Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system)


dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah
ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu
pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor usus besar dan
rektum adalah pertumbuhan –pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam
dari usus besar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps).
Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah
tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke
bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah
sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip
ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat
kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai
telah berkembang dari polip-polip.
Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal
(colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan
organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan
menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana
tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ
yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali
metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu
penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai
a. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan kita sebagai calon
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif
sesuai dengan standar dan etika keperawatan pada klien yang mengalami
masalah kesehatan pada sisitem gastrointestinal : Kanker Kolorektal.
b. Tujuan khusus :
1) Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari kanker
kolorektal.
2) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan gangguan system
gastrointestinal: kanker kolon dan post operasinya.
3) Mahasiswa dapat mendiagnosa masalah dengan gangguan sistem
gastrointestinal: kanker kolon, baik pre maupun post operasi.
4) Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan dengan
gangguan sistem gastrointestinal: kanker kolon, intervensi untuk pre
maupun post operasi.
5) Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan
system gastrointestinal: kanker kolon.
6) Mahasiswa dapat mengevaluasi dari tindakan keperawatan dengan
gangguan sistem gastrointestinal: kanker kolon.

2
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Definisi
Kanker adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel- sel kanker tidak
seperti sel- sel tumor jinak, menunjukan sifat invasive dan metastasis dan
sangatlah anaplastik. (Kamus Dorland). Kanker adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang
jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya.
Kanker Kolon adalah suaatu bentuk keganasan dari masa abnormal/
neoplasma yang muncul dari jaringan epitel dari kolon. (Haryono, 2010).
Kanker Kolorectal ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon
dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut traktus gastrointestinal. Kanker kolorektal adalah suatu
tumor malignant yang muncul pada jaringan epitelial dari kolon atau rectum.
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma. (Wijaaya dan Putri, 2013).
Jadi, Kanker Kolorektal adalah suatu kanker yang bersifat fatal karena
dapat mengalami invasi dan metastasis serta menyerang daerah kolon dan
rectum.

B. Anatomi Fisiologi Usus Besar


 Anatomi

3
Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar
terdiri dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme
diubah menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan
aktivitas dari mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana
colon menyimpan sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira
1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume
direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara
normal melalui defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada
ileocecal. Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk
kantung tersembunyi. Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi
yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm disebut appendix (umbai cacing).
Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik.
Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon
ascendens, colon transversal, colon descendens dan colon sigmoid. Colon
ascending membujur dari cecum dan berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur
hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon transversal membentang
dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon
descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis
yang sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid
membentuk saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal
tidak lengkap. Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi
membentuk tiga berkas otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon.
Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang
terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang
berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang melekat di
sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan
mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak
membentuk suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki
sejumlah kelenjar tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus
yang ada di usus halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel

4
goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada sel goblet usus besar
menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.

Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan
berakhir pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium
lajur yang sederhana, dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu
alat pencernaan.beristirahat Bagian terakhir dari alat pencernaan yang
panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari pangkal
rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal
daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari
lubang anus. Otot rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung
bawah dari lubang anus. Jaringan Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah
lajur yang sederhana dan yang di bagian bawah tersusun squamous.

 Fisiologi
Fungsi utama kolon adalah: absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi
dan setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2
fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus
halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.
a) Gerakan Mencampur “Haustrasi”
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5
cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir

5
tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan
berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak
terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas
puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian menghilang 60 detik berikutnya,
kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi
hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat
terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang
dikeluarkan tiap hari.
b) Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra
yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur
setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil
alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu waktu,
kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili.
menghasilkan mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus
mengandung ion bikarbonat yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari
sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel mucus Krista
lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang membawa
persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal kolon.
Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi,
tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan
bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas
bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar
dengan ion klorida sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang
menetralkan asam dalam feses. Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang
dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai
beberapa liter sehari pada pasien diare berat.
c) Absorpsi dalam Usus Besar

6
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian
besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar
100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan
kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat
penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat
(kolon penyimpanan).
d) Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan
absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah
taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah
difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi
ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang
mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat
(seperti penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari
kerja bakteri didalam usus besar.
e) Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui
sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
 Kerja Bakteri dalam kolon.
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal
pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna
sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan
bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂,
H₂, CH₄).
 Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak,
10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan
unsur kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas).
Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang
berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri. Apabila

7
empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja akolik).
Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan
penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk
kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi
tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena
sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari makanan. Hal ini
merupakan penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap
dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
f) Proses Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter
yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan
rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila
terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter
anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus
akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani
eksternus.
Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan
rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter
ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari
refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric
dalam dinding rectum.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal
aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang
peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke
arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni
direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani
eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi
defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi
volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus
dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian
defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat

8
dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan
sfingter dan megontraksikan otot abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks
defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis
(segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang,
sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali
ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis
n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic
dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi
intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat.
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti
mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen
mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar
pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan
feses.

C. Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
1) Usia lebih dari 40 tahun
2) Darah dalam feses
3) Riwayat polip rektal atau polip kolon
4) Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5) Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6) Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7) Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

9
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat
berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu
peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang
mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan (e.g
Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
a. Daging merah
b. Lemak hewan
c. Makanan berlemak
d. Daging dan ikan goreng atau panggang
e. Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
f. Makanan yang harus dikonsumsi:
g. Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
h. Butir padi yang utuh
i. Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama
yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga
type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous. Meskipun hampir besar
kanker Colon berasal dari adenoma, hanya 5% dari semua adenoma Colon
menjadi manigna, villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi
manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor
tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada
gen autosom dominan. Ini dikarakteristikkan pada permulaan adematus polip

10
pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis
mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit
Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko
pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan
colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota
keluarga menderita penyakit tersebut.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis pada pasien kanker Kolorektal (Bruner & Suddarth, 2013)
adalah:
1) Perubahan kebiasaan defekasi (merupakan manifestasi gejala yang paling
sering terjadi)’ keluarnya darah di dalam atau Pada feses (gejala kedua yang
Paling sering dijumpai).
2) Anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan, dan keletihan.
3) Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul
dan melena (feses berwarna hitam keabu-abuan).
4) Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi, dan distensi) dan darah berwarna
merah terang di feses. Lesi rektal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang
nyeri dan tidak efektif saat defekasi), nyeri rektal, merasa tidak lampias
setelah defekasi, mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, dan feses
berdarah.
5) Tanda-tanda komplikasi: obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi tumor
dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan abses,
peritonitis, sepsis, atau syok).
6) Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal berada
dalam stadium lanjut.

11
E. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada


klasifikasi TNM, klasifikasi Dukes, dijabarkan klasifikasinya adalah sebagai
berikut :

 Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon


 Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
 Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
 Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

F. Patofisiologi

Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan
dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih
sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar
lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir
semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar )
dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat
menyebar :
1) Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih.
2) Melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan mesokolon.
3) Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke
sistem portal.
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa
pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke
kelenjar limfe.
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus
Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan
appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke
tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama
di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut

12
sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan
diikuti kemoterapi.

G. Test Diagnostik
 Pemeriksaan abdomen dan rectal
 Sigmoidoscopy dan colonscopy
 Barium Enema
 CT Scan Abdomen
 Operasi : Right/ Left Hernia Colectomy : Abdominal – Perineal Resection,
Laparascopy Colectomy
 Radiasi
 Chemotherapy
 Liver fungsi test.

13
H. Insiden
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rektum
relatif umum. Pada kenyataannya kanker kolon dan rectum sekarang adalah tipe
paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit
budaya Barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorectal
didiagnosis di negara ini tiap tahunnya.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker
rectal. Insidennya meningkat sesuai usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga
yang mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.
Insiden kanker pada sigmoid dan area rectal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asenden dan desenden meningkat. Angka kelangsungan
hidup di bawah 5 tahun adalah 40% sampai 5%, terutama karena terlambat dalam
diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka
waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan
perubahan pada kebiasaan defekasi/ pendarahan rectal.

I. Penatalaksanaan
a. Medis

Terapi kanker bergantung pada stadium penyakit dan komplikasi yang


terkait. Obstruksi ditangani dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik dan
dengan terapi darah jika perdarahan cukup berat. Terapi suportif dan terapi
pelengkap (mis., kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi) termasuk dalam
penatalaksanaan medis.

b. Bedah

 Pembedahan adalah terapi primer untuk sebagian besar kanker kolon dan
rektal; jenis pembedahan bergantung pada lokasi dan ukuran tumor, dan
dapat bersifat kuratif atau paliatif.
 Kanker yang terbatas pada satu tempat dapat diangkat melalui kolonoskop.
 Kolotomi laparoskopik dengan polipektomi meminimalkan luasnya
pembedahan yang diperlukan dalam beberapa kasus.

14
 Neodimiurn: laser ittrium-aluminium-garnet (Nd: YAG) efektif pada
beberapa lesi.
 Reseksi usus dengan anastomosis dan kemungkinan kolostorm atau
LleOStomi sementara atau permanen (kurang dari sepertiga pasien) atau
pembuatan kantung/ wadah koloanal (kantungJ kolonik). (Brunner dan
Suddarth, 2013).

J. Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
1) Dapatkan riwayat kesehatan mengenai adanya keletihan, nyeri abdomen
atau nyeri rektal, pola eliminasi dulu dan sekarang, dan karakteristik feses.
2) Dapatkan riwayat penyakit radang usus atau polip kolorektal, riwayat
keluarga menderita penyakit kolorektal, dan terapi medikasi saat ini.
3) Kaji pola diet, termasuk asupan lemak dan serat, jumlah alkohol yang
dikonsumsi, dan riwayat merokok; deskripsikan dan dokumentasikan
riwayat penurunan berat badan dan perasaan lemah dan letih.
4) Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus; palpasi adanya area
nyeri tekan, distensi, dan massa yang solid; inspeksi feses untuk melihat
adanya darah.

K. Diagnosa Keperawatan
1) Preoperatif:
Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan
dengan kurang paparan sumber informasi
2) Pasca operatif:
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada
apendiktomi)
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan
 Gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai

15
L. Intervensi Keperawatan

Pre Operasi
1. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d Kurang
paparan sumber informasi.
NOC : Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2
x 24 jam ps mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta
Therapi yg diberikan.
Indikator : Ps mampu menjelaskan kembali tentang proses penyakit,
mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas
NIC : Pengetahuan penyakit
a) Jelaskan tentang penyakit Ca rekti
b) Jelaskan tentang program pengobatan dan tindakan operasi yang akan
dilakukan
c) Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi
Tanyakan kembali pengetahuan ps tentang penyakit, prosedur prwtn dan
pengobatan

Post Operasi
1. Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi
pembedahan pada apendiktomi)

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps
berkurang.
a. Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
b. Ps menyatakan nyeri berkurang
c. Ps mampu istirahan/tidur
d. Menggunakan tekhnik non farmakologi
NIC: Manajement nyeri
Aktifitas
1) Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-
faktor yang dapat menambah nyeri

16
2) Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
3) Fasilitasi linkungan nyaman
4) Berikan obat anti sakit
5) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
6) Berikan massage di punggung
7) Tekan dada saat latihan batuk

2. Diagnosa keperawatan: deficite self care b.d nyeri


NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi
perawatan selama 2x24 jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian
sendiri dg Indikator:
a. Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit
b. Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman
NIC: Membantu perawatan diri pasien
Aktifitas:
1) Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps
2) Libatkan keluarga dan ps
3) Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri
NIC : ADL berpakaian
Aktifitas:
1) Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan
2) Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkan
3) Bantu berpakaian yg sesuai
4) Jaga privcy ps
5) Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai

3. Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi bd tindakan invasif, insisi post


pembedahan
NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan
selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg indikator:

a. Bebas dari tanda-tanda infeksi

17
b. Angka leukosit normal
c. Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi
NIC: Perawatan luka
Aktifitas:
1) Amati luka dari tanda2 infeksi
2) Lakukan perawatan payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa
steril untuk merawat dan menutup luka
3) Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi
4) Kelola th/ sesuai program

NIC: Kontrol infeksi


Aktifitas:
1) Batasi pengunjung
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps
3) Tingkatkan masukan gizi yang cukup
4) Anjurkan istirahat cukup
5) Pastikan penanganan aseptic daerah IV
6) Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal


Cancer atau lebih dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk
keganasan yang terjadi pada colon, rectum, dan appendix. Penyakit ini
merupakan penyakit kedua yang mematikan di dunia. Adapun faktor
penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga,
kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani
(seperti daging, jeroan), umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas,
adanya penyakit saluran pencernaan : radang usus, ulcerative colitis,
hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika.
Reseksi kolon adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat
sebagian atau seluruh kolon (Debakey, Michael E, 2009). Saat reseksi
kolon, bagian kolon yang mengalami gangguan diangkat dan dua bagian
yang sehat akan disambungkan kembali disebut end-to-end anastomosis.
(Swierzewski, Stanley J, 2001).

B. Saran

Mahasiswa memahami dan mengerti mengenai konsep penyakit


kanker kolorektal, memahami tentang Pengertian, etiologi, faktor resiko,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis,
pengobatan pada keadaan khusus, serta dapat memberikan Asuhan
Keperawatan yang tepat pada klien dengan penyakit kanker kolon, baik pre-
operasi maupun pos-operasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem


Gastrointestinal. Cet. 1. Jakarta : EGC.

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Ed.1. Jakarta : Salemba Medika.

Sjamsuhidadjat. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2 ; Cet.1. jakarta : EGC.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda


NIC NOC. Jakarta : EGC.

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta :
EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai