KELOMPOK VIII
BEKASI TIMUR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyalahgunaan narkoba hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari tingkat
rumah tangga, rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kelurahan/desa, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional. Kondisi itu tercermin dari angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam satu tahun terakhir pada tahun 2019
berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama
dengan Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB) LIPI pada 34 provinsi di
Indonesia, berkisar mulai dari 0,10% untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai 6,50%
untuk Provinsi Sumatera Utara (Imron et al, 2020). Angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba
itu diperoleh dari penyalahguna narkoba yang bermukim di perkotaan dan perdesaan.
Berdasarkan angka prevalensi yang ada pada masing masing provinsi, disimpulkan
bahwa tidak ada satu pun provinsi diwilayah Indonesia yang bebas dari ancaman
penyalahgunaan narkoba.
Permasalahan narkoba seakan tidak ada habisnya di Indonesia. Ada kecenderungan
jumlah pemakai narkoba mengalami peningkatan setiap tahun. Pemakai narkoba tidak
terbatas pada masyarakat perkotaan, tapi juga merambah masyarakat pedesaan.
Pemakaian narkoba tidak hanya menyasar kelas sosial tertentu, tetapi sudah mencakup
semua lapisan masyarakat. Selain itu, pemakaian narkoba tidak terbatas pada orang yang
berduit saja, bahkan keluarga miskin pun banyak yang memakai narkoba. Saat ini,
pemakaian narkoba juga sudah merata hampir di semua profesi, tanpa terkecuali.
Terdapat kaitan antara penyalahgunaan NAPZA dengan penyebaran HIV/AIDS. Berikut
adalah beberapa informasi terkait prevalensi penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS di
Indonesia:
1. Survei nasional penyalahgunaan narkoba tahun 2021 yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa persentase pengguna narkoba yang
terinfeksi HIV/AIDS mencapai 66% .
2. Data yang terhimpun dari Badan Narkotika Nasional Sulsel menunjukkan bahwa
penyalahgunaan NAPZA / Narkoba di Sulawesi Selatan sampai tahun 2015 tercatat
sekitar 2.000 orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Udayana menunjukkan bahwa sebagian
besar penyalahguna narkoba yang terinfeksi HIV/AIDS mengalami diskriminasi dan
stigmatisasi dari masyarakat
Untuk mengatasi masalah ini, rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA menjadi penting
untuk mengurangi dampak negatif dari penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran
HIV/AIDS. Beberapa program rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dan pencegahan
penyebaran HIV/AIDS juga telah dilakukan di Indonesia, seperti program Pencegahan,
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dan program
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA dan pencegahan penyebaran
HIV/AIDS.
Karena tingginya angka kejadian infeksi HIV / AIDS akibat penyalahgunaan NAPZA,
terutama pada kelompok yang rentan seperti pengguna narkoba suntik, rehabilitasi
penyalahgunaan NAPZA menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif dari
penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran HIV/AIDS .
B. Rumusan masalah
Berikut adalah beberapa manfaat diangkatnya penelitian ini:
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara
penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
2. Mengevaluasi efektivitas program rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dan
pencegahan penyebaran HIV/AIDS yang telah dilakukan di Indonesia.
3. Memberikan informasi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam
mengembangkan program pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA
dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
4. Menambah literatur dan pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA dan
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
5. Memberikan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan program pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA
dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara penyalahgunaan
NAPZA dengan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia serta untuk mengevaluasi efektivitas
program rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS
yang telah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang melibatkan wawancara mendalam dengan narasumber terkait, observasi,
dan analisis dokumen terkait. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang hubungan antara penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran
HIV/AIDS, serta efektivitas program rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dan
pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
D. Manfaat penelitian
Berikut adalah beberapa manfaat diangkatnya penelitian ini:
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara
penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
2. Mengevaluasi efektivitas program rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dan
pencegahan penyebaran HIV/AIDS yang telah dilakukan di Indonesia.
3. Memberikan informasi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam
mengembangkan program pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA
dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
4. Menambah literatur dan pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA dan
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
5. Memberikan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan program pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA
dan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia
BAB II
TINJAUAN MASALAH
A. Definisi NAPZA
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi
zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan
psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004)
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang
yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010)
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling
sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam
pekerjaan dan fungsi sosial.
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang ditandai
oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi
dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
A. RESUME PASIEN
Pada tanggal 28 April 2023 pukul 08.00 WIB, Tn. A berusia 41 tahun memeriksakan diri
ke UGD RS Bhakti Wiyata. Klien diantar oleh kakak pertamanya. Klien mengatakan alasan Ia
mau masuk perawatan adalah karena saran dari kakaknya yang mengatakan takut jika adiknya
tertangkap dan tersangkut kasus hukum karena menggunakan Heroin, sehingga urusannya akan
panjang. Klien mengatakan sebenarnya ingin berhenti menggunakan Putaw (Heroin) tetapi tidak
bisa menjamin dan yakin akan benar-benar bisa berhenti karena lemahnya dukungan dari
sekitarnya seperti keluarga dan klien tidak memiliki teman dekat lagi. Klien mengatakan saat
memakai Putaw/Heroin tujuannya supaya dapat kembali merasa tenang dan mempercepat
berjalannya waktu dan dirinya akan lebih tenang dan esoknya bisa kerja. Klien juga mengatakan
susah tidur dan harus minum obat tidur tiap malam. Klien mengatakan biasa mulai tidur jam 3-an
malam sampai jam 8 pagi. Klien juga mengatakan badannya nyeri karena baru saja putus codein
dan gelisah terus. Klien pernah mengikuti terapi interferon karena positif hepatitis C. Keadaan
umum sedang, kesadaran compos mentis. Tampak lingkaran hitam di area sekitar mata, tampak
lesu, dan tidak bersemangat. Hasil observasi TTV, TD : 130/90mmHg, N : 134x/m, S : 36.6 C,
RR : 20x/m. Masalah keperawatan yang diangkat adalah koping tidak efektif. Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah membina hubungan saling percaya, melibatkan
keluarga dalam perencanaan dan aktivitas perawatan, menjelaskan pentingnya tidak
menggunakan zat, dan menganjurkan keluarga berpartisipasi dalam upaya pemulihan. Therapy
yang diberikan adalah Ranitidine 2x1 tab, Omeprazole 2x4 mg, Polysilane 3ml sebelum makan,
Esilgan 1x2 mg, Heximer 1x2 mg, Asam mefenamat 3x500 mg, Luften 1x50 mg, Tramadol
3x500 mg, Neurobath 3x1 tab. Evaluasi keperawatan secara umum, masalah belum teratasi
pasien disiapkan untuk perawatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem pendukung
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
C. Intervensi keperawatan
3. Klien tampak
menggunakan heroin jika
merasa ingin tenang
28.4.2 Gangguan pola Pasien masih merasa agak nyeri pada badan, masih stress Kel 8
019 tidur berhubungan karena harus mencoba lepas dari heroin.
Jam dengan kurang Respon : Klien tampak masih sedikit gelisah
20.00 kontrol tidur
wib Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
Respon : Pasien mengatakan masih susah tidur di jam 21.00.
21.00 Pasien tidur di jam 00 lebih karena masih banyak beban
wib pikiran dan badan masih agak ngilu. Dan klien merasa masih
stress
Jam
21.00
wib
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Daftar Pustaka
Aminah, S., & Sari, D. K. (2021). Memahami Penyalahguna Narkoba yang Terinfeksi
HIV/AIDS melalui Penelitian Kualitatif. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 10(1), 1-10.
Hawari, D. (2006). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat
Adiktif) Edisi Kedua. FK-UI.