Disusun oleh :
Shanti ariani
211FK04024
Adaptif Maladaptif
Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada
seimbang kadang tidak
saat stres
V. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri
adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam
buku Sutejo 2016), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersiahan diri. Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya,
dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan
keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial
yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya
bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.
5) Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan
keadaan fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan
perawatan diri.
VI. Kemungkinan data fokus pengkajian
Adapun konsep asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa (Elvara, 2017).
1. Pengkajian
c) Bagaimana hasilnya?
3) Faktor Penyebab
Faktor Penyebab Bagian-Bagian Contoh
Faktor Predisposisi Perkembangan Keluarga terlalu
melindungi dan
memanjakan klien
sehingga
perkembangan inisiatif
terganggu
Biologis Penyakit kronis yang
menyebabkan klien
tidak mampu
melakukan perawatan
diri.
Kemampuan realitas Klien dengan
turun gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas
yang kurang
menyebabkan
ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan
diri.
Sosial Kurang dukungan dan
latihan kemampuan
perawatan diri
lingkungannya. Situasi
lingkungan
mempengaruhi latihan
kemampuan dalam
perawatan diri.
Faktor Presipitasi Body Image Gambaran individu
terhadap dirinya sangat
mempengaruhi
kebersihan diri,
misalnya: dengan
adanya perubahan fisik
sehingga individu
tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
Praktik Sosial Pada anak-anak selalu
dimanja dalam
kebersihan diri, maka
kemungkinan akan
terjadi perubahan pola
personal hygiene.
Status Sosial Ekonomi Personal hygiene
memerlukan alat dan
bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi
yang semuanya
memerlukan uang
untuk
menyediakannya.
Pengetahuan Pengetahuan personal
hygiene sangat penting
karena pengetahuan
yang baik dapat
meningkatkan
kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita
diabetes militus dia
harus menjaga
kebersihan kakinya.
Budaya Disebagian masyarakat
jika individu sakit
tertentu tidak boleh
dimandikan.
Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang
yang menggunakan
produk tertentu dalam
perawatan diri seperti
penggunaan sabun,
shampoo, pasta gigi.
Kondisi fisik atau Pada keadaan tertentu
psikis atau sakit kemampuan
untuk merawat diri
berkurang dan perlu
bantuan untuk
melakukannya.
4) Pemeriksaan Fisik
5) Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial
4) Spiritual
6) Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
1. Pohon masalah
Data Objektif:
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien,
2. Berdaki
3. Tidak menggunakan alat mandi
4. Tidak mandi dengan benar
5. Pakaian terlihat kotor.
6. Kumis dan jenggot tidak rapi
7. Rambut dan kulit kotor dan rontok
8. Kuku panjang dan kototr.
9. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
10. Penampilan tidak rapi.
11. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.
17
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL
Disusun oleh :
Shanti ariani
211FK04024
18
1.2 Konsep isolasi sosial
1.2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya (Keliat, 2011). Isolasi sosial menurut Townsend, dalam
Kusumawati F dan Hartono Y (2010) adalah suatu keadaan kesepian
yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan
mengancam.
1.2.2 Rentang respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat
dikenali pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang
masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive,
tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi
prilaku atau distress yang nyata.
Respon adaptif respon maladatif
4. Saling
ketergantungan
19
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan
apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi
diri dalam menentukan rencana-rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,
individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan
diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma
agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013)
respon maladaptive tersebut adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan
orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada
orang lain.
2. Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian
3. Narsisme
20
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain
4. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain
1.2.3 Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam
teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga
21
yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak,
misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
1.2.4 Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial
juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor
stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
1.2.5 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
1. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
22
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
1.2.6 Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak
dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
23
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
1.2.7 Sumber koping
Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, music atau
tulisan (Stuart, 2006)
1.2.8 Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam
kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada
otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian
temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada
pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo, 2014: 113)
1.2.9 Konsep Asuhan isolasi sosial
24
1. Pengkajian
a. Identitias klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien.
b. Alasan masuk
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,
menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, bercerai dengan suami, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
1. Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian
tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh
yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang,
25
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
2. Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
3. Peran : Perubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
4. Ideal diri : Mengungkapkan keputusasaan karena
penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi.
5. Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubunga sosial dengan orang lain/terdekat, kelempok
masyarakat.
d) Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spiritual).
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan denga orang lain, Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. Klien
mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikandan merapikan pakaian. Pada observasi mandi dan
cara berpakaian klien terlihat rapih. Klien dapat melakukan
istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah.
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme Koping
26
Apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik
diri.
i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi,
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
27
28
3. Intervensi keperawatan
Tgl Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah pertemuan pasien Sp 1 (tgl )
Menyadari mampu: Indentifikasi penyebab
penyebab isolasi Membina hubungan Siapa yang satu rumah dengan pasien?
social saling percaya Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
Berinteralsi dengan Menyadari penyebab sebabnya
orang lain isolasi social keuntungan Siapa yang tidak dekat dengan pasien
dan kerugian berinteraksi apa sebabnya?
dengan orang lain Tanyakan ke untungan dan kerugian
Melakukan interaksi berinteraksi dengan orang lain
dengan orang lain secara
Tanyakan pendapat pasien tentang
bertahap
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
Tayakan apa yang menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
Diskusikan ke untungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
Diskusikan kerugian bila pasien hanya
29
mengurung diri dan tidak bergau
dengan orang lain
Jelaskan pengaruh isolasi social
terhadap kesehatan fisik mereka
Latih berkenalan
Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
dengan orang lain
Berikan contoh cara beriteraksi dengan
orang lain
Beri kesempatan pasien
memperaktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan perawat
Mulailah bantu pasien berinteraksi satu
oarnag teman /anggota keluarga
Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan tingkat jumlah interaksi
dengan 2,3,1, orang dan seterusnya.
Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah di lakukan oleh
pasien.
30
Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan
mengkungkapkan keberhasilan atau
kegagalan, beri dorongan terus menerus
agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya
Masukkan jadwal kegiatan pasien.
Sp 2 (tgl )
Evaluasi sp 1
Latih berhubungan social secara
bertahap
Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Sp 3 (tgl )
Evaluasi sp 1dan 2
Latih cara berkenalan dengan 2orang
atau lebih
Masukkan jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah x pertemuan keluarga SP 1
Merawat pasien mampu : Identifikasi masalah yang dihadapi
31
isolasi sosial di rumah Masalah isolasi sosial keluarga dalam merawat pasien
dan dampaknya pada Penjelasan isolasi sosial
pasien Cara merawat pasien isolasi sosial
Penyebab isolasi sosial Latih (simulasi)
Sikap keluarga untuk RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
membantu pasien merawat pasien.
mengatasi isolasi
sosialnya
Pengobatan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus obat
Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien.
SP 2
Evaluasi SP1
Latih langsung ke pasien
RTL keluarga / jaddwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
Evaluasi SP1 dan SP2
32
Latih langsung ke pasien
RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
Evaluasi kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga
Follow up
Rujukan
33
DAFTAR PUSTAKA
34