Pembimbing:
Rina Al-Kahfi,S.Kep.,Ns
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, penyusun berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
pendahuluan ini.
Akhir kata, semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan rekan-rekan seperjuangan, khususnya rekan-rekan Program Studi
Sarjana Keperawatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II ISI.............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian..............................................................................................3
2.5. Peran Perawat Dalam Masalah Trend dan Isu Pada Kasus Napza........9
3.1. Kesimpulan...........................................................................................11
3.2. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mencapai 2,8 persen. Artinya pengguna narkoba bisa tembus di angka
5,1 juta orang. Berdasarkan penelitian BNN bersama Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia periode 2014, angka prevalensi
pecandu napza sebesar 2,2 persen atau setara dengan 3,8-4,2 juta
orang. Sedangkan proyeksi angka prevalensi internasional sebesar 2,32
persen. Kondisi ini naik dibandingkan angka prevalensi di Indonesia tahun
2008 yang mencapai 0,21 persen.Pada tahun 2014 angka pecandu
NAPZA di Indonesia mencapai angka 4.022.702 orang. Angka ini naik
dibandingkan pada tahun 2011 yang hanya sebesar 3,8 juta orang. Di
Sumatera barat, pada tahun 2013 angka pecandu napza mencapai
63.783 orang dan pada tahun 2014 angka tersebut naik sehingga
mencapai 65.208 orang. Menurut BNNP hal ini sudah masuk dalam
fenomena yang membahayakan. Dari 65.208 orang pecandu, yang sudah
melaporkan diri secara sukarela baru mencapai 1.080 orang, sementara
yang direhabilitasi baru 80 orang, sisanya rehabilitasi jalan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang menggunakan NAPZA ada 3, yaitu :
faktor individu/diri sendiri, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan
narkoba. Faktor individu/diri sendiri dipicu oleh keingintahuan yang besar
untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang tentang akibatnya di
kemudian hari. Faktor lingkungan seperti : keluarga, lingkungan
pergaulan, lingkungan pekerjaan, dan sebagainya sedangkan faktor
ketersediaan narkoba dipicu oleh NAPZA yang semakin mudah didapat
dan dibeli dan harganya yang semakin murah dan dapat dijangkau oleh
daya beli masyarakat. Ketergantungan NAPZA merupakan masalah yang
kompleks, karena akan menimbulkan dampak yang negatif dan
menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari. Ketergantungan (dependence
use) NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik
dan psikis, sehingga tubuh memerlukan sejumlah Napza yang makin
bertambah, apabila pemakaiannya dikurangi atau dihentikan akan timbul
gejala putus zat (withdrawal syndrome) (Iva, 2016).
2
1. Apa yang dimaksud dengan Napza ?
2. Jenis-jenis Napza dan dampak penggunaanya?
3. Penyalahgunaan Napza ?
4. Apa saja peran perawat jiwa dalam menanggulangi napza ?
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
a. Narkotika
1. Pengertian Menurut UU No. 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Penggolongan narkotika Menurut UU No. 35 Tahun 2009 sebagai
berikut :
a) Narkotika golongan satu
b) Narkotika golongan dua
c) Narkotika golongan tiga
3. Dampak penyalahgunaan narkotika Menurut Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 :
a) Dampak fisik
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti :kejang-
kejang,halusinasi,gangguan kesadaran,kerusakan syaraf
tepi
3
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti : infeksi akut otot jantung,gangguan
peredaran darah
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan
(abses), alergi, eksim
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan
fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6) Dampak terhadap reproduksi secara umum adalah
gangguan pada endokrin, seperti : penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen,progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7) Dampak terhadap reproduksi remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi
dan amenorhoe (tidak haid)
8) Bagi pengguna melalui jarum suntik resikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B,C dan HIV ix. Overdosis
yang berujung kematian
b) Dampak psikis
1) Malas belajar,ceroboh, sering tegang dan gelisah
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri
c) Dampak sosial
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3) Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram
b. Psikotropika
1) Pengertian Psikotropika adalah zat atau obat, baik alami maupun
sintesis bukan narkotik yang berkhasia psikoaktif melalui pengaruh
4
selektif pada susunan saraf dan menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. (UU RI No 22 / 1997 ).
2) Penggolongan Psikotropika UU No 5 Tahun 1997 menggolongkan
psikotropika sebagai berikut :
a) Psikotropika golongan 1 ialah psikotropika yang hanya digunakan
sebagai tujuan ilmu pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam
terapi.
b) Psikotropika golongan 2 ialah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan juga dapat digunakan dalam terapi.
c) Psikotropika golongan 3 ialah psikotropika yang berkhasiat dalam
pengobatan dan juga banyak digunakan dalam terapi dan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi ringan
menimbulkan ketergantungan.
d) Psikotropika golongan 4 ialah psikotropika yang berkhasiatdalam
pengobatan dan juga sangat luas digunakan dalam terapi serta untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan dan mempunyai potensi ringan
menimbulkan ketergantung.
c. Zat adiktif
5
iii) Golongan C (Wiski), dengan kadar atanol lebih dari 20 sampai 50%.
Golongan ini dapat menyebabkan gejala ataksia parah, penglihatan
ganda atau kabur, pingsan dan kadang terjadi konvulsi. (Koes Irianto,
Pencegahan dan Penanggulangan Keracunan Bahan Kimia
Berbahaya.
6
2.3. Penyalahgunaan NAPZA
7
8
c. Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada Mahasiswa
9
g. Orangtua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orangtua
berselingkuh
h. Orangtua yang tidak memiliki dan menanamkan norma-norma,
nilai-nilai terlarang baik-buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan
i. Orangtua atau salah satu anggota keluarga yang menjadi
penyalahguna narkotika [ CITATION Ang18 \l 1057 ].
2. Lingkungan Kampus
a. Kampus yang kurang disiplin, tidak tertib
b. Sering tidak ada kuliah ada jam kuliah
c. Kuliah yang membosankan
d. Dosen yang kurang pandai mengajar
e. Dosen atau pejabat di kampus yang kurang komunikatif dengan
mahasiswa
f. Kampus yang kurang mempunyai fasilitas untuk menampung
dan menyalurkan kreativitas mahasiswanya
3. Lingkungan masyarakat
a. Mudah diperolehnya
b. Harga narkotika makin murah
c. Kehidupan sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang tidak
menentu menyebabkan terjadinya perubahan nilai dan norma,
antara lain sikap permisif (membolehkan) [ CITATION Dia15 \l
1057 ].
1. Faktor Individu
a. Ingin diterima kelompok
b. Mengikuti kecenderungan
c. Mencari kenikmatan
d. Keingintahuan
2. Faktor Lingkungan
a. Keluarga tidak harmonis
b. Kontrol social [ CITATION Ana18 \l 1057 ].
10
2.5. Peran Perawat Dalam Masalah Trend dan Isu Pada Kasus Napza
Menurut Ana dan zila (2018) pada jurnal Drug use prevention:
factors associated with program implementation in Brazilian urban
schools, banyak hal yang bisa dilakukan oleh tim kesehatan untuk
berperan aktif dalam mengatasi masalah penggunaan Napza, seperti
memberikan pendidikan tentang bahaya menggunakan Napza.
Beberapa hal yang dapat dilakukan tim kesehatan khususnya perawat
jiwa dalam memberikan pelayanan kepada pengguna Napza sebagai
berikut :
1. Menurut Ana dan Zila (2018) pada jurnal Drug use prevention: factors
associated with program implementation in Brazilian urban schools,
Perawat jiwa berperan sebagai pemberi edukasi tentang pentingnya
mengenali bahaya menggunakan Napza kepada anak usia sekolah,
perawat juga berperan dalam mengidentifikasi perilaku anak-anak
yang menggunakan napza.
2. Menurut Sutrisno (2017) pada jurnal Berbagai Pendekatan Dalam
Pendidikan Nilai Dan Pendidikan Kewarganegaraan perawat jiwa
berperan melakukan pendekatan dan pemberian pendidikan tentang
napza kepada pengguna napza dan yang tidak menggunakan napza
dengan Media permainan ular tangga, pada permainan ini dibuat
pertanyaan-pertanyaan tentang bahayanya menggunakan napza.
3. Menurut Angga (2018) pada jurnal Pengetahuan dan Sikap Remaja
Terhadap Penggunaan Napza di Sekolah Menengah Atas dikota
Semarang, perawat jiwa berperan menjadi konselor bagi pengguna
napza dan keluarga pengguna napza.
4. Menurut Eva dkk (2016) pada jurnal Pengalaman Perawat Dalam
Memberikan Layanan Keperawatan Jiwa Pada Pecandu Napza Di
Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Karesidenan Kediri
perawat dituntut menjadi role model untuk perubahan life style
pengguna Napza dan menciptakan lingkungan yang terapieutik untuk
pengguna dan keluarga pengguna napza dengan menciptakan
hubungan saling percaya antara perawat dan pengguna napza.
5. Menurut Diana dan Kusnarto (2015) pada jurnal komunikasi
terapieutik dalam penyembuhan pencandu narkoba, Perawat jiwa
berperan sebagai advokat pengguna napza dan sebagai tempat
pengguna napza berbagi cerita.
6. Menurut Bambang dkk (2017) pada jurnal Studi Fenomenologi :
Makna Pengalaman Mantan Narapidana Pengguna Narkotika
Kembali Kemasyarakat Di Kabupaten Kedirin, Perawat jiwa berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang saling berkerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk kesembuhan pengguna
napza (kolaboratif).
7. Menurut Azhari [ CITATION Azh17 \l 1057 ] pada jurnal Pendekatan-
Pendekatan Terapi Dalam Penanganan Residen Napza Therapy
11
Approaches In Handling Resident Of Drug,Perawat jiwa berperan
sebagai case manager pada saat pengguna Napza di rehabilitasi
sebagai pengawas pemberian obat yang diinstruksikan dokter
kepada pengguna Napza.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Penulis menyarankan untuk perawat jiwa lebih lagi mencari tau
tentang cara-cara berperan ditren dan isu pada masalah napza ini, seperti
mencari dijurnal atau buku-buku terbaru agar menambah pengetahuan
perawat dan menjadi salah satu cara mengurangi angka pengguna napza
di Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sanchez, Ana Paula Dias Pereira And Zila M. “Drug Use Prevention: Factors
Associated With Program Implementation In Brazilian Urban Schools.”
Bmc Public Health, 2018: 18-334.
14