bisa berbincang-bincang mengenai masalah
ibu saat ini, semoga anak ibu A dapat cepat sembuh dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena waktunya juga sudah
selesai, terimakasih apabila ada apa-apa ibu bisa memanggil saya
atau di ruang perawat, terimakasih ibu Wassalammualaikum wr.
wb
Ibunda A : “ Sama-sama sus, Waalaikumsalam wr. wb”.
Keesokan harinya, sebelum pulang, perawat sudah melakukan kontrak dengan
Ibunda A, untuk melakukan penyuluhan mengenai bahaya narkoba apabila di
konsumsi kembali.
Perawat : “ Assalammualaikum wr. wb “
Ibunda A : “ Waalaikumsalam wr. wb”
Perawat : “ Sudah mau siap-siap pulang yah bu?”
Ibunda A : “ Iya sus.”
Perawat : “ Sesuai dengan janji saya, hari ini saya akan melakukan
pendidikan kesehatan kepada keluarga ibu, waktunya kira-kira
sekitar 15 menit apakah ibu dan mas bersedia ?”
Ibunda A : “ Bersedia Sus”.

Anda mungkin juga menyukai