Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN KHUSUS : GELANDANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Jiwa


Pembimbing :

Disusun oleh :

Shanti ariani
211FK04024

PROGRAM STUDI PROFRSI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut. Fenomena
ini menjadi masalah sosial di perkotaan, tidak hanya kota besar tetapi juga di kota-
kota kecil. Hal ini karena beberapa faktor yang menyebabkan kemunculan mereka
dan belum berhasil dituntaskan hingga ke akar-akarnya.

Gelandangan merupakan orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai


dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak
mempunyai pencarian dan tempat tinggal yang tetap. Kebanyakan dari mereka
memenuhi kebutuhan hidup mengembara di jalanan dan ditempat umum. Sedangkan
pengemis juga merupakan orang-orang yang mendapat penghasilan dengan meminta-
minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas
kasihan orang lain. (Joni, 2014)

Ini merupakan fenomena yang mana terkadang sebagian mereka menjadi


gelandangan dan pengemis bukan karena tidak memiliki kemampuan untuk bekerja
seperti orang lain pada umumnya. Tetapi sebagian mereka menjadi demikian karena
malas, tidak adanya rasa malu serta pola fikir yang rendah dan perilaku yang merasa
diliputi kebodohan dan akses kemudahan dan kesenangan dalam mendapatkan uang
dari hasil meminta-minta. Akhirnya mereka menjadi ”manja” karena dengan belas
kasih orang lain mereka mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras (Roby, 2014)

Permasalahan sosial gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi dan


interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal-hal kemiskinan, pendidikan rendah,
minimnya keterampilan kerja yang dimiliki, lingkungan sosial budaya, kesehatan dan
lain-lain. Kemudian masalah tersebut jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka dapat
menyebabkan peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis yang sangat pesat.
Dampak dari meningkatnya gelandangan dan pengemis adalah munculnya ketidak
teraturan sosial (social disorder) yang ditandai dengan kesemrawutan,
ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengganggu keindahan kota. Padahal disisi
lain mereka adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama,
sehingga mereka perlu diberikan perhatian yang sama untuk mendapatkan
penghidupan dan kehidupan yang layak (Kemenkes, 2017)

Dalam menangani gelandangan psikotik, tidak hanya pemerintah pusat saja


yang berperan, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Seperti
disebutkan dalam UndangUndang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
dimana disebutkan pada Pasal 80 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab melakukan penatalaksanaan terhadap Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya
dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum.

B. Tujuan
Untuk mengetahui Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gelandangan Psikotik
BAB II
TINJAUAN KASUS

C. Pengertian
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup
dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap
diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum tentang Penanggulangan
Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan istilah gelandangan psikotik adalah
penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalan-jalan umum, dapat
mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan
dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan jiwa dengan
realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah, disekolah, di tempat kerja, atau
dilingkungan sosialnya (Karnadi, 2014).

D. Etiologi
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa
bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh faktor keluarga tidak
peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat ataupun
karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri gelandangan psikotik ini ditandai dengan
tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya compangcamping,
membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh
seperti tertawa sendiri serta sukar diajak berkomunikasi.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-fungsi pengenalan,
ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya gangguan dan kekalutan mental
tersebut tergantung pada parahnya kerusakan organik pada otak. Sementara
penyandang psikosis fungsional disebabkan oleh faktor-faktor non-organik, ditandai
oleh disintegrasi dengan dunia realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi, dan
delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya
seperti terbius).
Kriteria psikotik:
- Psik otik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada

susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik ,
gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
- Psikotik Fungsional adalah Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada

kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia


(perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga.
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
1) Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
3) Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
1) Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
2) Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
3) Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan
yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja

4. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya
gelandangan dan psikotik adalah :
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
E. Pathway

Gangguan Jiwa

Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi

1. Biologis/jasmaniah: 1. Biologis
- Keturunan 2. Stress Lingkungan
- Jasmaniah 3. Sumber Koping
- Temperamen
- Penyakit dan cedera
tubuh
2. Psikologis
3. Sosial

Terapi Modalitas : Terapi Terapi Non


-Terapi Keluarga Farmakologi/Obat Farmakologi :
-Terapi Kejang Listrik -Terapi Individu
-Terapi Bermain
-Terapi
Somatic/Biologis
-Terapi Lingkungan
-Terapi Kognitif
-Terapi Kelompok SP Pasien SP
-Terapi Bermain Keluarga
-Terapi Perilaku
F. Manifestasi Klinik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak berkomunikasi dan
bermusuhan
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok

G. Komplikasi
1. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai tingkat
kepribadian yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja secara efektif
dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan kejiwaan, demensia
terkait dengan hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan masalah progresif
dengan memori, perilaku, belajar, dan komunikasi yang mengganggu fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup.
3. Kerusakan kognitif reversibel seperti kekurangan gizi, infeksi dan lain-lain.
4. Kerusakan kognitif ireversibel seperti alzheimer dan vaskular demensia
merupakan kerusakan kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer
memiliki resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma down.

H. Diagnosa Keperawatan
 Halusinasi
 Isolasi sosial
 Harga diri rendah
 Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
 Gangguan proses pikir : waham
 Resiko bunuh diri
 Defisit perawatan diri
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soetomo penataleksanaan pada pasien dengan gelandangan psikotik yaitu
dengan melakukan rehabilitasi.

Langkah-langkah penataleksanaan rehabilitasi sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan


masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama yang mengalami
perkembangan, akan tetapi dapat pula menjadi masalah baru yang muncul
karena perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural,
masalah sosial dianggap sebagai kondisi yang tidak diinginkan oleh karena dapat
membawa kerugian baik secara fisik maupun non fisik pada individu, kelompok
ataupun masyarakat. Secara keseluruhan, atau dapat juga merupakan kondisi
yang dianggap bertentangan dengan nilai, norma dan standar sosial.

2. Tahap Diagnosis.
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong
munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk memecahkan
masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah mencapai hasil yang di
harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat, eskalasi dan latar belakang
masalah.

3. Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal
juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi berkembangnya
permasalahan sosial.
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan utama pendekatan
pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang terkait. Adapun langkah yang
perlu di lakukan adalah:
a. Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja sosial
untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
serta berwenang terhadap masalah penertiban gelandangan, pihak yang
peduli terhadap pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap
masyarakat sebagai pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan
masyarakat sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses
perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para calon klien
untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen tersebut dapat
melalui :
b. Trantib keamanan (razia)
c. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas sosial
dan LSM.
d. Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis yang
meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti). Pengasramaan
adalah menempatkan klien definitif dalam asrama dengan kondisi, situasi
dan fasilitas panti.

4. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment)


Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk mencari dan
menggali data penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-faktor penyebab
masalah klien, dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien, semua ini dilakukan
dalam upaya untuk membantu proses rehabilitasi sosial dan mempercepat
penyembuhannya.

5. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi social


Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial didasarkan pada hasil assessmen
yang dilakukan oleh pekerja sosial. Hasil assesment tersebut menjadi acuan
untuk memberikan pelayanan dalam menangani klien dalam proses rehabilitasi
sosial. Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil assesment tersebut
dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam assesmen.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan paada tindakan keperawatan ini dalam tahap pemeliharaan
berfokus ada pendidikam manajemen dan pengendalian diri dari gejala dan
mengidentifikasi gejala yang berhubungan dengan kekambuhan.
Tahapan kekambuhan
- Tahap 1 : kewalahan berlebih ( mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang

intensif)
- Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung

dengan gejala depresi)


- Tahap 3 : rasa malu ( biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa

mengendalikan)
- Tahap 4 : disorganisasi Psikotik ( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi,

halusinasi, waham)
- Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan

psikotik )
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
c. Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan yang
tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
a. Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
b. Pencapaian wawasan
c. Kognitif yang konstan
d. Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko perilaku kekerasan

C. Penatalaksanaan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1 Defisit Perawatan Diri  Self care : Activity of  Self Care assistane : ADLs
Daily Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien
Setelah dilakukan tindakan untuk perawatan diri yang
keperawatan selama 3x24 jam mandiri.
masalah perawatan diri dapat 2. Monitor kebutuhan klien
teratasi dengan untuk alat-alat bantu untuk
Kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian,
1. Klien terbebas dari bau berhias, toileting dan makan.
badan 3. Sediakan bantuan sampai
2. Dapat melakukan ADLS klien mampu secara utuh
dengan bantuan untuk melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
2 Gangguan persepsi sensori: Setelah dilakukan tindakan 1. Ekspresi wajah
Halusinasi keperawatan selama 3x24 jam bersahabat, menunjukkan
masalah halusinasi dapat teratasi rasa senang, ada kontak
dengan mata, mau berjabat
Kriteria hasil : tangan, mau
1. Klien dapat membina menyebutkan nama, mau
hubungan saling percaya menjawab salam, klien
2. Klien dapat mengenali mau duduk berdampingan
halusinasinya dengan perawat, mau
3. Klien dapat mengontrol mengutarakan masalah
haslusinasinya yang dihadapi
2. Klien dapat menyebutkan
waktu, isi, frekuensi
timbulnya halusinasi
3. Klien dapat
mengungkapkan perasaan
terhadap halusinasi
4. Klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasa
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya.
5. Klien dapat menyebutkan
cara baru
6. Klien dapat memilih cara
mengatasi halusinasi
seperti yang telah
didiskusikan dengan
klien.
3 Resiko perilaku kekerasan  Abuse Protektion  Behavior Management
Setelah dilakukan tindakan 1. Tahan / mengontrol
keperawatan selama 3x24 jam pasien bertanggung jawab
masalah resiko perilaku atas / nya perilakunya
kekerasan dapat teratasi dengan 2. Komunikasikan tentang
Kriteria hasil : harapan bahwa pasien
1. Dapat mengidentifikasi akan mempertahankan
faktor yang menyebabkan kontrol / kondisinya
perilaku kekerasan 3. Menahan diri dan
2. Dapat mengidentifikasi cara berdebat atau tawar-
alternative untuk mengatasi menawar mengenai batas
masalah yang ditetapkan dengan
pasien
4. Menggunakan
pengulangan secara
konsisten dapat dari
rutinitas kesehatan
sebagai cara menetapkan
mereka
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Much.(2013), “Tahun 2016 Bandung Bebas Gelendangan Dan Pengemis” dalam
http://rehsos.depsos.go.id
Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, dan EuisHeryati. (2007), Psikiatri Konsep
Dasar danGangguan-gannguan. Bandung
Dochteman, J. M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC). America
Mosby Elsevier Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification
(NOC). United states of America
Mosby, Elsevier Nanda international. (2015). Diagnose keperawatan. Jakarta: EGC
Refika Aditama Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik
Berbasis Masyarakat. Demak
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai