Anda di halaman 1dari 14

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan Perawat yang unggul dalam penerapan


keterampilan Keperawatan Lansia berbasis IPTEK Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


RESIKO PELAKU KEKERASAN
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
(Nama Kalian)

2 Reguler B

Dosen Pembimbing :
Ns. Nurhalimah, M.Kep., Sp.Kep.J.

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KONSEP DASAR PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI

1. Pengertian Defisit Perawatan Diri


Menurut Anna Budi Keliath (2011), defisit perawatan diri adalah
ketidakmampuan seseorang dalam melakukan kebersihan diri, makan,
berpakaian, berhias diri, dan buang air besar atau kecil secara mandiri.
Menurut Yusuf dkk (2015), defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa kronis yang sering tidak
perduli untuk merawat diri. Kurangnya perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Keadaan
ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan,
baik dalam keluarga maupun masyarakat.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang yang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor dan bau, badan bau, napas bau, dan penampilan tidak rapih.

2. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala menurut Anna Budi Keliath (2011) adalah sebagai berikut:

a. Kurang merawat kebersihan diri : rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki,
bau, kuku panjang dan kotor.

b. Tidak mampu berhias atau berdandan : rambut acak acakan, pakaian kotor,
tidak rapih, tidak sesuai, pria tidak bercukur, wanita tidak berdandan.

c. Tidak mampu makan sendiri : tidak mampus mengambil makanan sendiri,


makan berceceran, makan tidak pada tempatnya.

d. Tidak mampu buang air besar atau kecil : BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB atau BAK.
3. Rentang Respon

Adaptif Mal Adaptif

Pola Kadang Tidak


perawatan perawatan diri melakukan
diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

Keterangan :
a) Pola perawatan diri seimbang : Saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b) Kadang perawatan diri, kadang tidak : Saat klien mendapatkan stressor,
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri : Klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.

4. Etiologi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami
deficit perawatan diri, yaitu (Nurhalimah, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami stress
(Stuart, 2013).
1) Biologis. Seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis. Factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah
penting hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

5. Pohon Masalah
Gangguann Pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Effect
Defisit perawatan
diri
Core problem

Menurunnya motivasi dalam


perawatan diri
Caus

Isolasi social :Menarik


diri

(Sumber : Keliat, 2006)


6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif. Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrase, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Mal Adaptif. Mekanisme koping yang menghambat,
fungsi integrase, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan
cenderung menguasai lingkungan. kategorinya adalah tidak mau merawat
diri.

B. ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

KASUS

Seorang laki2 umur 27 tahun dibawa kerumah sakit oleh keluarga karena ngamuk,
memecahkan barang2, mengancam dan akan membubuh orang tuanya. Dua bulan
sebelum kejadian tersebut lasien di phk maka pasien banyak mengurung diri di
kamar, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, makan dan minum serta
kebersihan diri tidak mau. Saat pengkajian ekspresi pasien tegang, suara keras,
mata melotot sesekali berteriak “ku bunuh kau telah mengahncurkan hidupku”
penampilan kotor, berbau dan penggunaan pakaian tidak sesuai pasien juga
mengatakan malu karena tidak bisa bekerja dan membantu orang tuanya.

A. PENGKAJIAN
1. Kasus (Masalah Utama )
Defisit Perawatan Diri

2. Proses Terjadinya Masalah


- Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan seseorang dalam melakukan
kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, dan buang air besar atau
kecil secara mandiri ( sumber : Anna Budi Keliath 2011)
- Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa kronis yang sering tidak perduli untuk merawat diri.
(sumber : Yusuf dkk 2015).
a. Faktor Predisposisi

- Faktor Biologis : Adanya Faktor biologis terkait DPD pada pasien


- Faktor Psikososial : Pasien tidak mengganti baju selama berada
dirumah dan tidak mau melakukan perawatan diri
- Faktor Sosial : Tidak ada Faktor Sosial terkait DPD pada pasien

b. Faktor Presipitasi : Kehilangan pekerjaan dikarenakan PHK,


keputusasaan

3. Pohon Masalah

Gangguann Pemeliharaan Kesehatan

Defisiti Perawatan Diri Core Problem

Isoalasi Sosial

4. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Dikaji

Data Subjektif :
a. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau digantikan baju
b. Keluarga pasien mengatakan paisen tidak mau melakukan perawatan diri
c. Keluarga pasien mengatakan makan dan minum berantakan
Data Objektif :
a. Pasien tampak kotor dan bau
b. Baju pasien tampak tidak sesuai
c. Pasien makan dan minum menggunakan tangan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kebersihan diri
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Diagnosis Tujaun / Kriteria Hasil Intervens Implementasi
i
1. Defisit TUM : Klien mampu 1. I.
perawatan diri melakukan perawatan diri - - mengetahui
identifikas permasalahan
TUK 1 : i masalah yang terjadi
- klien dapat menyebutkan perawatan pada klien.
pengertian dan tanda -tanda diri : -agar klien
keberishan diri. kebersiha yahu
- klien dapat mengetahui n pentingnya
pentingnya kebersihan diri diri,berda kebersihan
-klien dapat mengetahui ndan,mak diri.
bagaimana cara menjaga an/minum -memberitahu
kebersihan diri. ,BAK/BA klien
B. bagaimana
Kriteria Hasil :
- jelaskan cara perawatan
- klien mampu menjaga
pentingny diri dan alat
kebersihan diri secara
a yang
mandiri
kebersiha digunkanan
- klien mampu
n diri. - agar klien
menyebutkan pengertian
-jelaskan bisa
dan tanda-tanda kebersihan
cara dan melakukan
diri
alat kebersihan
-klien dapat mengetahui
kebersiha secara mandiri
pentingnya kebersihan diri.
n diri.
-latih cara II.

menjaga - untuk

kebersiha mengetahui

n diri: kemajuan klien

mandi dan dalam merawat

gantipakai diri dan


sebagai respon
an dll. positif
TUK II : Klien dapat - masukan terhadap
berdandan secara mandiri pada tindakan klien
jadwal -memberitahu
Kriteria Hasil :
kegiatan klien bagaiman
klien mampu mengganti
untuk cara berdandan
baju secara rutin,menyisir
latihan dan alat yang
rambut dan memotong
mandi,sik digunakannya
kuku.
at gigi dll. - agar klien
berdandan
secara mandiri
II.
- apa klien
- evaluasi
terbiasa
kegiatan
dengan
kebersiha
kegiatan yang
n
telah
diri.berika
dianjurkan.
n pujian
-jelaskan
cara dan
alat untuk
berdandan
-latih cara
berdandan
setelah
keberisha
n
diri :untuk
perumpua
n sisiran
dan untuk
pria
cukuran
- masukan
pada
jadwal
kegiatan
untuk
keberihan
diri dan
berdandan
.

D. Evaluasi
a. Klien mengatakan mau membersihkan diri
b. Klien mengatakan lebih bersih dan rambut lebih wangi dan halus
c. Klien tampak rapih
d. Gangguan defisit perawatan diri teratsi
e. Menganjurkan klien untuk memasukan dalam jadwal harian.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWAWATAN DIRI

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien -> Defisit perawatan diri


Data Subjektif :
a. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau digantikan baju
b. Keluarga pasien mengatakan paisen tidak mau melakukan perawatandiri
c. Keluarga pasien mengatakan makan dan minum berantakan
Data Objektif :
a. Pasien tampak kotor dan bau
b. Baju pasien tampak tidak sesuai
c. Pasien makan dan minum menggunakan tangan

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Tindikan Keperawatan


a. Tujuan Umum:
Klien mampu melakukan perawatan diri
b. Tujuan Khusus:
- Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- pasien dapat mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri
- Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala defisit keperawatan

4. Tindakan Keperawatan

SP 1 pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat


diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan saya suster febriani ”
“Siapa namanya dan senang dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Selama di
rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak .”
“Dari tadi, suster lihat bapak menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya? Mau dimana?”

b. Fase Kerja
“Berapa kali bapak mandi dalam sehari?”
“Apakah bapak hari ini sudah mandi?”
“Menurut bapak apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa? Baadan gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul? Betula da
kudis, kutu dan lain-lain.”
“Apa yang bapak lakukan untuk merawat rambut dan muka?”
“Kapan saja bapak menyisir rambut Bagaimana dengan merias muka?”
“Kaapan saja bapak menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka?
“Apa maksud atau tujuan menyisir dan berhias?”

c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi? Sekarang coba bapak ulangi lagi tanda-tanda bersih
dan rapi”
“Bagus sekali! Mau berapa kali bapak mandi ? 2 kali pagi dan sore, mari
kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian!”
“Nah, lakukan ya bapak , dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan, dan T (tidak) tidak
melakukan. Baik, besok kita latihan berdandan”
“Jam 7 pagi ya”

SP 2 pasien: melatih pasien berhias (laki-laki:berpakaian, menyisir rambut,


dan bercukur. Perempuan: berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaan bapak hari ini? bapak sudah mandi?
Sudah ditandai di jadwal harian?”
“Hari ini kita akan latihan berhias diri, supaya bapak tampak rapih dan
ganteng. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat-alatnya
(sisir,parfum)”

b. Fase Kerja
“Sudahkan bapak mengganti pakaiannya setelah mandi? Bagus! Nah,
sekarang disisir rambutnya yang rapih, bagus ! sekarang memakai
parfumnya , Bagus !sangat terlihat rapih bukan kalau seperi ini”.

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah belajar berdandan?”
“bapak tampak segar dan ganteng, mari masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan
bersama teman bapak yang lain ya? Sampai jumpa!”

SP 3 pasien: Melatih pasien makan secraa mandiri (menjelaskan cara


mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan
cara merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai
dengan tahapan makan yang baik).

a. Fase Orientasi
“Selamat siang bapak tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik.”
“kita latihan langsung di ruang makan ya!”
“Mari...itu sudah datang makanan.”

b. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum dan setelah makan? Di mana bapak
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan!”
“Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita
berdoa dulu. Silahkan bapak yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu-persatu
dengan pelan-pelan. Ya, ayo...sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita
bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul...dan kita akhiri dengan cuci
tangan.”
“ya bagus! Itu suster Ani sedang membagikan obat, coba bapak minta
sendiri obatnya.”

c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita makan bersama-sama.”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas,
lalu cuci tangan).”
“Nah, coba bapak lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan
dalam jadwal? Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik,
bagaimana kalau pukul 10.00? tempatnya disini aja ya?”

SP 4 pasien: Mengajarkan pasien melakukan BAB / BAK secara mandiri


(menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan secara
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersikan
tempat BAB dan BAK).

a. Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, Bagaimana perasaan hari ini? Baik, sudah di jalankan
jadwal kegiatannya?”
“Kita akan membicarakan tentang cara membuang air besar dan buang air
kecil yang baik, ya. Kira- kira 30 menit, bisa ya bapak ? Dimana kita
duduk?”

b. Fase Kerja
“Cara membilas yang bersih setelah bapak buang air besar yaitu dengan
menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya! Cara
seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran atau tinja yang ada
di bokong kebagian kemaluan kita. Setelah bapak selesai cebok, jangan
lupa tinja atau air yang ada di Wc di bersihkan. Caranya siram tinja atau air
kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja atau air kencing itu
tidak tersisa di Wc. Jika bapak membersihkan tinja atau air kencing seperti
ini, berarti bapak ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya
yang ada pada air kencing atau kotoran.”
“Jangan lupa merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC, lalu
cucitangan menggunakan sabun.”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita membicarakan tentang cara buang
air besar atau buang air kecil yang baik?”
“Coba bapak jelaskan ulang tentang cara BAB dan BAK yang baik!Bagus!
Untuk selanjutnya, bapak dapat melakukan cara-cara yang telah dijelaskan
tadi.”
“Nah, besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak bisa
melakukan jadwal kegiatannya! sampai jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai