Disusun oleh :
(Nama Kalian)
2 Reguler B
Dosen Pembimbing :
Ns. Nurhalimah, M.Kep., Sp.Kep.J.
a. Kurang merawat kebersihan diri : rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki,
bau, kuku panjang dan kotor.
b. Tidak mampu berhias atau berdandan : rambut acak acakan, pakaian kotor,
tidak rapih, tidak sesuai, pria tidak bercukur, wanita tidak berdandan.
d. Tidak mampu buang air besar atau kecil : BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB atau BAK.
3. Rentang Respon
Keterangan :
a) Pola perawatan diri seimbang : Saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b) Kadang perawatan diri, kadang tidak : Saat klien mendapatkan stressor,
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri : Klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.
4. Etiologi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami
deficit perawatan diri, yaitu (Nurhalimah, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami stress
(Stuart, 2013).
1) Biologis. Seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis. Factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah
penting hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
5. Pohon Masalah
Gangguann Pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Effect
Defisit perawatan
diri
Core problem
KASUS
Seorang laki2 umur 27 tahun dibawa kerumah sakit oleh keluarga karena ngamuk,
memecahkan barang2, mengancam dan akan membubuh orang tuanya. Dua bulan
sebelum kejadian tersebut lasien di phk maka pasien banyak mengurung diri di
kamar, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, makan dan minum serta
kebersihan diri tidak mau. Saat pengkajian ekspresi pasien tegang, suara keras,
mata melotot sesekali berteriak “ku bunuh kau telah mengahncurkan hidupku”
penampilan kotor, berbau dan penggunaan pakaian tidak sesuai pasien juga
mengatakan malu karena tidak bisa bekerja dan membantu orang tuanya.
A. PENGKAJIAN
1. Kasus (Masalah Utama )
Defisit Perawatan Diri
3. Pohon Masalah
Isoalasi Sosial
Data Subjektif :
a. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau digantikan baju
b. Keluarga pasien mengatakan paisen tidak mau melakukan perawatan diri
c. Keluarga pasien mengatakan makan dan minum berantakan
Data Objektif :
a. Pasien tampak kotor dan bau
b. Baju pasien tampak tidak sesuai
c. Pasien makan dan minum menggunakan tangan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kebersihan diri
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Diagnosis Tujaun / Kriteria Hasil Intervens Implementasi
i
1. Defisit TUM : Klien mampu 1. I.
perawatan diri melakukan perawatan diri - - mengetahui
identifikas permasalahan
TUK 1 : i masalah yang terjadi
- klien dapat menyebutkan perawatan pada klien.
pengertian dan tanda -tanda diri : -agar klien
keberishan diri. kebersiha yahu
- klien dapat mengetahui n pentingnya
pentingnya kebersihan diri diri,berda kebersihan
-klien dapat mengetahui ndan,mak diri.
bagaimana cara menjaga an/minum -memberitahu
kebersihan diri. ,BAK/BA klien
B. bagaimana
Kriteria Hasil :
- jelaskan cara perawatan
- klien mampu menjaga
pentingny diri dan alat
kebersihan diri secara
a yang
mandiri
kebersiha digunkanan
- klien mampu
n diri. - agar klien
menyebutkan pengertian
-jelaskan bisa
dan tanda-tanda kebersihan
cara dan melakukan
diri
alat kebersihan
-klien dapat mengetahui
kebersiha secara mandiri
pentingnya kebersihan diri.
n diri.
-latih cara II.
menjaga - untuk
kebersiha mengetahui
D. Evaluasi
a. Klien mengatakan mau membersihkan diri
b. Klien mengatakan lebih bersih dan rambut lebih wangi dan halus
c. Klien tampak rapih
d. Gangguan defisit perawatan diri teratsi
e. Menganjurkan klien untuk memasukan dalam jadwal harian.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWAWATAN DIRI
A. Proses Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
4. Tindakan Keperawatan
b. Fase Kerja
“Berapa kali bapak mandi dalam sehari?”
“Apakah bapak hari ini sudah mandi?”
“Menurut bapak apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa? Baadan gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul? Betula da
kudis, kutu dan lain-lain.”
“Apa yang bapak lakukan untuk merawat rambut dan muka?”
“Kapan saja bapak menyisir rambut Bagaimana dengan merias muka?”
“Kaapan saja bapak menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka?
“Apa maksud atau tujuan menyisir dan berhias?”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi? Sekarang coba bapak ulangi lagi tanda-tanda bersih
dan rapi”
“Bagus sekali! Mau berapa kali bapak mandi ? 2 kali pagi dan sore, mari
kita masukkan dalam jadwal aktivitas harian!”
“Nah, lakukan ya bapak , dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan, dan T (tidak) tidak
melakukan. Baik, besok kita latihan berdandan”
“Jam 7 pagi ya”
b. Fase Kerja
“Sudahkan bapak mengganti pakaiannya setelah mandi? Bagus! Nah,
sekarang disisir rambutnya yang rapih, bagus ! sekarang memakai
parfumnya , Bagus !sangat terlihat rapih bukan kalau seperi ini”.
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah belajar berdandan?”
“bapak tampak segar dan ganteng, mari masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan
bersama teman bapak yang lain ya? Sampai jumpa!”
a. Fase Orientasi
“Selamat siang bapak tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik.”
“kita latihan langsung di ruang makan ya!”
“Mari...itu sudah datang makanan.”
b. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum dan setelah makan? Di mana bapak
makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktikkan!”
“Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita
berdoa dulu. Silahkan bapak yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu-persatu
dengan pelan-pelan. Ya, ayo...sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita
bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul...dan kita akhiri dengan cuci
tangan.”
“ya bagus! Itu suster Ani sedang membagikan obat, coba bapak minta
sendiri obatnya.”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita makan bersama-sama.”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas,
lalu cuci tangan).”
“Nah, coba bapak lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan
dalam jadwal? Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik,
bagaimana kalau pukul 10.00? tempatnya disini aja ya?”
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, Bagaimana perasaan hari ini? Baik, sudah di jalankan
jadwal kegiatannya?”
“Kita akan membicarakan tentang cara membuang air besar dan buang air
kecil yang baik, ya. Kira- kira 30 menit, bisa ya bapak ? Dimana kita
duduk?”
b. Fase Kerja
“Cara membilas yang bersih setelah bapak buang air besar yaitu dengan
menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya! Cara
seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran atau tinja yang ada
di bokong kebagian kemaluan kita. Setelah bapak selesai cebok, jangan
lupa tinja atau air yang ada di Wc di bersihkan. Caranya siram tinja atau air
kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja atau air kencing itu
tidak tersisa di Wc. Jika bapak membersihkan tinja atau air kencing seperti
ini, berarti bapak ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya
yang ada pada air kencing atau kotoran.”
“Jangan lupa merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC, lalu
cucitangan menggunakan sabun.”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita membicarakan tentang cara buang
air besar atau buang air kecil yang baik?”
“Coba bapak jelaskan ulang tentang cara BAB dan BAK yang baik!Bagus!
Untuk selanjutnya, bapak dapat melakukan cara-cara yang telah dijelaskan
tadi.”
“Nah, besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak bisa
melakukan jadwal kegiatannya! sampai jumpa!”