Nama Peran :
Disebuah Rumah Sakit tepatnya di ruang Mawar terdapat keluarga yang terdiri dari
anak, ibu, dan nenek. Mereka tengah menenangkan Ibu Ellysa yang sedari tadi
mengamuk dan emosinya meluap.
Oma : “Gapapa dek. Emosi mamah lagi meluap aja, nanti juga
mamah balik lagi seperti semula.”
Oma dan Anaknya Astrid, terkejut setengah mati. Semarah-marahnya ibunya itu, tak
pernah ia menaikan nada bicaranya seperti itu. Air mata Astrid mengalir deras saat
ibunya menyentaknya.
Astrid : “Kenapa sih mamah marah-marah ke aku? Emangnya aku
salah apa mah?”
Oma : “Iya, mungkin ibu tidak paham perasaan kamu saat ini tapi
tolong nak, jangan membentak anakmu seperti itu. Dia bahkan
masih belum mengerti apa yang kamu alami saat ini.”
Suara Ibu Ellysa yang keras terdengar sampai ke depan pintu kamarnya.Perawat yang
melewati depan kamarnya segera masuk untuk mengecek keadaan di dalam.
Perawat Antonia : “Begini ya bu, bagaimana kalau kita bicarakan masalah ini
bersama. Siapa tahu kita bisa cari jalan keluarnya bersama.
Bagaimana bu?”
Perawat Antonia : “Baik ibu. Tidakakan lama kira-kira waktu kita akan bicara
selama 10 menit.” Ellysa hanya menjawab dengan deheman.
Perawat Antonia : “Nah ibu, bisa ibu ceritakan keluhan atau perasaan yang ibu
rasakan saat ini?”
Ellysa : “Mungkin kamu tidak akan paham kondisi yang saya alami
saat ini! Kamu tahu, apa penyebab saya dikutuk seperti ini? Itu
gara-gara mantan suami saya. Dia malah lebih memilih wanita
yang jauh lebih sehat dan meninggalkan saya begitu saja!!
Keterlaluan sekali dia!”
Perawat Antonia : “Begituya bu. Inikan hanya asumsi ibu saja. Apa ada alas an
ibu saat ini merasa seperti kutuk?”
Ellysa : “Kalau kamu jadi dia pasti akan melirik wanita itu juga.
Tidak ada orang yang mau dengan saya! Jadi ini adalah akhir
dari hidup saya. Saya akan mati sendirian.”
Perawat Antonia : “Bu, setiap manusia akan menghadap tuhannya seorang diri
namun tak berarti kita akan menjalani hidup kita seorang diri
sampai akhir hayat. Saat ini ibu masih punya orang tua dan
anak ibu yang masih menyayangi ibu. Tidakkah ibu menyadari
hal ini?”
Ellysa : “Iya saya tahu, saya masih punya keluarga yang menyayangi
saya tapi apakah mungkin saya tidak akan punya pasangan
lagi. Saya sudah muak dengan semua pria, pria macam apa
yang meninggalkan istrinya dalam keadaan sakit. Yang
terpenting tidak akan ada yang mau memilih saya!”
Perawat Antonia : “Ibu sekarang begini saja. Ibukan masih dalam proses
penyembuhan seiring berjalannya waktu ibu masih
berkesempatan untuk mendapatkan pasangan lagi ibu. Tidak
semua pria seperti itu, bu. Jika memang jodohnya pasti akan
menerima keadaan kita apa adanya. Jadi ibu sekarang focus
untuk membahagikan diri dan keluarga serta harus rutin
menjalankan pengobatanya bu, oh iya satu lagi jangan lupa
berdoa kepada tuhan agar cepat diberi kesembuhan.”
Ellysa : “Percuma sus saya berdoa pun Allah ga akan bikin saya balik
lagi seperti semula.”
Oma : “Jangan bicara seperti itu nak, bener kata suster kita harus
rajin beribadah agar kamu bisa cepet pulih dan kembali
beraktivitas.”
Ellsya : “Ah apa sih ibu, ibu aja sana sendiri solat, mana bisa ke
kamar mandi buat wudhu orang lagi sakit solat.”
Perawat Antonia : “Sabar bu, ibu bisa kok solat sambil berbaring ditempat tidur,
nanti kami sebagai perawat akan mengajarkan cara
bertayamum.”
Astrid : “Ayo mah kita solat bareng-bareng biar ade dapet papah baru
yang bisa nerima keluarga kita.”
Oma : “Syutt ade ga boleh bilang gitu, kita berdoa buat kesembuhan
mamah kamu.”
Besoknya pun perawat Eriska dan Mira datang ke ruang mawar untuk mengajarkan
cara tayamum dan solat
Perawat Mira : “Selamat siang bu de, perkenalkan saya perawat mira dan ini
rekan saya eriska, gimana kondisi ibu siang ini?”
Ellysa : “Gini lah sus, sakit cape harus berada posisi seperti ini terus.”
Perawat Eriska : “Yang sabar bu, kesembuhan akan berjalan beririgan seiring
denga usaha yang ibu lakukan, Insya Allah.”
Ellysa : “Ya sampai kapan sus, saya sudah cape begini terus.”
Perawat Eriska : “Iya bu, kalau kita terus berdoa dan terus melakukan
pengobatan terbaik nanti pasti cepat diberikan kesembuhan.”
Ellsya : “Mau solat gimana wudhu nya aja susah.” (bunyi Adzan
dzhur pun berkumandang)
Perawat Mira : “Nah mumpung udah Adzan kita solat bareng bareng yu.”
Perawat Eriska dan Mira pun membantu Ellysa untuk bertayamum, dan oma juga
ingin ikut solat berjamaah, setelah selesai solat.
Perawat Mira : “Sama-sama bu, nah sekarang ibu jangan putus semangat
yah.”
Perawat Eriska : “Dan jangan lupa terus berdo’a bu, supaya kita segera
diberikan kesembuhan.”
Perawat Eriska : “Ya sudah kalau begitu saya dan Mira permisi dulu yah bu.”
Keesokan harinya perawat Erlita yang sedang bertugas, melihat anaknya Ibu Ellysa
mondar mandir di depan ruangan ibunya. Perawat Erlita yang penasaran pun datang
menghampirinya.
Perawat Erlita : “Gini sekarang adek tenang dulu. Nanti saya akan ajarakan
tekniknya ya.”
Ellysa : “Ah kebetulan ada suster. Aduh sus! Perut saya serasa tidak
nyaman sus. Dari tadi sakitnya tidak hilang sus. Kalau sakitnya
begini, saya tidak bisa tidur terus sus.”
Perawat Erlita : “Begitu ya bu. Baiklah kalau begitu hari ini saya akan
mengajarkan pada ibu namanya teknik guided imagery. Nanti
ibu haya rileks saja dan ikut intruksi dari saya ya bu.”
Perawat Erlita : “Sebelum kita mulai apakah ada tempat apa atau suasana seperti
apa yang ibu sukai?”
Perawat Erlita : “Ah ibu mah, kalau ngomong suka bikin saya pengen jadi
ikutan. Maklum bu jomblo hahaha.”
Perawat Erlita : “Tapi bu apa ada hal-hal yang tidak disukai atau yang ditakuti ibu
selama ini?”
Ellysa : “Saya tidak begitu menyukai serangga sus.”
Perawat Erlita : “Baik, kita mulai ya bu. Ibu posisinya bisa senyaman
mungkin atau berbaring.”
Perawat Ellysa : “Baik. Pertama, ibu tarik nafas dulu. Tarik nafas dari hidung
keluarkan dari mulut. Tarik nafas lagi keluarkan lagi,
rileks....rileks...rileks
Ellysa : “Wah ternyata seperti itu ya sus. Saya merasa lebih rileks dan
tak lagi khawatir. Jadi saya harus focus dengan apa yang saya
sukai ya sus?”
Perawat Erlita : “Benar ibu. Semakin kita bahagia proses pemulihan juga akan
berkembang.”
Astrid : “Tuh mah intinya mamah harus bahagia mah. Jangan banyak
pikiran ya mah.”
Perawat Erlita : “Nah kalau begitu saya permisi dulu ya bu. Semoga lekas
sembuh.”