Anda di halaman 1dari 25

LOGBOOK KASUS I

BLOK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Dosen Pengampu :
Andika Sulistiawan, S. Kep., Ns. M. Kep

Disusun Oleh :
Wike Astaria G1B120006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KASUS 1
Tn S, 53 tahun, bekerja sebagai petani, alamat kota Jambi, Saat Pengkajian klien
mengeluh nyeri panas pada lukanya, setengah jam sebelum masuk RS, klien
tersiram air mendidih dan mengalami luka bakar pada punggung dan tangannya,
kemudian klien dibawa keluarganya ke IGD, klien mengalami luka bakar derajat
II. Karakter nyeri yang dirasakan nyeri panas karena luka bakar, terasa seperti
tersengat api, nyeri terasa pada punggung dan tangan dengan skala nyeri 6 dan
nyeri dirasakan terus – menerus. pengkajian fisik di dapatkan bahwa keadaan
umum tampak lemah, kesadaran Compos Mentis. TD 170/100 mmHg, N 96 x/
menit, RR 26x/menit, S 36,5 0 C. Tangan kanan terdapat luka bakar denga luas 5
% dan 2 % pada tangan sebelah kiri, berwarna kemerahan, tidak terdapat pus dan
bula. pemeriksaan kulit,turgor kulit elastic, warna sawo matang, kulit mengelupas
di sekitar luka bakar. Pemeriksaan laboratorium darah WBC 12,0 X 10 3 n/l nilai
3
normal 4,5 – 11,0 x 10 n/l,MCV 80,4 fL,nilai normal 82 – 92 fL, limposit 11,2
% nilai normal 22 – 40 %,RDW 44,3 fL,nilai normal 57 – 180 fL.

Terapi yang diberikan kepada Tn.S yaitu infuse RL 20 tpm, cefotaxime 1 gr/12
jam, ranitidine 50 mg/8 jam, pronalges 100 mg/8 jam melalui supositoria, obat
topical burnazin 35 mg/12 jam.

STEP 1. IDENTIFIKASI ISTILAH


1. Pronalges
2. Turgor kulit elastis
3. Cofotaxime
4. Limfosit
5. WBC, MCV, RDW
6. Ranitidine
7. Supositoria
8. Pus dan bula

Jawaban:
1. Pronalges supositoria 100 MG mengandung zat aktif Ketoprofen, jenis obat
anti inflamasi non steroid (OAINS). Obat ini digunakan untuk mengatasi
nyeri ringan hingga sedang pada penyakit arthritis rheumatoid, osteoarthritis,
asam urat (gout), ankylosing spondilitis, migrain, sakit kepala, sakit telinga,
nyeri pasca operasi, nyeri haid (dismenore) serta nyeri akibat trauma otot.
Obat ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam anus. Dalam
penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.
2. Turgor kulit elastis adalah kemampuan kulit untuk berubah bentuk dan
kembali normal.
3. Cefotaxime adalah obat yang masuk ke dalam golongan antibiotik
cephalosporin. Antibiotik dalam bentuk injeksi ini berguna untuk mengobati
berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk yang sudah tergolong parah atau
berisiko fatal. Secara khusus obat ini digunakan untuk mengobati infeksi
sendi, penyakit radang panggul, meningitis, pneumonia, infeksi saluran
kemih, sepsis, gonore, dan selulitis. Sesuai fungsinya, cefotaxime bekerja
dengan cara membunuh bakteri di dalam tubuh.
4. Limfosit adalah bagian dari sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum
tulang yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata limfosit adalah
leukosit yang berinti satu, tidak bersegmen, pada umumnya tidak bergranula,
berperan pada imunitas humoral (sel b) dan imunitas sel (sel t).
WBC (white blood cell count) adalah darah putih per unit volume darah.
Fungsi utama dari jenis sel darah berkurang untuk pembentukan antibodi dan
dengan demikian berpartisipasi dalam pembentukan imunitas. WBC (White
Blood Cell Count) untuk jumlah Leukosit
Mean Corpuscular Volume atau MCV adalah ukuran atau volume rata-rata
sel darah merah pada tubuh manusia. Kadar MCV bisa diketahui melalui tes
darah lengkap (complete blood count / CBC) yang digunakan untuk
mengukur berbagai komponen darah, termasuk sel darah merah.
RDW adalah lebar distribusi sel darah merah. Tes RDW menunjukkan
perbedaan ukuran antara sel darah merah terkecil dan terbesar dalam sampel.
RDW (Red Cell Distribution Width) : Hitungan untuk variasi sel darah merah
5. Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk mengobati gejala atau penyakit
yang berkaitan dengan produksi asam lambung berlebih, seperti tukak
lambung, penyakit maag, penyakit asam lambung (GERD), dan sindrom
Zollinger-Ellison.
6. Suppositoria adalah obat padat berbentuk kerucut atau peluru yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus/rektum, uretra, atau vagina
7. Pus dan bula adalah nanah, yaitu cairan tebal yang disebabkan oleh infeksi
dan berisi sel darah putih dan sel yang mati, dapat berwarna putih, kuning,
merah muda, atau hijau.

STEP 2. ANALISIS MASALAH


1. Jelaskan alasan kenapa luka bakar klien didiagnosa derajat 2 dan bagaimana
ciri2 luka bakar derajat 2
2. Penatalaksanaan pertama yang harus dilakukan perawat pada klien luka bakar
derajat 2
3. Komplikasi pada pasien kasus tersebut
4. Skala nyeri berapa yang dialami oleh pasien dan bagaimana cara penanganan
skala nyeri tsb

STEP 3. INDENTIFIKASI MASALAH


1. Derajat luka bakar tingkat 2 terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan
dermis (lapisan kulit yang lebih dalam). Ketika mengalami luka bakar tingkat
2, kulit tampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan menimbulkan nyeri
hebat.Luka bakar tingkat 2 dapat terjadi ketika kulit bersentuhan sebentar
dengan benda panas. Pada kasus pasienmengalami luka bakar derajat 2
dimana menurut saya, ciri cirinya sesuai dengan kasus
2. Saat mengalami luka bakar derajat kedua, perlu menjaga kebersihan area dan
membalutnya dengan benar untuk mencegah infeksi. Hal ini juga membantu
luka bakar lebih cepat sembuh. Luka bakar derajat kedua yang dangkal dapat
sembuh dalam 2-3 minggu tanpa jaringan parut. Sementara luka bakar derajat
kedua yang lebih parah mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh, dan dapat menyebabkan perubahan permanen pada warna kulit
kamu.
Cara mengobati luka bakar derajat kedua yang ringan umumnya hampir sama
dengan pengobatan untuk luka bakar derajat pertama, antara lain membilas
kulit dengan air dingin selama 15 menit atau lebih, meminum obat pereda
rasa nyeri (acetaminophen atau ibuprofen), dan mengoleskan krim antibiotik
ke atas luka. Namun, dianjurkan untuk segera cari pengobatan medis bila luka
bakar menyerang area yang luas, seperti wajah, tangan, bokong, dan kaki
3. Komplikasi pada luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan
menyebabkan kehilangan cairan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
hipovolemia atau penurunan volume darah hingga dibawah rentang normal.
Penurunan volume darah dan cairan pada tubuh akan mengganggu kerja
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
4. Skala nyeri dirasakan oleh klien ialah skala nyeri 6 dengan nyeri yang
dirasakan seperti tersengat api yang dirasakan secara terus menerus pada
punggung dan tangan. pada kasus klien kemungkinan pada pemeriksaan nyeri
menggunakan metode Visual Analogue Scale (VAS) yang mana skala nyeri 6
yang artinya nyeri sedang seperti kram, kaku, terbakar, ditusuk2 sehingga
dapat mengganggu aktivitas. untuk penanganan pada nyeri skala 6 dapat
menggunakan obat non opiat dan adjuvant. NSAID / asetominofen. terapi
adjuvant dapat digunakan sendiri atau dapat dikombinasi dengan non opiat
seperti kortikosteroid, antidepresan trisiklik, antikonvulsan, plester lidokain
5%, dan capsaicin
Klien mengalami luka bakar derajat II dengan
skala nyeri 6, yang dirasakan terus-menerus
STEP 5. LEARNING OBJECTIVE

ASUHAN KEPERAWATAN

SKENARIO I

Tn S, 53 tahun, bekerja sebagai petani, alamat kota Jambi, Saat Pengkajian klien
mengeluh nyeri panas pada lukanya, setengah jam sebelum masuk RS, klien
tersiram air mendidih dan mengalami luka bakar pada punggung dan tangannya,
kemudian klien dibawa keluarganya ke IGD, klien mengalami luka bakar derajat
II. Karakter nyeri yang dirasakan nyeri panas karena luka bakar, terasa seperti
tersengat api, nyeri terasa pada punggung dan tangan dengan skala nyeri 6 dan
nyeri dirasakan terus – menerus. pengkajian fisik di dapatkan bahwa keadaan
umum tampak lemah, kesadaran CM. TD 170/100 mmHg, N 96 x/ menit, RR
26x/menit, S 36,5 0 C. Tangan kanan terdapat luka bakar dengan luas 5 % dan 2
% pada tangan sebelah kiri, berwarna kemerahan, tidak terdapat pus dan bula.
pemeriksaan kulit,turgor kulit elastic, warna sawo matang, kulit mengelupas di
sekitar luka bakar. Pemeriksaan laboratorium darah WBC 12,0 X 10 3 n/l nilai
normal 4,5 – 11,0 x 10 3 n/l,MCV 80,4 fL,nilai normal 82 – 92 fL, limposit 11,2
% nilai normal 22 – 40 %,RDW 44,3 fL,nilai normal 57 – 180 f.

Terapi yang diberikan kepada Tn.S yaitu infuse RL 20 tpm, cefotaxime 1 gr/12
jam, ranitidine 50 mg/8 jam, pronalges 100 mg/8 jam melalui supositoria, obat
topical burnazin 35 mg/12 jam.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 53 th
Alamat : Kota Jambi
Jenis kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal pengkajian :-
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
klien mengeluh nyeri panas pada lukanya, setengah jam
sebelum masuk RS, klien tersiram air mendidih dan mengalami
luka bakar pada punggung dan tangannya
 Riwayat penyakit sekarang
klien mengalami luka bakar derajat II. Karakter nyeri yang
dirasakan nyeri panas karena luka bakar, terasa seperti
tersengat api, nyeri terasa pada punggung dan tangan dengan
skala nyeri 6 dan nyeri dirasakan terus – menerus
 Riwayat kesehatan terdahulu
( tidak terkaji)

3. Pemeriksaan fisik

 Keaadaan umum
Klien mengalami luka bakar pada punggung dan tangannya dan
tampak lemah
 Kesadaran
Compos mentis
 Tanda – tanda vital
TD : 170/100 mmHg

S : 36.5 C

N : 96x / m

RR : 26x /m

 Kepala dan leher


 Kepala :

o Sakit kepala : tidak terjadi


o Bentuk : tidak terkaji
o Ukuran : tidak terkaji
o Posisi : tidak terkaji
 Penglihatan

o Konjungtiva : tidak terkaji


o Sklera : tidak terkaji
o Pakai kacamata : tidak terkaji
o Penglihat kabur : tidak terkaji
 Pendengaran

o Gangguan pendengaran : tidak terkaji


o Nyeri : tidak terkaji
o Peradangan : tidak terkaji
 Sistem kardiovaskuler
Nyeri dada : tidak terkaji

Inspeksi : tidak terkaji

Kesadaran/GCS : composmentis

Bentuk dada : tidak terkaji

 Sistem respirasi
Bentuk dada :tidak terkaji

Jenis pernapasan : tidak terkaji

Irama napas : tidak terkaji

 Sistem pencernaan
Tidak terkaji

 Sistem musculoskeletal
Tidak terkaji

 Sistem integumen
Lesi : tidak terkaji

Turgor kulit : elastis warna : sawo matang


Kelembapan : tidak terkaji

 Sistem perkemihan

Tidak terkaji

 Sistem endoktrin

Tidak terkaji

 Sistem reproduksi

Tidak terkaji

 Pola kegiatan sehari - hari ( ADL )

Tidak terkaji

B. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Kehilangan Resiko tinggi
- Pasien mengeluh nyeri panas integritas kulit infeksi
pada lukanya yang disebabkan berhubungan
DO : oleh luka bakar dengan primer
- Skala nyeri 6 (1-10) tidak adekuat :
- Waktu nyeri terus menerus kerusakan
- TD : 170/100 mmhg perlindungan kulit
- N : 96 x/m jaringan traumatik

- S : 36,5 c

2 DS : Cidera luka bakar Nyeri berhubungan


RR : 26 x/m
- Pasien mengatakan dengan kerusakan
setengahjam sebelum masuk kulit/jaringan,
RS, Pasien tersiram air pembentukan
mendidih dan mengalami luka edema. Manipulasi
bakar pada punggung dan jaringan cidera
Tangannya
DO :
- Tampak luka dipunggung dan

- Kulit mengelupas disekitar


Tangannya
luka bakar
- TD : 170/100 mmhg
- N : 96 x/m

- S : 36,5 c
- RR : 26 x/m
3 DO : Gangguan Intoleransi
- Pengkajian fisik didapatkan mobilitas fisik Aktivitas
bahwa keadaan umum tampak
lemah kesadaran
Composmentis
- Ekstremitas atas tampak
terpasang infus RL

- TD : 170/100 mmhg

- N : 96 x/m

- S : 36,5 c

a. Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar b.d resiko
- RR : 26 x/m
tinggi infeksi berhubungan dengan primer tidak adekuat : kerusakan
perlindungan kulit jaringan traumatic.
b. Cidera luka bakar b.d nyeri berhubungan dengan kerusakan
kulit/jaringan : Pembentukan edema, manipulasi jaringan cidera
c. Gangguan mobilitas fisik b.d Intoleran Aktifitas
INTERVENSI / RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Kehilangan Setelah dilakukan - Pantau


integritas kulit yang tindakan keperawatan penampilan luka
disebabkan oleh luka 1x24 jam diharapkan bakar (area luka
bakar b.d Resiko pasien bebas dari bakar, sisi donor dan
tinggi infeksi infeksi. status balutan diatas
berhubungan dengan sisi tandur kulit
Kriteria Hasil :
primer tidak edekuat dilakukan setiap 8
: kerusakan - Tidak ada edema jam)
perlindungan kulit
- Pembentukkan - Pantau suhu
jaringan traumatic.
jaringan granulasi baik setiap 4 jam

- Pantau jumlah
makanan yang
dikonsumsi setiap
kali makan

- Bersihkan area
luka bakar seriap
hari dan lepaskan
jaringan nekrotik

- Lepaskan krim
lama dari luka
sebelum pemberian
krim baru, berikan
krim secara
menyeluruh diatas
luka.

2 Cidera luka bakar Setelah dilakukan - Berikan


b.d Nyeri tindakan keperawatan analgesik narkotika
berhubungan dengan 1x24 jam diharapkan yang diresepkan dan
kerusakan kulit / pasien dapat sedikitnya 30 menit
jaringan : mendemostrasikan sebelum prosedur
pembentukan edema. hilang dari perawatan luka,
Manipulasi jaringan ketidaknyamanan. evaluasi
cidera keefektifannya,
anjurkan analgesic
Kriteria Hasil : IV bila luka
bakarnya luas
- Menyangkal
nyeri - Pertahankan
pintu kamar tertutup,
- Melaporkan
tingkatkn suhu
perasaan nyaman
ruangan dan berikan
- Ekspresi wajah selimut ekstra untuk
dan postur tubuh memberikan
kehangatan

- Bantu dengan
pengubahan posisi
setiap 2 jam bila
diperlukan.
Dapatkan bantuan
tambahan sesuai
kebutuhan
khususnya bila
pasien tidak dapat
mengembalikan
badan sendiri.
3 Gangguan mobilitas Objektif. Dalam jangka - Tentukan
fisik b.d Intoleransi waktu 3x24 jam keterbatasan gerak
aktivitas mobilitas fisik teratasi. dan efisiensi pada
fungsi sendi

- Tentukan
Kriteria Hasil :
tingkat motivasi
- Jari jempol, pasien untuk
pergelangan, siku, menjaga dan
bahu, pergelangan mengendalikan
kaki, lutut, dan fungsi sendi
panggul dapat
- Jelaskan pada
digerakkan.
pasien atau keluarga
tujuan rencana dari
latihan bersama

- Pantau lokasi
dan sifat tidak
nyamankan

- Mulai langkah
pengendalian nyeri
sebelum latihan
bersama

- Ajarkan pasien
bagaimana melatih
ROOM
STEP 6. TEORI KLINIS

LUKA BAKAR

1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-
seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi
saraf (Adibah dan Winasis, 2014).

2. Etiologi
a) Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling
sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu
panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Fitriana, 2014).
b) Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
c) Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar
listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di
permukaan tubuh (Fitriana, 2014).
d) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi
(Rahayuningsih, 2012).

3. Klasifikasi
a. Berdasarkan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan, sebuah luka bakar
dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu:
1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Luka bakar ini hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja (lapisan
epidermis). Luka bakar ini biasanya ditandai dengan kemerahan, rasa
nyeri, dan terkadang membengkak.
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam dari derajat satu)
Luka bakar ini meliputi kerusakan lapisan paling luar kulit dan
mengganggu lapisan di bawahnya dengan ditandai munculnya
gelembung-gelembung yang berisi cairan di bawah kulit, bengkak di
sekitar luka, kulit berwarna kemerahan atau bahkan menjadi putih,
kulit lembap, dan rusak. Pada tingkatan ini, ciri yang paling khas
adalah rasa nyeri yang hebat.
3. Luka bakar derajat tiga
Pada luka bakar tingkat ini, lapisan yang terkena luka bakar tidak
terbatas, bahkan bisa sampai ke tulang dan organ dalam. Luka bakar
ini merupakan tingkat yang paling berat. Biasanya ditandai dengan
kulit menjadi kering, pucat atau bahkan putih, namun bisa juga gosong
dan hitam. Berbeda dengan derajat satu dan dua, luka bakar derajat tiga
ini tidak menimbulkan nyeri.
b. Berdasarkan lokasi luka bakar dan luas permukaan tubuh yang mengalami
luka bakar, terdapat 3 jenis luka bakar:
1. Luka bakar ringan
- Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah,
tangan, kaki, kemaluan, dan saluran napas
- Luka bakar derajat dua kurang dari 15% luas
- Luka bakar derajat satu kurang dari 50% luas
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat tiga antara 2%-10% luas, kecuali pada wajah,
tangan, kaki, kemaluan, dan saluran napas
- Luka bakar derajat dua antara 15%-30% luas
- Luka bakar derajat satu lebih dari 50%
3. Luka bakar berat
- Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera
jaringan lunak, dan cedera tulang
- Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan, atau saluran napas
- Luka bakar derajat dua di atas 10%
- Luka bakar derajat dua lebih dari 30%
- Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
- Luka bakar mengelilingi alat gerak

4. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang
serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik
awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan
melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam
24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam
tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah
yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.
Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi
segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai
akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan
berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang
mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat
dijumpai hipoksia.
Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali
lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat
berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel
darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam
urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan
mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul 7 nekrosis akut tubuler
dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam- jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Luz
Yolanda Toro Suarez 2015b)

5. Manifestasi Klinis
Fase Emergent (Resusitasi). Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya
injury dan diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya
terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini
adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ
vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah
a) Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care) Perawatan
sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian
luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan
emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab Luka Bakar
dan atau menghilangkan sumber panas
b) Penanganan di bagian emergensi Perawatan di bagian emergensi
merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah diberikan pada waktu
kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak
adekuat, maka pre hospital care di berikan di bagian emergensi.
Penanganan luka (debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan
bila ada masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien,
maka masalah inilah yang harus diutamakan
c) Periode resusitasi Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %
maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan. Pemberian
intravena perifer dapat diberikan melaui kulit yang tidak terbakar pada
bagian proximal dari ekstremitas yang terbakar. Sedangkan untuk klien
yang mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien dimana
tempat – tempat untuk pemberian intravena perifer terbatas, maka
dengan pemasangan kanul (cannulation) pada vena central (seperti
subclavian, jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter
mungkin diperlukan. Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan
dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2018) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah:
a) Hitung darah lengkap: Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
b) Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c) Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d) Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
e) Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
f) Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g) EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.

7. Komplikasi
Menurut (Anggowarsito 2014), secara umum Luka Bakar jika tidak
ditangani dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a) Syok Awal Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita
mendapatkan perawatan di IRD/ Unit luka bakar. Seperti penderita
trauma lainnya, penderita luka bakar mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas)
b) Flow/hipermetabolik Permasalahan pada fase ini adalah proses
inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan
keadaan hipermetabolisme.
c) Timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur

8. Pertolongan Pertama Luka Bakar


Menurut Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa penanganan
pertama pada luka bakar antara lain :
1) Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar

2) Memadamkan pakaian yang terbakar

3) Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar

4) Menyiram dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat kimia.


5) Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan
objek yang kering dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).

9. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Luka Bakar di rumah (sebelum dibawa di rumah
sakit). Penatalaksanaan luka bakar tergantung pada tingkat keparahannya.
1. Luka bakar ringan : derajat ringan jika luas kurang dari 50%, derajat
sedang dengan luas kurang dari 15%, tau derajat berat kurang dari 2%.
Bagian yang terkena panas dikompres dengan air dingin atau dialiri air
dingin. Bila terlalu luas, segera rujuk ke rumah sakit terdekat. Bagian
yang melepuh jangan dipecah, tetapi ditutupi. Tidak dianjurkan
mengoles luka bakar dengan odol/kamfer karena hal tersebut justru
akan memperberat kondisi luka bakar.
2. Luka bakar sedang : derajat ringan dengan luas lebih dari 50%, derajat
sedang dengan luas 15-30%, atau derajat berat dengan luas lebih dari
2% perlu segera dirujuk ke rumah sakit dengan menutupi bagian yang
terkena panas.
3. Luka bakar berat : lebih parah da lebih luas dari kondisi luka bakar
sedang, segera rujuk ke rumah sakit yang lengkap. Obat-obatan yang
diperlukan pada luka bakar, terutama bila permukaan kulit terbuka
adalah antiinfeksi yang diberikan secara oles/topical. Hal lain yang
perlu diperhatikan karena dapat mengancam korban luka bakar adalah
kehilangan cairang tubuh (dehidrasi) karena permukaan kulit yang
rusak, infeksi, dan cacat tubuh karena adanya jaringan parut akibat
luka bakar (kontraktur).
Untuk luka bakar karena zat kimia, perlu penatalaksanaan khusus.
Secara
umum, luka bakar dialiri air dingin lebih lama (20-30 menit),
kemudian tutup dengan kain halus, dan rujuk ke rumah sakit.
B. Penatalaksanaan Luka Bakar di Rumah Sakit
1. Penanganan Luka Bakar Ringan
Perawatan di bagian emergency terdapat luka bakar minor meliputi :
managemen nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
 Managemen nyeri. Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan
pemberian dosis ringan, seperti morphine atau mepedifine, di bagian
emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh
pasien rawat jalan.
 Profilaksis tetanus. Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus
adalah sama pada penderita LB baik yang ringan maupun yang injuri
lainnya. Pada klien yang pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi
tidak dalam waktu lima tahun terakhir dapat diberikan boster tetanus
toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan tetanus human
immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang
pertama dari pemberian aktif dengan tetanus toxoid.
 Perawatan Luka. Perawatan luka untuk luka bakar ringan terdiri dari
membersihkan luka, yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang
zat yang merusak (zat kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim
atau salep antimikroba topical dan balutan secara steril.
Selain itu perawat juga bertanggung jawab memberikan pendidikan
tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi
agar klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang
diperlukan adalah tentang pentingnya melakukan ROM (Range Of
Mation) secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap
normal dan untuk menurunkan pembentukan edema.
2. Penanganan Luka Bakar Berat
Untuk klien dengan luka yang luas maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi
pernafasan, sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi: resusitasi
cairan (penggantian cairan yang hilang), pemasangan kateter urin,
pemasangan NGT.
 Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain
yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi
pernafasan dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya
kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini.
 Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang). Bagi klien dewasa
dengan LB lebih dari 15% maka resusitasi cairan intravena umumnya
diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan melalui kulit
yang tidak terbakar pada bagian proksimal dari ekstremitas yang
terbakar.
Sedangkan untuk klien yang mengalami LB yang cukup luas atau pada
klien di mana tempat-tempat untuk pemberian IV yang terbatas, maka
dengan pemasangan kanul pada vena sentral (seperti subklavia,
jugularis internal/eksternal, atau femoral) oleh dokter mungkin
diperlukan. Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan
kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan, adapun cara
perhitungan resusitasi cairan adalah sebagai berikut: % BSA x BB x 4.
 Pemasangan kateter urine. Pemasangan kateter urine harus dilakukan
untuk mengukur produksi urine setiap jam. Output urine merupakan
indicator yang reliable ntuk menentukan keadekuatan dari resusitasi
cairan.
 Pemasangan NGT. Pemasangan NGT bagi klien LB 20%-25% atau
lebih perlu dilakukan untuk mencegah emesi dan mengurangi resiko
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus dapat terjadi umumnya
pada klien tahap dini setelah LB. Oleh karena itu semua pemberian
cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). PROFESI


Vol. 08. STIKES PKU Muhammadiyah, Surakarta.

dr. Adibah & dr. Rena Winasis. 2014. Pertolongan Pertama Luka Bakar. Group
10, Issue 0005. http://udoctor.co.id(diakses pada tanggal 17 Januari 2015 Jam
16.25)

Fitriana, R.N. 2014. Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu
Dalam Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia PraSekolah Di Desa
Jombor Bendosari Sukoharjo. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

Anggowarsito, J.L., 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. JURNAL


WIDYA MEDIKA, 2(2), pp.115-120.

Anda mungkin juga menyukai