Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
2021/ 2022
Skenario Kasus
LO
1. Trauma
2. lapas
3. Esktasi
4. pelecahan seksual
5. Sindrom
6. Bosan
7. Pandangan kosong
8. Narkoba
9. Murung
10. Malu
Jawaban :
1. Tauma adalah hal sering dikaitkan dengan tekanan emosional dan psikologis
yang besar, biasanya karena kejadian yang sangat disayangkan atau pengalaman
yang berkaitan dengan kekerasan. Namun, dalam konteks ini, yang dimaksud
dengan “trauma” adalah trauma sebagai penyakit atau trauma pada fisik
seseorang.
Tambahan
Trauma psikologis biasa menimpa seseorang yang pernah mengalami kejadian
yang sangat menyedihkan, menakutkan, atau mengancam nyawa.
2. Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap
narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia
3. Ekstasi adalah zat psikodisleptik psikoaktif sejenis zat yang mengubah aktivitas
otak dan menyebabkan perubahan persepsi dan suasana hati
Tambahan
Ekstasi adalah senyawa yang dapat menyebabkan kebocoran serotonin di otak
bagi penggunanya, yang akan mengakibatkan depresi, kecemasan, insomnia
dan kehilangan memori
4. Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang
tidak diinginkan dan tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri
penerima pelecehan. Pelecehan seksual mencakup, tetapi tidak terbatas pada :
- Bayaran seksual bila menghendaki sesuatu,
- Pemaksaan melakukan kegiatan seksual,
- Pertanyaan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas,
- Permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku,
- Ucapan atau perilaku yang berkonotasi seksual; Semua dapat
digolongkan sebagai pelecehan seksual
5. Sindrom dalam ilmu kedokteran dan psikologi adalah kumpulan dan beberapa
ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering
muncul secar bersamaan
6. Kondisi merasa tidak tertarik dengan sekitar, tidak ada yang dapat dilakukan,
atau perasaan bahwa hidup membosankan
7. Pandangan kosong adalah pikiran tidak berfokus pada apa yang sedang terjadi
pada saat ini.
8. Narkotika adalah zat/obat yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman,
baik sintetis ataupun semi-sintetis, yang bisa mengakibatkan penurunan atau
perubahan pada kesadaran, menghilangkan rasa nyeri, dan bisa menyebabkan
ketergantungan.
Tambahan:
Selain diketahui bahwa narkoba menurut para ahli, dikenal juga narkoba
menurut bahasa yaitu narkotika, psikotropika, obat-obatan terlarang dan zat
adiktif. Sehingga Depkes Indonesia meneybutkan istilah tersebut sebagai Napza
merupakan singkatan dari Narkoba, psikotropika dan zat adiktif. Narkoba
memiliki kepanjangan yakni narkotika, psikotropika, obat-obatan terlarang, zat
adiktif
9. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata murung adalah
(mudah) sedih. Arti lainnya dari murung adalah masygul. Contoh: wajahnya
yang biasa tampak berseri berubah menjadi murung.
Tambahan:
Murung memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga murung
dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya
atau membuatnya menjadi lebih spesifik
10. Malu dalam bahasa Indonesia artinya merasa sangat tidak enak hati karena
berbuat sesuatu yang kurang baik atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa
hormat, agak takut, dan sebagainya Tambahan:
Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki arti beragam,
yaitu sebuah emosi, pengertian, pernyataan, atau kondisi yang dialami manusia
akibat sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya, dan kemudian ingin
ditutupinya.
Tambahan
1) Fase kerja
Tahap ini merupakan ini dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.
Tahap ini perawatan Bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi
klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah
ditetapkan. Teknik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat
antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai
persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.
5. Jawaban :
a. Menggunakan Komunikasi teraupotik
b. Memndengarkan dan mempercayai cerita yang di sampaikan oleh pasien.
c. Memberi motivasi bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya.
d. Bersikap tenang, hal ini dapat membantu pasien merasa nyaman.
e. Meyakin pasien. Keluarga dapat menunjukkan empati terhadap pristiwa
yang di alami pasien
f. Memberi edukasi serta semangat kepada pasien
g. Mempersiapkan pasien terhadap kemungkinan yang terjadi selanjutnya
6. Iya, karena pengalaman buruk yang memicu trauma, trauma yang terjadi dapat
terbentuk didalam alam bawah sadar seseorang. Pada akhirnya, akan terasa
adanya kesulitan untuk keluar dari trauma tersebut. Trauma tersebut akan
menghambat seseorang, bahkan jika seseorang tidak sanggup memaafkan dan
berdamai dengan diri sendiri atas hal buruk yang terjadi padanya. Dampak
fatalnya ia beresiko bunuh diri.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Physicological Medicine Journal,
obat golongan opioid dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan cemas, dan
gangguan bipolar. Studi lain yang dilakukan oleh St. Louis University di
Missouri, Amerika Serikat, juga menyebutkan hal yang sama. Para peneliti pada
studi ini mendapatkan hasil bahwa 100 dari 100.000 pasien yang diresepkan
obat golongan opioid mengalami depresi setelah menggunakan obat tersebut
lebih dari 1 bulan. Penggunaan obat golongan opioid jenis lain, yaitu heroin,
yang merupakan opioid golongan tinggi, berdasarkan laporan dari Centers for
Disease Control and Prevention, menyebabkan sebagian penggunanya
mengalami kecanduan. Sebanyak 48% pengguna heroin mengalami efek
samping berupa perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, murung, sedih, dan
depresi.Bahkan 35% pengguna heroin mengalami peningkatan risiko bunuh
diri.
7. Di kasus disebutkan jika klien merasa malu dihukum sehingga merasa hidupnya
sudah tidak berharga lagi dan merasa jika saat keluar dari lapas orang orang
akan menjauhinya. Dengan ini kita ketahui jika hukuman yang klien jalani
merupakan sebag dari permasalahannya.Klien merasa malu karena dipenjara
dan melakukan tindakan yang klien sadari merugikan dirinya sendiri.Lalu
apakah hal tersebut berpengaruh pada kepulihan klien? Karena pokok
permasalahan yang di alami klien karena malu telah di penjara, tentu hal ini
berpengaruh dan akan berlanjut hingga klien keluar dari lapas, itulah sebab nya
perawat perlu mengkaji permasalahan klien dan perlu dilakukan strategi
komunikasi yang baik agar klien tetap mau menjalankan kehidupan sosialnya
8. Iya. Dari kasus kita dapat melihat ketika perawat menanyakan penyebabnya
klien menjawab bahwa ia bosan hidup, rasanya ingin mengakhiri kehidupan ini
saja karena klien merasa hidupnya sudah tidak berharga lagi. data subjektif dari
kasus ini, ada resiko bunuh diri pada pasien. Data objektif dari kasus
menunjukkan bahwa penampilan pasien tidak rapi.Ini menunjukkan bahwa
pasien mengalami defisit perawatan diri.
9. Dari kasus penyebabnya adalah klien merasa malu dihukum, merasa hidupnya
sudah tidak berharga lagi dan merasa orang lain pasti menjauhinya jika nanti ia
keluar dari LAPAS. Klien juga mengatakan bahwa tindakannya tersebut telah
merugikan dirinya sendiri dan membuat malu kedua orangtuanya. (Tiara Annisa
10. Berbicara hal positif pada diri sendiri Seseorang dapat menjadi kritikus yang
buruk bagi dirinya sendiri. Seiring waktu, hal tersebut dapat menyebabkan kita
membentuk opini negatif tentang diri sendiri yang akan sulit dihilangkan. Oleh
sebab itu, untuk menghentikan hal tersebut, kita harus berbicara hal positif pada
diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam cara
berbicara pada diri sendiri dapat memengaruhi kemampuan kita untuk mengatur
perasaan, pikiran, dan perilaku ketika berada di bawah tekanan. Hindari
menyalahkan diri sendiri, seperti “Saya mengacaukan semuanya.”Akan tetapi,
gantilah dengan kata “Saya akan mencoba memperbaikinya.”Lebih banyak
tersenyum Tersenyum dapat membuat lebih tenang dan berpikiran positif.
Dalam sebuah penelitian, orang-orang yang tersenyum ketika melakukan tugas
yang penuh tekanan merasa lebih positif setelahnya, daripada yang tak
menunjukkan ekspresi apa pun. Jadi, meski sedang mendapat persoalan,
tegarkan diri dan cobalah untuk tersenyum.Tertawa Penelitian menunjukkan
bahwa tertawa dapat menurunkan stres, kecemasan, dan depresi.Hal ini juga
dapat meningkatkan suasana hati dan membuat beban yang kita miliki terasa
berkurang.Perbanyaklah tertawa dengan menonton video lucu, film komedi,
ataupun membuat lelucon dengan anak-anak.Mengembangkan optimisme
Belajar berpikir positif ibarat menguatkan otot.Sebab, semakin sering
menggunakannya, maka semakin kuat pikiran tersebut. Salah satu cara berpikir
positif yang harus kita lakukan, yaitu mengembangkan optimisme. Ketika
memiliki rasa optimis, kita tidak akan takut gagal dan melihat suatu hal dengan
positif. Namun, kita juga tidak boleh terlalu optimis secara berlebihan karena
malah akan berujung menjadi orang yang terlalu percaya diri. Berbuat baik
Berbuat baik dapat membuka pikiran tentang orang lain. Terkadang, kita
mungkin hanya melihat orang dari penampilannya saja dan langsung memiliki
pemikiran negatif tentangnya. Padahal kita tidak tahu apa yang ada dalam
hatinya. Oleh sebab itu, berbuat baik akan mengubah pikiran menjadi lebih
positif. Selain itu, kita juga dapat lebih menghormati dan menghargai orang lain.
Istirahat Setiap orang tentu perlu beristirahat untuk menenangkan
dirinya.Beristirahat dapat menyegarkan pikiran sehingga dapat berpikir secara
jernih dan positif.Tak hanya itu, beristirahat juga dapat menyingkirkan rasa
cemas dan khawatir yang kita rasakan.Hilangkan drama Ketika merasa
terpuruk, kita mungkin merasa hidup kita adalah hal yang paling menyedihkan
di dunia.Padahal mungkin kenyataannya tak seburuk itu. Mendramatisir
kehidupan justru akan membuat hidup semakin terasa menyedihkan dan pikiran
menjadi penuh kekacauan. Oleh sebab itu, jika ingin berpikir positif, jauhkan
diri dari pemikiran-pemikiran drama seperti itu.Berada di sekitar orang-orang
positif Tahukah kamu jika negativitas dan positivitas bisa menular? Ketika
bergaul dengan toxic people, kita bisa ikut terpengaruh dan mengikuti
kebiasaannya. Begitu juga sebaliknya, ketika bergaul dengan orang-orang
positif, maka hal positif akan menular. Berada di sekitar orang-orang positif
telah terbukti dapat meningkatkan harga diri dan peluang untuk mencapai
tujuan.Oleh sebab itu, bergaulah dengan orang-orang yang dapat membawa kita
pada sisi yang baik. Membayangkan masa depan yang baik Penelitian
menunjukkan bahwa membayangkan masa depan yang baik, entah mengenai
karir, hubungan, ataupun hal lain, dapat membuat lebih bahagia di masa
sekarang. Hal ini tentu bisa membantu kita berpikir positif dan tak
mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, jangan sampai
terlena untuk melamun saja karena kita juga harus menunjukkan tindakan untuk
mewujudkan masa depan yang baik.
Tambahan :
Terapi perilaku kognitif (CBT) saat ini menjadi standar emas dalam psikoterapi.
CBT bertujuan untuk mengubah cara seseorang dalam berpikir dan bertindak.
Terapi ini sebagian besar melibatkan cara yang menantang keyakinan atau sikap
yang tidak membantu seperti generalisasi yang berlebihan seperti "Saya selalu
gagal berbicara di depan umum.Seorang psikoterapis dapat mengajarkan
bagaimana cara menerapkan teknik mengubah pikiran seperti itu ke dalam
hidup orang yang cenderung berpikir berlebihan. Teknik bervariasi tergantung
pada masalah dan tujuannya. Solusinya dekat dengan Anda. Cobalah mencari
cara untuk menghindari kekhawatiran, perenungan, dan pemikiran berlebihan
yang membuat Anda merasa paling nyaman.
11. Dukungan yang tanpa putus terhadap anggota keluarga yang ingin bunuh diri
wajib dilakukan. Selain itu, ini yang yang semestinya dilakukan keluarga dalam
hadapi anggota keluarga yang ingin bunuh diri seperti dikutip dari Pedoman
Pencegahan Tindakan Bunuh Diri yang dikeluarkan Direktorat Pelayanan
Kesehatan Jiwa Kemenkes RI 2006 :
1. Membina hubungan erat dengan orang ini. Selalu memberi perhatian penuh,
mendengarkan cerita serta menghargai perasaan serta memahami emosinya.
- Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolong
- Bangun percaya dirinya dengan menunjukkan potensi kuat yang
dimilikinya
p 4 Mind Mapping
H (laki-laki) 15 tahun
Riwayat pasien :
2. Lebih banyak menunduk saat 2. Merasa hidupnya sudah tidak berharga lagi
bicara
3. Merasa orang lain akan menjauhinya ketika
3. Menolak untu berbicara dengan keluar dari lapas
siapapun
4. Klien mengatakan tindakannya merugikan
4. Penampilan tidak rapi dirinya sendiri dan membuat malu orang
tuanya
5. Pandangan kosong
5. Saat ditanya penyebab pasien mengatakan
6. Menjawab pertanyaan dengan bahwa ia bosan hidup,rasanya ingin
singkat dan nada suara pelan mengakhiri kehidupaanini saja, kerena klien
merasa hidupanya sudah tidak berharga lagi
1. Jika dilihat berdasarkan kasus diatas masalah keperawatan pada remaja lakilaki
(H) yaitu :
1. Tampak murung
2. Lebih banyak menunduk saat bicara
3. Menolak untu berbicara dengan siapapun
4. Penampilan tidak rapi
5. Pandangan kosong
6. Menjawab pertanyaan dengan singkat dan nada suara pelan
A. Proses Keperawatan
1) Kondisi klien
Klien dengan resiko bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan so'ial dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
2) Diagnosa Keperawatan
2. SP2 Pasien
3. SP3 Pasien
a. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
4. SP4 Pasien
b. Proses Keperawatan
TUK
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
Salam pagi bapak /adik/mas, perkenalkan nama saya B saya mahasiswa
dari universitas jambi program studi ilmu keperawatan. Kalau boleh tahu
nama bapak/adik/mas siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
c. Kontrak
1. Topik : Bapak/ adik /mas bagaimana kalau kita bicara mengenai apa
yang bapak rasakan selama ini ?
FASE KERJA
FASE TERMINASI
1. Data subjektif
2. Data objektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja
dan klien bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan
bunuh diri muncul/
Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk menciderai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Menurut
Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus
harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian (Gail w. Stuart, 2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk
menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004.)
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-
harapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan yang mengarah pada
kematian.
Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat
mengarah kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai
peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri,
pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan
Sundeen, 1998).
Rentang Respon
Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk
taking destruktive behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan
cara ekspresi orang yang penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam
beberapa rentang diantaranya :
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh normanorma
sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon
maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.: Individu yang tidak berhasil
memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak
mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna
lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak
ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi
dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika citacitanya tidak
tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian,
perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang
semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi
pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk
e. Mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi Rentang respons, Yosep, Iyus
(2009)
a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua
faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor
pencetus).
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : H (L)
Umur : 15 Tahun
No. CM : Tidak terkaji
Tanggal MRS : Tidak terkaji
Tanggal Masuk
Ruang I : Tidak terkaji
Ruang II : Tidak terkaji
Ruang III : Tidak terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Tidak berhasil
Kurang berhasil
3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perubahan proses keluarga.
3. Respons pascatrauma.
4. Risiko tinggi kekerasan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital TD :
Tidak terkaji
HR : Tidak terkaji
S : Tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
2. Ukur
BB : Tidak terkaji
TB : Tidak terkaji
3. Keluhan fisik
Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh.
2. Hipotermia.
3. Hipertermia.
4. Defisit volume cairan.
5. Kelebihan volume cairan.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
7. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
8. Perubahan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh.
9. Kerusakan menelan.
10. Perubahan eliminasi feses.
11. Perubahan pola eliminasi urine.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Tidak terkaji Masalah
Keperawatan:
1. Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
2. Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
3. Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh : Tidak terkaji
b. Identitas : Tidak terkaji
c. Peran : Tidak terkaji
d. Ideal Diri : Tidak terkaji
e. Harga Diri : Klien mengatakan ia malu dihukum, merasa
hidupnya sudah tidak berharga lagi. Klien juga
mengatakan bahwa tindakannya tersebut telah
merugikan dirinya sendiri dan membuat malu
kedua orang tuanya.
Masalah Keperawatan:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Tidak terkaji
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
2. Perubahan kinerja peran.
3. Kerusakan interaksi sosial.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tidak terkaji
b. Kegiatan ibadah : Tidak terkaji Masalah Keperawatan:
1. Distres spiritual.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Tidak terkaji Masalah
Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Intoleransi aktivitas.
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Ansietas.
3. Ketakutan.
4. Ketidakberdayaan.
5. Ketidakmampuan.
6. Risiko tinggi membahayakan diri.
5. Afek
Datar Labil
Mudah tersinggung
Jelaskan:
Pada saat perawat
berkomunikasi pada klien, klien lebih
banyak menunduk.
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
2. Perubahan peran.
3. Kerusakan interaksi sosial.
4. Risiko tinggi membahayakan diri.
5. Risiko tinggi kekerasan.
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan : Tidak terkaji
Data Subjektif
Isi Halusinasi : Tidak terkaji
Frekuensi : Tidak terkaji
Waktu : Tidak terkaji
Situasi saat muncul : Tidak terkaji
Respon pasien : Tidak terkaji
Data Objektif : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
Gangguan Persepsi-sensori: pengelihatan / pendengaran / kinetik / pengecap
/ perabaan / penciuman.
8. Isi pikir
Obesi Depersonalisasi
pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
10. Tingkat Kesadaran
Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat saat jangka panjang
ini
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
Gangguan bermakna
Jelaskan : Tidak terkaji Masalah
Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang
diderita
Makanan Transportasi
Pakaian
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan.
Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : .......... kali
Frekuensi kedapan sehari : .......... kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Meningkat
Menurun
BB terendah : .......... Kg BB tertinggi : .......... Kg
Jelaskan : Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap infeksi.
2. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA / TIDAK
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA / TIDAK
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA / TIDAK
Lama tidur siang : ........ Jam Apa
yang menolong tidur ?
.................................................................................
Tidur malam jam : ............................WIB , berapa jam :
..................................
Apakah ada gangguan tidur ?
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Jelaskan : Tidak terkaji
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
K. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Tidak terkaji
Terapi medis : Tidak terkaji
ANALISA DATA
Data Subjektif Data Objektif Masalah
L. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Resiko Bunuh Diri
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
1 Resiko Bunuh Diri Klien tidak mencederai • Klien: o Perkenalkan diri dengan klien o
diri. 1. Klien dapat membina Tanggapi pembicaraan klien
hubungan saling percaya dengan sabar dan tidak
dengan komunikasi menyangkal.
Kriteria Hasil: 1. terapeutik o Bicara dengan tegas, jelas, dan
Pasien dapat
jujur.
menunjukan
o Bersifat hangat dan bersahabat.
pengendalian implus
o Temani klien saat keinginan
dengan indikator
mencederai diri meningkat.
sebagai berikut:
• Mengeluarkan
perasaaan 2. Klien dapat terlindung
negatif secara
dari perilaku bunuh diri
tepat o Jauhkan klien dari benda-benda
yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca,
dan lain-lain).
• Mengidentifikasi o Tempatkan klien di ruangan yang
perasaan atau tenang dan selalu terlihat oleh
perilaku yg perawat.
mengarah pada o Awasi klien secara ketat setiap
tindakan saat.
implusif
• Mengungkapkan
3. Klien dapat
secara verbal o Dengarkan keluhan yang
tentang mengekspresikan
dirasakan.
pengendalian
secar implus perasaanya
o Bersikap empati untuk
Menghindari meningkatkan ungkapan
lingkungan dan keraguan, ketakutan dan
situasi beresiko keputusasaan. Beri dorongan
•
tinggi untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana
o harapannya.
4. Klien dapat
o Bantu untuk memahami bahwa
meningkatkan harga klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
diri
• Keluarga:
1. Keluarga berperan o Menganjurkan keluarga untuk
serta melindungi ikut mengawasi pasien serta
anggota keluarga jangan pernah meninggalkan
yang mengancam pasien sendirian
atau mencoba bunuh o Menganjurkan keluarga untuk
diri membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya
disekita pasien
o Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak sering
melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum obat
secara teratur.
2. Keluarga pasien
mampu merawat
pasien dengan resiko o Menanyakan keluarga tentang
bunuh diri tanda dan gejala bunuh diri
a. Menanyakan keluarga
tentang tanda dan gejala
bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien
b. Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
o
Mengajarkan keluarga tentang cara
melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri.
a. Mengajarkan keluarga
tentang cara yang dapat
dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh diri.
b. Menjelaskan tentang
caracara melindungi pasien,
antara lain:
- Memberikan tempat
yang aman.
Menempatkan pasien
ditempat yang mudah
di awasi, jangan
biarkan pasien
mengunci diri
dikamarnya atau
jangan meninggalkan
pasien sendirian
dirumah
- Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari
barangbarang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun nyamuk
atau racun serangga.
- Selalu
mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat.
Jangan pernah
melonggarkan
pengawasan, walaupun
pasien tidak
menunjukkan tanda
dan gejala untuk
bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.
o
Mengajarkan keluarga tentang
halhal yang dapat dilakukan apa
bila pasien melakukan percobaan
bunuh diri, antara lain:
a. Mencari bantuan pada
tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh
diri tersebut
mendapatkan bantuan
medis.
o Mencari keluarga mencari rujukan
fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien
a. Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
b. Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c. Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.
Implementasi
Sp II Pasien
Sp III Pasien
Sp IV Pasien
SP I Keluarga
1. Mediskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, resiko bunuh diri dan jenis perilaku yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
SP II Keluarga
1. Melatih keluarga untuk mempraktekan cara merawat pasien resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien resiko bunuh diri
SP III Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dan dirumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang dapat dijangkau oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan, USU Press.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Kompas, (2016) di Peroleh dari situs kompas.com pada tanggal 18 Mei 2016.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta
Stuart, GW, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta, EGC.
Sujono & Teguh, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta, Graha Ilmu.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama