Disusun oleh :
Shanti ariani
211FK04024
A. Latar Belakang
Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut. Fenomena
ini menjadi masalah sosial di perkotaan, tidak hanya kota besar tetapi juga di kota-
kota kecil. Hal ini karena beberapa faktor yang menyebabkan kemunculan mereka
dan belum berhasil dituntaskan hingga ke akar-akarnya.
B. Tujuan
Untuk mengetahui Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gelandangan Psikotik
BAB II
TINJAUAN KASUS
C. Pengertian
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup
dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap
diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum tentang Penanggulangan
Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan istilah gelandangan psikotik adalah
penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalan-jalan umum, dapat
mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan
dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan jiwa dengan
realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah, disekolah, di tempat kerja, atau
dilingkungan sosialnya (Karnadi, 2014).
D. Etiologi
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa
bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh faktor keluarga tidak
peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat ataupun
karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri gelandangan psikotik ini ditandai dengan
tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya compangcamping,
membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh
seperti tertawa sendiri serta sukar diajak berkomunikasi.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-fungsi pengenalan,
ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya gangguan dan kekalutan mental
tersebut tergantung pada parahnya kerusakan organik pada otak. Sementara
penyandang psikosis fungsional disebabkan oleh faktor-faktor non-organik, ditandai
oleh disintegrasi dengan dunia realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi, dan
delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya
seperti terbius).
Kriteria psikotik:
- Psik otik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada
susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik ,
gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
- Psikotik Fungsional adalah Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada
4. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya
gelandangan dan psikotik adalah :
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
E. Pathway
Gangguan Jiwa
Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi
1. Biologis/jasmaniah: 1. Biologis
- Keturunan 2. Stress Lingkungan
- Jasmaniah 3. Sumber Koping
- Temperamen
- Penyakit dan cedera
tubuh
2. Psikologis
3. Sosial
G. Komplikasi
1. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai tingkat
kepribadian yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja secara efektif
dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan kejiwaan, demensia
terkait dengan hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan masalah progresif
dengan memori, perilaku, belajar, dan komunikasi yang mengganggu fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup.
3. Kerusakan kognitif reversibel seperti kekurangan gizi, infeksi dan lain-lain.
4. Kerusakan kognitif ireversibel seperti alzheimer dan vaskular demensia
merupakan kerusakan kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer
memiliki resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma down.
H. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
Isolasi sosial
Harga diri rendah
Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
Gangguan proses pikir : waham
Resiko bunuh diri
Defisit perawatan diri
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soetomo penataleksanaan pada pasien dengan gelandangan psikotik yaitu
dengan melakukan rehabilitasi.
1. Tahap Identifikasi
2. Tahap Diagnosis.
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong
munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk memecahkan
masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah mencapai hasil yang di
harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat, eskalasi dan latar belakang
masalah.
3. Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal
juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi berkembangnya
permasalahan sosial.
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan utama pendekatan
pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang terkait. Adapun langkah yang
perlu di lakukan adalah:
a. Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja sosial
untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
serta berwenang terhadap masalah penertiban gelandangan, pihak yang
peduli terhadap pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap
masyarakat sebagai pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan
masyarakat sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses
perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para calon klien
untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen tersebut dapat
melalui :
b. Trantib keamanan (razia)
c. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas sosial
dan LSM.
d. Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis yang
meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti). Pengasramaan
adalah menempatkan klien definitif dalam asrama dengan kondisi, situasi
dan fasilitas panti.
intensif)
- Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung
mengendalikan)
- Tahap 4 : disorganisasi Psikotik ( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi,
halusinasi, waham)
- Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan
psikotik )
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
c. Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan yang
tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
a. Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
b. Pencapaian wawasan
c. Kognitif yang konstan
d. Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko perilaku kekerasan
C. Penatalaksanaan Keperawatan
Abduh, Much.(2013), “Tahun 2016 Bandung Bebas Gelendangan Dan Pengemis” dalam
http://rehsos.depsos.go.id
Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, dan EuisHeryati. (2007), Psikiatri Konsep
Dasar danGangguan-gannguan. Bandung
Dochteman, J. M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC). America
Mosby Elsevier Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification
(NOC). United states of America
Mosby, Elsevier Nanda international. (2015). Diagnose keperawatan. Jakarta: EGC
Refika Aditama Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik
Berbasis Masyarakat. Demak
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI