NAPZA
OLEH KELOMPOK 8
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunanTuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini
(Penulis)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….
1.2 Tujuan………………………………………………………………..
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi………………………………………………………………
2.2 Jenis-Jenis NAPZA………………………………………………….
2.3 Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA……………………………...
2.4 Gejala klinis penggunaan NAPZA…………………………………..
2.5 Dampak penggunaan NAPZA………………………………………
2.6.Terapi dan Rehabilitasi……………………………………………..
2.7 Penggolongan Mekanisme Koping…………………………………
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koping………………………..
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………
4.2 Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
– Iritabilitas
– Halusinasi dan waham
– Kewaspadaan yang berlebih
– Sangat tegang
– Gelisah insomnia
– Tampak membesar-besarkan sesuatu
– Dalam keadan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid
f. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen
– Tingkah laku tidak dapat diramalkan
– Tingkah laku merusak diri sendiri
– Halusinasi, ilusi
– Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
– Sikap merasa diri benar
– Kewaspadaan meningkat
– Depersonalisasi
– Pengalaman yang gaib/ajaib
2.6. Dampak penggunaan NAPZA
1. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup
lama.
Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
· gangguan daya ingat
· gangguan perhatian / konsentrasi
· gangguan bertindak rasional
· gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
· gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
· gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
b. Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),
pembengkakan paru (Oedema Paru).
c. Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta penyempitan pembuluh
darah jantung.
d. Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik dan
hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau
melakukan hubungan seksual demi mendapatkan uang untuk membeli zat.
Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah (GO), raja singa
(Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik
secara bersama-sama membuat angka penularan HIV/AIDS semakin meningkat.
Penyakit HIV/AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain
itu juga dapat melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
f. Pada sistem Reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.
g. Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan
jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan :
· Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
· Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
· Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
· Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
· Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
· Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib,
hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
· Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
· Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.
b. Di Lingkungan Sekolah :
· Merusak disiplin dan motivasi belajar.
· Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
· Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.
c. Di Lingkungan Masyarakat :
· Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
· Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah
menjadi ketergantungan.
· Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
· Meningkatnya kecelakaan.
2.6. Terapi dan Rehabilitasi
1. Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoktifikasi.
Detoktifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus
zat, dengan dua cara yaitu :
a. Detoktifikasi Tanpa Substitusi : Klien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak
diberiobat untuk menghilangkan gejala putus zat tesebut. Klien hanya
dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi :Putau atau heroin dapat disubstitusikan
dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan
metadon. Substansi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari
jenis antiansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi dapat juga
diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala
yan ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para antan
penyalahgunaan NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologik,
sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka akan
mampu kembali berfugsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut Hawari (2008) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik : Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan
penyalahgunan NAPZA benar-benar sehat secara fisik. Termasuk dalam
program rehabilitasi medik ini ialah memulihkan kondisi fisik yang lemah,
tidak cukup diberikan gizi makanan yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan
olahraga yang teratur disesuaikan dengan kemampuan masing-masing yang
bersangkutan
b. Rehabilitasi Psikiatrik : Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta
rehabilitasi yang semula bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan,
sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama
rekannyamaupun personil yang membimbing atau mengasuhnya. Termasuk
rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat
dianggap sebagai “rehabilitasi” keluarga terutama bagi keluarga-keluarga
broken home. Konsultasi keluarga ini penting dilakukan agar keluarga dapat
memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang terlibat penyalahgunaan
NAPZA, bgaimana cara menyikapi bila kelak ia telah kembali ke rumah dan
upaya pencegahan agar tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial : Rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar
peserta rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan
sosialnya, yaitu dirumah, disekolah/kampus dan ditempat kerja. Program ini
merupakan persiapan untuk krmbali ke masyarakat. Leh karena itu, mereka
perlu dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan misalnya berbagai kursus
ataupun balai latihan kerja yang dapat diadakan di pusat rehabilitasi. Dengan
demikian diharapkan bila mereka telah selesai menjalani program rehabilitasi
dapat melanjutkan kembali ke sekolah/kuliah ata bekerja.
d. Rehabilitasi Psikoreligus : Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan
penting. Unsur agama dalam rehabilitasi bagi para pasien penyalahgunaan
NAPZA mempunyai arti penting dalam mencapai penyembuhan. Unsur agama
yang mereka terima akan memulihkan dan memperkuat rasa percaya diri,
harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan
atau keimanan ini akan menumbuhkan kekuatan kerohanian pada diri
seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat
kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
e. Forum Silaturahmi : Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca
rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan
penyalahgunaan NAPZA (yang telah selesai menjlani tahapan rehabilitasi) dan
keluarganya. Tujuan yang hendak dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah
untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga/keluarga sakinah yaitu
keluarga yangharmonis dan religius, sehingga dapat memperkecil kekambuhan
penyalahan NAPZA.
f. Program Terminal : Pengalaman menunjukan baha banyak dari mereka
sesudah menjalani program rehabilitasi dan kemudian mengikui forum
silatuhrami, mengalami kebingungan untuk program selanjutya. Khusunya
bagi pelajar dan mahasiswa yang karena keterlibatannya pada penyalahgunaa
NAPZA di masa lalu terpaksa putus sekolah menjadi pengangguran; perlu
menjalani program khusus yang dinamakan program terminal (re-entry
program),yaitu program persiapan untuk kembali melanjutkan sekolah/kuliah
atau bekerja.
INTERNAL EKSTERNAL
1. Berhubungan dengan gejala 1. Kerusakan
putus zat. (maladaptif) interaksi sosial
g. Proses Pikir
h. Isi Pikir
6. Sumber Koping
Batasan karakteristik :
4. Penyalahgunaan zat
7. Dukungan sosial yan tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
• Koping
• Tingkat stres
2. Dukungan emosional
4. Peningkatan peran
5. Peningkatan tidur
7. Pemberian obat
2.7.4 Implementasi
2.7.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
dan sistematik dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kerja lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,
pasien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment) (Asmandi, 2008).
Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatting dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatting
berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formating ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formating ini
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu subjektif (data berupa keluhan
pasien), objektif (data dan pemeriksaan), analisa data (perbandingan ata dengan teori), dan
perencanaan (Asmandi, 2008).
Menurut (Asmandi, 2008), ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan antara lain :
1. Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah
ditentukan.
2. Tujuan tecapai sebagaian atau pasien masih dalam proses pencapaian tujuan jika pasien
menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika pasien hanya menunjukan sedikit perubahan tidak ada kemajuan
sama sekali serta dapat menimbulkn masalah baru.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang
berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan
biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek
yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
1.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar bermanfaat untulk
kita semua terutama bagi kami penulis. Harapannya tujuan dari makalah ini dapat
memasyarakat dan terimplementasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada
pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI.
(2001). Buku pedoman praktis bagi petugas kesehatan (puskesmas) mengenai
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta:
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat.
Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat
adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.