Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN I TUTORIAL KASUS I

BLOK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Hari/Tanggal : Jum’at/25 Maret 2022


Pukul : 08.00-09.40 WIB
Kelompok : 2A
Dosen Pembimbing : Ns. Yosi Oktarina, S.Kep., M.Kep.
Moderator : Cika Oktavia – G1B119001
Notulen : Helni Yusriya Safitri – G1B119021

Skenario Kasus 1
Pada jam 22.30.wib. Saat sedang bertugas jaga IGD di RSUD Raden Mattaher jambi,
Perawat TRIAGE mendapat pasien korban kecelakaan lalu-lintas seorang laki-laki berusia 35
tahun diantar oleh patroli polisi lalu lintas. Pasien sadar, mengeluh nyeri dada, sesak nafas
yang semakin bertambah, dan bahu kiri terasa nyeri. pada saat datang ke pasien perawat
segera melakukan primary survey dan secondary survey Menurut keterangan pengantar, 3
jam SMRS pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, menabrak pohon
ketika menghindari hewan yang melintas. Penderita terjungkal dan jatuh dari motor, dada
terbentur stang motor dan nyeri pada bahu sebelah kiri. Dari pemeriksaan fisik, kesadaran
GCS 8. Nafas cepat dan dangkal, suara tambahan didapatkan (gurgling dan snoring ). Vital
sign: Nadi 130x/menit, tekanan darah 90/70 mmHg, suhu 37C, RR 32x/menit. Terdapat jejas
pada thorax kanan, JVP meningkat, pergerakan dada kanan tertinggal, perkusi hipersonor,
auskultasi vesiculer menurun, emfisema sub cuti (+). Regio bahu kiri terdapat jejas (+),
perdarahan aktif di femur dextra (+), oedem (+), deformitas (+), nyeri tekan (+) dan krepitasi
(+). Pada pemeriksaan Fisik lanjutan Perawat IGD menduga adanya pneumothorax kanan dan
berencana melaporkan ke dokter jaga untuk melakukan thorakosintesis segera. Keluarga
pasien belum ada yang datang. Sambil menunggu keluarga, dokter melakukan
informedconsent pada pihak pengantar pasien, dilanjutkan permintaan cek lab darah dan
radiologi.
LO:
1. Bagaimana Konsep Gawat Darurat pada pasien?
2. Bagaimana sistem kolaborasi tim dalam penanganan pasien?
3. Bagaimana Etik legal dalam kegawatdaruratan?
STEP I (KLASIFIKASI ISTILAH SULIT DAN JAWABAN)
1. Thorakosintetsis (Putry)
2. Triage (Husnul)
3. Deformitas (Nurfajrindah)
4. Primary Survey (Khafivah)
5. Jejas (Yayu)
6. Snoring (Marta)
7. Informed Consent(Cika)
Jawaban:
1. Thorakosintesis atau penyedotan cairan di paru adalah suatu prosedur yang dilakukan
apabila terdapat banyak cairan dalam rongga pleura. Prosedur penyedotan cairan ini
dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan
cairannya, sehingga pasien dapat bernapas dengan lebih baik. Penyedotan cairan paru
bertujuan mengeluarkan cairan yang menumpuk dalam rongga pleura sehingga pasien
dapat bernapas dengan lebih lancar. (Helni)
2. Triase adalah proses identifikasi pasien dan pengambilan keputusan dalam menentukan
pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan, atau berisiko
memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan medis segera, dan
pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. (Syifa)
3. Deformitas adalah perubahan bentuk anatomis, seperti menonjok atau tampak lebih
ekstrim yang membuat bagian tubuh tampak atau berfungsi berbeda dari yang
seharusnya (Hani)
4. Primary Survey (Penilaian Awal) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa, Kepedulian perawat pada saat menemukan klien yang membutuhkan
primary survey (penilaian awal) sangat mempengaruhi keberhasilan usaha pertolongan
yang akan di lakukan. (Nadia)
5. Jejas adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika
rangsangan perusak ditiadakan (Hanif)
6. Snoring merupakan suara ngorok atau mendengkur yang terjadi ketika saluran nafas
menyempit. Aliran udara yang terbatas menyebabkan suara bergetar. Volume dengkuran
dapat bervariasi tergantung pada seberapa terbatas udara di hidung, mulut, atau
tenggorokan. Penyebabnya antara lain dapat berupa membesarnya amandel sehingga
membatasi aliran udara yang lewat atau kelebihan berat badan karena penumpukan
lemak pada leher. (Elvin)
7. Informed consent adalah penyampaian informasi dari dokter atau perawat kepada pasien
sebelum suatu tindakan medis dilakukan atau persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga yang telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan. (Reny)

STEP II (IDENTIFIKASI MASALAH)


1. Apa tindakan awal yang harus dilakukan oleh perawat? (Hanif)
2. Apa tujuan dilakukannya tindakan thorakosintesis? (Reny)
3. Apa yang harus diperhatikan perawat saat menghadapi situasi kegawatdaruratan pada
kasus tersebut? (Yuda)
4. Apa kemungkinan terparah yang bisa dialami pasien dan bagaimana dampaknya terhadap
sistem kardio dan respirasinya mengingat adanya cedera parah pada bagian thorax?
(Syifa)
5. Berdasarkan kasus disampaikan bahwa pada pemfis lanjutan, perawat IGD menduga
adanya pneumothorax kanan dan berencana melaporkan ke dokter jaga untuk melakukan
thorakosintesis segera. maka dari itu, dari berbagai data yang dilampirkan, data apa
sajakah yang memperkuat perawat sehingga menduga pasien megalami pneumothorax
kanan dan apa komplikasi yang mungkin ditimbulkan jika tidak segera dilakukan
thorakosintesis? (Helni)
6. Bagaimana cara pengelompokkan triage dan masuk dalam kategori triage apa pasien
pada kasus? (Nadia)
7. Apa yang menyebabkan pasien diperlukan pemeriksaan cek lab darah dan radiologi?
(Hani)

STEP III (ANALISIS MASALAH)


1. Seorang perawat triage dituntut menjalankan sistem pelayanan bersifat darurat sehingga
perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, teknik serta
ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepada
pasien. Dari keseluruhan proses triage ditujukan untuk pengkajian pasien yang lebih awal
dan singkat, penentuan dari penanganan pasien yang mendesak, mendokumentasikan
temuan, mengontrol alur pasien di unit gawat darurat, menempatkan pasien pada area
perawatan yang sesuai, awal dari tindakan diagnostik dan intervensi terapeutik yang
terbatas, dapat mengontrol infeksi dan untuk pendidikan kesehatan bagi pasien
(Nurfajrindah)
2. Tujuan dari thoracentesis terapeutik adalah untuk mengambil sebanyak mungkin cairan
pleura dalam satu tindakan. Hal ini dapat sangat mengurangi kesulitan bernapas pasien.
Selain itu, pasien dengan empiema atau nanah pada rongga pleura dapat menjalani
thoracentesis untuk menghilangkan cairan yang terinfeksi. Pengambilan cairan yang
cukup dari efusi yang terinfeksi dan pengendalian sumber cairan adalah langkah yang
penting dari penanganan empiema. Akhirnya, pengambilan cairan pleura dapat
memberikan hasil evaluasi radiografi pada paru-paru yang lebih jelas, yang dapat
membantu dalam penanganan efusi pleura. Tujuan lain dilakukan torakosentesis adalah
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan misalnya meringankan sesak napas yang
diakibatkan jumlah cairan yang besar dan membutuhkan evakuasi segera. Kontraindikasi
torakosentesis Tidak ada kontraindikasi untuk torakosentesis. Studi terbaru menunjukkan
bahwa jika torakosentesis dilakukan dengan tuntunan USG, maka hal ini aman untuk
dilakukan meskipun terdapat kelainan koagulasi. Perhatikan pasien dengan kelainan
koagulasi, termasuk gagal ginjal, tanda – tanda perdarahan yang terjadi setelah prosedur.
Hindari tempat yang terdapat selulitis maupun herpes zoster dengan memilih lokasi
torakosentesis alternatif/(Roberts JR et al, 2014) . (Husnul)
3. -Kaji jalan nafas (Airway) :
Anda lakukan observasi pada gerakan dada,, apakah ada gerakan dada atau tidak.
Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar atau paten, sedang apabila
tidak ada gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas artinya terjadi sumbatan jalan
nafas
- Kaji fungsi paru (breathing):
Anda kaji/observasi kemapuan mengembang paru, adakah pengembangan paru spontan
atau tidak. Apabila tidak bisa mengembang spontan maka dimungkinkan terjadi
gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan nafas. lihat
adanya memar atau luka
- Kaji sirkulasi (Circulation) :
Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan melakukan palpasi pada nadi radialis,
apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba gunakan nadi carotis.
Apabila tidak teraba adanya denyutan menunjukkan gangguan fungsi jantung. kemudian
liat ada nya syok seperti hipotensi (Khafivah)
4. LO
5. Pneumothorax. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson
textbook of pediatric. Edisi ke-18 adalah kondisi ketika udara bocor ke ruang di antara
paru-paru dan dinding dada. Cedera dada akibat benda tumpul atau tusukan, prosedur
medis tertentu, atau penyakit paru-paru. Pada kasus tersebut perawat menduga pasien
mengalami pneumothorax kanan, data-data yang memperkuat hal tersebut yaitu.
a. Nafas cepat dan dangkal
b. Suara tambahan (gurgling dan snoring)
c. Jejas pada thorax kanan
d. JVP meningkat
e. Pergerakan dada kanan tertinggal
f. Perkusi hipersonor
g. Auskultasi vesiculer menurun
h. Emfisema sub cuti
i. Perdarahan aktif di femur dextra
j. Oedem
k. Deformitas
l. Nyeri tekan
m. Krepitasi
Thorakosintesis merupakan tindakan invasif dengan menginsersi jarum melalui dinding
toraks untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura. Jika tidak segera dilakukan
Thorakosintesis, udara yang masuk ke rongga pleura tidak dapat keluar, hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan di dalam rongga pleura secara progresif, kolapsnya
jaringan paru secara progresif dan menyebabkan pendorongan mediastinum ke sisi yang
berlawanan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi kardiopulmoner. (Yayu)
6. Pengelompokan triase berdasarkan tag label, yaitu:
 Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk diselamatkan.
pengelompokan label Triase
 Prioritas Pertama (Merah)
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan medik atau
transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya penderita gagal nafas,
henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah dan cedera kepala berat.
 Prioritas kedua (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang kurang berat dan
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. misalnya cedera
abdomen tanpa shok, Luka bakar ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan
jenis-jenis penyakit lain.
 Prioritas Ketiga (Hijau)
Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
Nah mungkin anda masuk dalam kategori yang ini, jadi Jangan marah-marah dan
jangan heran kenapa anda tidak langsung mendapatkan perawatan di Ruang UGD
sementara mereka harus menolong pasien lain yang lebih parah.
Kategori triage pada kasus adalah prioritas kedua (kuning) (Putry)
7. Pemeriksaan cek darah dan radiologi bertujuan untuk mendiagnosis suatu penyakit,
dengan begitu penangan tepat yang perlu dilakukan untuk jenis penyakit tersebut dapat
diketahui.. pasien diperlukaan pemeriksaan cek lab darah dan radiologi dikarenakan pada
kasus pasien mengalami kecelakaan. Dada pasien terbentur stang motor dan nyeri pada
bahu sebelah kiri, pergerakan dada kanan tertinggal, terdapat jejas pada thorax kanan.
(Cika)
STEP IV (MIND MAPPING)

Laki-laki usia 35 tahun

Kecelakaan lalu lintas:


Pasien terjungkal, jatuh dari motor, dan dada
terbentur stang motor

Perawat melakukan primary


survey dan secondary survey

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengeluh nyeri -GCS 8
-Napas cepat dan dangkal
- Pasien sesak napas
-Adanya suara tambahan (gurgling
- Bahu kiri terasa nyeri
dan snoring)
- Menurut keterangan
-Nadi: 130x/menit
pengantar, 3 jam SMRS -TD: 90/70 mmHg
pasien mengendarai sepeda
-suhu 30 derajat C
motor dengan kecepatan -RR 32x/menit
tinggi, menabrak pohon
-Jejas pada thorax kanan
ketika menghindari hewan -JVP meningkat
yang melintas. Penderita
-Pergerakan dada kanan tertinggal
terjungkal dan jatuh dari -Perkusi hipersonor
motor, dada terbentur stang
-Auskultasi vesikula menurun
motor dan nyeri pada bahu -Emfisema subcuti (+)
sebelah kiri.
-Regio bahu kiri terdapat jejas
-Pendarahan aktif di femur dextra
-Oedem (+)
-Deformitas (+)
-Nyeri tekan (+)
-Krepitasi (+)

Perawat menduga adanya


pneumothorax kanan

Thorakosintesis

Kegawatdaruratan pada pasien trauma

Anda mungkin juga menyukai