Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Jiwa


Pembimbing :

Disusun oleh :

Shanti ariani
211FK04024

PROGRAM STUDI PROFRSI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2022
1.2 Konsep isolasi sosial
1.2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya (Keliat, 2011). Isolasi sosial menurut Townsend, dalam
Kusumawati F dan Hartono Y (2010) adalah suatu keadaan kesepian
yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan
mengancam.
1.2.2 Rentang respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat
dikenali pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang
masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive,
tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan disfungsi
prilaku atau distress yang nyata.
Respon adaptif respon maladatif

1. Menyendiri 1. Kesepian 1. Manipulasi

2. Otonomi 2. Menarik diri 2. Impulsive

3. Kebersamaan 3. Ketegantungan 3. Narsisme

4. Saling
ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.
Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
1. Menyendiri

2
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan
apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi
diri dalam menentukan rencana-rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,
individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan
diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma
agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013)
respon maladaptive tersebut adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan
orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada
orang lain.
2. Impulsif
merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian
3. Narsisme

3
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain
4. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain
1.2.3 Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam
teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga

4
yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
dapat mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak,
misalnya pada klien skizfrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
1.2.4 Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial
juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor
stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
1.2.5 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
1. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

5
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)
1.2.6 Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak
dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi

6
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
1.2.7 Sumber koping
Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, music atau
tulisan (Stuart, 2006)
1.2.8 Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam
kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis
penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada
otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian
temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada
pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo, 2014: 113)
1.2.9 Konsep Asuhan isolasi sosial

7
1. Pengkajian
a. Identitias klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien.
b. Alasan masuk
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,
menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, bercerai dengan suami, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
1. Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian
tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh
yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang,

8
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
2. Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
3. Peran : Perubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
4. Ideal diri : Mengungkapkan keputusasaan karena
penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi.
5. Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial,
merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubunga sosial dengan orang lain/terdekat, kelempok
masyarakat.
d) Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spiritual).
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan denga orang lain, Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. Klien
mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikandan merapikan pakaian. Pada observasi mandi dan
cara berpakaian klien terlihat rapih. Klien dapat melakukan
istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah.
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme Koping

9
Apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik
diri.
i. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi,
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial

10
11
3. Intervensi keperawatan
Tgl Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah pertemuan pasien Sp 1 (tgl )
 Menyadari mampu:  Indentifikasi penyebab
penyebab isolasi  Membina hubungan  Siapa yang satu rumah dengan pasien?
social saling percaya  Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
 Berinteralsi dengan  Menyadari penyebab sebabnya
orang lain isolasi social keuntungan  Siapa yang tidak dekat dengan pasien
dan kerugian berinteraksi apa sebabnya?
dengan orang lain  Tanyakan ke untungan dan kerugian
 Melakukan interaksi berinteraksi dengan orang lain
dengan orang lain secara
 Tanyakan pendapat pasien tentang
bertahap
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
 Tayakan apa yang menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
 Diskusikan ke untungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya

12
mengurung diri dan tidak bergau
dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh isolasi social
terhadap kesehatan fisik mereka
 Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
dengan orang lain
 Berikan contoh cara beriteraksi dengan
orang lain
 Beri kesempatan pasien
memperaktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan perawat
 Mulailah bantu pasien berinteraksi satu
oarnag teman /anggota keluarga
 Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan tingkat jumlah interaksi
dengan 2,3,1, orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah di lakukan oleh
pasien.

13
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan
mengkungkapkan keberhasilan atau
kegagalan, beri dorongan terus menerus
agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
Sp 2 (tgl )
 Evaluasi sp 1
 Latih berhubungan social secara
bertahap
 Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Sp 3 (tgl )
 Evaluasi sp 1dan 2
 Latih cara berkenalan dengan 2orang
atau lebih
 Masukkan jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu : Setelah x pertemuan keluarga SP 1
Merawat pasien mampu :  Identifikasi masalah yang dihadapi

14
isolasi sosial di rumah  Masalah isolasi sosial keluarga dalam merawat pasien
dan dampaknya pada  Penjelasan isolasi sosial
pasien  Cara merawat pasien isolasi sosial
 Penyebab isolasi sosial  Latih (simulasi)
 Sikap keluarga untuk  RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
membantu pasien merawat pasien.
mengatasi isolasi
sosialnya
 Pengobatan yang
berkelanjutan dan
mencegah putus obat
 Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien.
SP 2
 Evaluasi SP1
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga / jaddwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
 Evaluasi SP1 dan SP2

15
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
 Evaluasi kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 Rencana tindak lanjut keluarga
 Follow up
 Rujukan

16
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University


Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan


Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:EGC

17

Anda mungkin juga menyukai