Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TREND DAN ISU KEPERAWATAN PADA KASUS


NAPZA

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I

Pembimbing:
Rina Al-Kahfi,S.Kep.,Ns

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. Ivana Itasia Putri 11194561920096


2. Merry Lidya 11194561920099
3. Rizka Nazillah 11194561920112
4. Safril 11194561920114
5. Sinta Dewi Febriani 11194561920115
6. Sri Suryaningsih 11194561920117

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Makalah
Trend dan Isu Keperawatan Pada Kasus Napza”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami
banyak permasalahan. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I,
Rina Al-Kahfi, S.Kep.,Ns yaitu yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, penyusun berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
pendahuluan ini.
Akhir kata, semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan rekan-rekan seperjuangan, khususnya rekan-rekan Program Studi
Sarjana Keperawatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

Banjarmasin, 19 Mei 2019


Penulis,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................2

BAB II ISI.............................................................................................................. 3

2.1. Pengertian..............................................................................................3

2.2. Jenis-Jenis Napza dan Dampak Penggunaanya....................................3

2.3. Penyalahgunaan Napza.........................................................................6

2.4. Faktor Penyalahgunaan Napza..............................................................8

2.5. Peran Perawat Dalam Masalah Trend dan Isu Pada Kasus Napza........9

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1. Kesimpulan...........................................................................................11

3.2. Saran....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

NAPZA adalah singkatan dari Narkoba, Psikotropika dan Zat


Adiktif lainnya merupakan bahan atau zat yang apabila masuk ke dalam
tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat atau otak
sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik,
psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi),
serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Pada umumnya,
istilah NAPZA digunakan dalam sektor pelayanan kesehatan, yang
menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik,
psikis, dan sosial. NAPZA juga sering disebut sebagai psikoaktif, yaitu zat
yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku,
perasaan, dan pikiran [ CITATION Ana18 \l 1057 ].

Seseorang yang ketergantungan NAPZA definisinya dibedakan


menjadi pengguna, penyalah guna, dan pecandu. Pengguna adalah
seseorang yang menggunakan narkoba hanya sekedar untuk, misalnya
bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak berputar
di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini disebut juga pengguna sosial
rekreasional. Penyalah guna adalah seseorang yang mempunyai
masalah yang secara langsung berhubungan dengan narkoba. Masalah
tersebut bisa muncul dari ranah fisik, mental, emosional maupun spiritual.
Penyalah guna selalu menolak untuk berhenti sama sekali dan
selamanya. Sedangkan pecandu adalah seseorang yang sudah
mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional serta fisik. Bagi
pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba,
sehingga jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala
putus obat dan kesakitan (Bambang, 2017).
Di Indonesia peredaran narkoba semakin meluas. Angka
kenaikannya di atas rata-rata dunia. Bila tidak ada kesungguhan untuk
memeranginya, diprediksi pada tahun 2016 tingkat prevalensinya akan

1
mencapai 2,8 persen. Artinya pengguna narkoba bisa tembus di angka
5,1 juta orang. Berdasarkan penelitian BNN bersama Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia periode 2014, angka prevalensi
pecandu napza sebesar 2,2 persen atau setara dengan 3,8-4,2 juta
orang. Sedangkan proyeksi angka prevalensi internasional sebesar 2,32
persen. Kondisi ini naik dibandingkan angka prevalensi di Indonesia tahun
2008 yang mencapai 0,21 persen.Pada tahun 2014 angka pecandu
NAPZA di Indonesia mencapai angka 4.022.702 orang. Angka ini naik
dibandingkan pada tahun 2011 yang hanya sebesar 3,8 juta orang. Di
Sumatera barat, pada tahun 2013 angka pecandu napza mencapai
63.783 orang dan pada tahun 2014 angka tersebut naik sehingga
mencapai 65.208 orang. Menurut BNNP hal ini sudah masuk dalam
fenomena yang membahayakan. Dari 65.208 orang pecandu, yang sudah
melaporkan diri secara sukarela baru mencapai 1.080 orang, sementara
yang direhabilitasi baru 80 orang, sisanya rehabilitasi jalan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang menggunakan NAPZA ada 3, yaitu :
faktor individu/diri sendiri, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan
narkoba. Faktor individu/diri sendiri dipicu oleh keingintahuan yang besar
untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang tentang akibatnya di
kemudian hari. Faktor lingkungan seperti : keluarga, lingkungan
pergaulan, lingkungan pekerjaan, dan sebagainya sedangkan faktor
ketersediaan narkoba dipicu oleh NAPZA yang semakin mudah didapat
dan dibeli dan harganya yang semakin murah dan dapat dijangkau oleh
daya beli masyarakat. Ketergantungan NAPZA merupakan masalah yang
kompleks, karena akan menimbulkan dampak yang negatif dan
menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari. Ketergantungan (dependence
use) NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik
dan psikis, sehingga tubuh memerlukan sejumlah Napza yang makin
bertambah, apabila pemakaiannya dikurangi atau dihentikan akan timbul
gejala putus zat (withdrawal syndrome) (Iva, 2016).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam


makalah ini sebagai berikut :

2
1. Apa yang dimaksud dengan Napza ?
2. Jenis-jenis Napza dan dampak penggunaanya?
3. Penyalahgunaan Napza ?
4. Apa saja peran perawat jiwa dalam menanggulangi napza ?
BAB II
ISI

2.1. Pengertian

NAPZA merupakan kepanjangan dari narkotika dan obat


berbahaya sering disebut juga (narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya). Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh pihak kedokteran yang
menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari segi kesehatan fisik,
psikis, dan sosial (Bambang 2017).

2.2. Jenis-Jenis Napza dan Dampak Penggunaanya

a. Narkotika
1. Pengertian Menurut UU No. 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Penggolongan narkotika Menurut UU No. 35 Tahun 2009 sebagai
berikut :
a) Narkotika golongan satu
b) Narkotika golongan dua
c) Narkotika golongan tiga
3. Dampak penyalahgunaan narkotika Menurut Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 :
a) Dampak fisik
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti :kejang-
kejang,halusinasi,gangguan kesadaran,kerusakan syaraf
tepi

3
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti : infeksi akut otot jantung,gangguan
peredaran darah
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan
(abses), alergi, eksim
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan
fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6) Dampak terhadap reproduksi secara umum adalah
gangguan pada endokrin, seperti : penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen,progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7) Dampak terhadap reproduksi remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi
dan amenorhoe (tidak haid)
8) Bagi pengguna melalui jarum suntik resikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B,C dan HIV ix. Overdosis
yang berujung kematian
b) Dampak psikis
1) Malas belajar,ceroboh, sering tegang dan gelisah
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri
c) Dampak sosial
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3) Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram
b. Psikotropika
1) Pengertian Psikotropika adalah zat atau obat, baik alami maupun
sintesis bukan narkotik yang berkhasia psikoaktif melalui pengaruh

4
selektif pada susunan saraf dan menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. (UU RI No 22 / 1997 ).
2) Penggolongan Psikotropika UU No 5 Tahun 1997 menggolongkan
psikotropika sebagai berikut :
a) Psikotropika golongan 1 ialah psikotropika yang hanya digunakan
sebagai tujuan ilmu pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam
terapi.
b) Psikotropika golongan 2 ialah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan juga dapat digunakan dalam terapi.
c) Psikotropika golongan 3 ialah psikotropika yang berkhasiat dalam
pengobatan dan juga banyak digunakan dalam terapi dan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi ringan
menimbulkan ketergantungan.
d) Psikotropika golongan 4 ialah psikotropika yang berkhasiatdalam
pengobatan dan juga sangat luas digunakan dalam terapi serta untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan dan mempunyai potensi ringan
menimbulkan ketergantung.
c. Zat adiktif

Zat adiktif ialah bahan lain yang bukan narkotika maupun


psikotropika yang merupakan suatu inhalasi yang penggunaannya akan
dapat menimbulkan ketergantungan. Miras juga merupakan salah satu
bagian dari NAPZA golongan zat aditif yang mempunyai pengarauh
psikoaktif tetapi di luar narkotika dan psikotropika. Menurut Menteri
Kesehatan RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 tanggal 29 April 1977 yang
dimaksud dengan minuman keras adalah semua jenis minuman
beralkohol, tetapi bukan obat yang meliputi 3 golongan sebagai berikut :

i) Golongan A (Bir), dengan kadar etanol 1% sampai dengan 5%.


Golongan ini dapat menyebabkan mabuk emosional dan bicara tidak
jelas.
ii) Golongan B (Champagne, Wine), dengan kadar etanol 5% sampai
dengan 20%. Golongan ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan, kehilangan sesorik, ataksia, dan waktu reaksi yang
lambat.

5
iii) Golongan C (Wiski), dengan kadar atanol lebih dari 20 sampai 50%.
Golongan ini dapat menyebabkan gejala ataksia parah, penglihatan
ganda atau kabur, pingsan dan kadang terjadi konvulsi. (Koes Irianto,
Pencegahan dan Penanggulangan Keracunan Bahan Kimia
Berbahaya.

6
2.3. Penyalahgunaan NAPZA

a. Pengertian Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan narkoba yang
dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati
pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara kurang teratur dan
berlangsung cukup lama,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
fisik, mental dan kehidupan sosialnya [ CITATION Ana18 \l 1057 ].
Penyalahgunaan NAPZA bisa diartikan sebagai pemakaian NAPZA
dengan tujuan bukan untuk pengobatan atau tanpa dengan
menggunakan resep dari dokter. Seorang ketergantungan narkotika,
alkohol dan zat adiktif adalah seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan, orang yang sakit, seorang pasien, yang memerlukan
pertolongan ,terapi serta rehabilitasi dan bukannya hukuman[ CITATION
Dia15 \l 1057 ]. Menurut WHO penyalahgunaan obat adalah penggunaan
obat secara periodik, tidak teratur atau terus menerus yang tidak sesuai
atau tidak berhubungan dengan praktik medis dan dapat menyebabkan
kecanduan, toleransi dan ketergantungan [ CITATION Dia15 \l 1057 ].
b. Mekanime terjadinya penyalahgunaan dibagi menjadi 3 menurut Hawari
(2017) yaitu :
a) Pendekatan organobiologik Mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan)
hingga dependensi (ketergantungan) darii sudut pandang ini dikenal 2
istilah yaitu :
i) Gangguan Mental Organik atau Sindrom Otak Organik yaitu
kegaduh gelisahan dan kekacauan dalam fungsi kognitif, afektif
dan psikomotor yang disebabkan oleh efek langsung terhadap
susunan syaraf pusat
ii) Gangguan Penggunaan
b) Pendekatan psikodinamik Penyalahgunaan terjadi karena adanya
interaksi anatara faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor
penetus
c) Pendekatan psikososial Perilaku menyimpang yang dilihatt dari sudut
pandang psikososial terjadi akibat negatif dari 3 kutub sosial (sekolah,
keluarga, masyarakat) yang tidak kondusif.

7
8
c. Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada Mahasiswa

a) Faktor Narkotika Tersedianya Narkoba dimana-mana menyebabkan


meningkatnya penyalahgunaan narkoba
b) Faktor Individu
i) Perubahan biologik Perubahan biologik pada masa ini sering
menimbulkan keresahan dan kebingungan. Kebingunan,
keresahan akibat perubahan tersebut dapat mendorong mereka
untuk menyalahgunakan narkoba.
ii) Perubahan psikologik Pada masa ini mereka mempunyai rasa
keingintahuan terhadap dunia di sekitarnya semakin kuat, ingin
mengetahui berbagai masalah di sekitarnya, termasuk mencari
pengalaman seksual dan mencoba-coba narkoba,dan lain-lain.
iii) Perubahan sosial Pengaruh teman kelompok sebaya ini memiliki
andil 81,3% bagi seseorang yang terlibat
penyalahgunaan/ketergantungan narkoba, alkohol dan zat adiktif
serta berpengaruh sebesar 58,36% sebagai penyebab penyebab
faktor kekambuhan penggunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif [
CITATION Ang18 \l 1057 ].
c) Faktor Lingkungan
1. Lingkungan keluarga Faktor keluarga yang menjadi penyebab
penyalahgunaan narkotika antara lain :
a. Orangtua yang kurang komunikatif dengan anaknya
b. Orangtua yang terlalu banyak mengatur anak atau selalu
menuruti kehendak anak
c. Orangtua yang menuntut secara berlebihan agar anak
berprestasi di luar kemampuannya atau keinginannya misalnya
dalam hal memilih jurusan
d. Disiplin orangtua yang tidak konsisten
e. Sikap ayah dan ibu yang tidak sepaham terutama dalam hal
pendidikan anak
f. Orang tua yang terlalu sibuk sehingga kurang memberi perhatian
kepada anaknya

9
g. Orangtua yang kurang harmonis, sering bertengkar, orangtua
berselingkuh
h. Orangtua yang tidak memiliki dan menanamkan norma-norma,
nilai-nilai terlarang baik-buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan
i. Orangtua atau salah satu anggota keluarga yang menjadi
penyalahguna narkotika [ CITATION Ang18 \l 1057 ].
2. Lingkungan Kampus
a. Kampus yang kurang disiplin, tidak tertib
b. Sering tidak ada kuliah ada jam kuliah
c. Kuliah yang membosankan
d. Dosen yang kurang pandai mengajar
e. Dosen atau pejabat di kampus yang kurang komunikatif dengan
mahasiswa
f. Kampus yang kurang mempunyai fasilitas untuk menampung
dan menyalurkan kreativitas mahasiswanya
3. Lingkungan masyarakat
a. Mudah diperolehnya
b. Harga narkotika makin murah
c. Kehidupan sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang tidak
menentu menyebabkan terjadinya perubahan nilai dan norma,
antara lain sikap permisif (membolehkan) [ CITATION Dia15 \l
1057 ].

2.4. Faktor Penyalahgunaan Napza

1. Faktor Individu
a. Ingin diterima kelompok
b. Mengikuti kecenderungan
c. Mencari kenikmatan
d. Keingintahuan
2. Faktor Lingkungan
a. Keluarga tidak harmonis
b. Kontrol social [ CITATION Ana18 \l 1057 ].

10
2.5. Peran Perawat Dalam Masalah Trend dan Isu Pada Kasus Napza

Menurut Ana dan zila (2018) pada jurnal Drug use prevention:
factors associated with program implementation in Brazilian urban
schools, banyak hal yang bisa dilakukan oleh tim kesehatan untuk
berperan aktif dalam mengatasi masalah penggunaan Napza, seperti
memberikan pendidikan tentang bahaya menggunakan Napza.
Beberapa hal yang dapat dilakukan tim kesehatan khususnya perawat
jiwa dalam memberikan pelayanan kepada pengguna Napza sebagai
berikut :
1. Menurut Ana dan Zila (2018) pada jurnal Drug use prevention: factors
associated with program implementation in Brazilian urban schools,
Perawat jiwa berperan sebagai pemberi edukasi tentang pentingnya
mengenali bahaya menggunakan Napza kepada anak usia sekolah,
perawat juga berperan dalam mengidentifikasi perilaku anak-anak
yang menggunakan napza.
2. Menurut Sutrisno (2017) pada jurnal Berbagai Pendekatan Dalam
Pendidikan Nilai Dan Pendidikan Kewarganegaraan perawat jiwa
berperan melakukan pendekatan dan pemberian pendidikan tentang
napza kepada pengguna napza dan yang tidak menggunakan napza
dengan Media permainan ular tangga, pada permainan ini dibuat
pertanyaan-pertanyaan tentang bahayanya menggunakan napza.
3. Menurut Angga (2018) pada jurnal Pengetahuan dan Sikap Remaja
Terhadap Penggunaan Napza di Sekolah Menengah Atas dikota
Semarang, perawat jiwa berperan menjadi konselor bagi pengguna
napza dan keluarga pengguna napza.
4. Menurut Eva dkk (2016) pada jurnal Pengalaman Perawat Dalam
Memberikan Layanan Keperawatan Jiwa Pada Pecandu Napza Di
Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Karesidenan Kediri
perawat dituntut menjadi role model untuk perubahan life style
pengguna Napza dan menciptakan lingkungan yang terapieutik untuk
pengguna dan keluarga pengguna napza dengan menciptakan
hubungan saling percaya antara perawat dan pengguna napza.
5. Menurut Diana dan Kusnarto (2015) pada jurnal komunikasi
terapieutik dalam penyembuhan pencandu narkoba, Perawat jiwa
berperan sebagai advokat pengguna napza dan sebagai tempat
pengguna napza berbagi cerita.
6. Menurut Bambang dkk (2017) pada jurnal Studi Fenomenologi :
Makna Pengalaman Mantan Narapidana Pengguna Narkotika
Kembali Kemasyarakat Di Kabupaten Kedirin, Perawat jiwa berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang saling berkerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk kesembuhan pengguna
napza (kolaboratif).
7. Menurut Azhari [ CITATION Azh17 \l 1057 ] pada jurnal Pendekatan-
Pendekatan Terapi Dalam Penanganan Residen Napza Therapy

11
Approaches In Handling Resident Of Drug,Perawat jiwa berperan
sebagai case manager pada saat pengguna Napza di rehabilitasi
sebagai pengawas pemberian obat yang diinstruksikan dokter
kepada pengguna Napza.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Napza adalah adalah singkatan dari Narkoba, Psikotropika dan


Zat Adiktif lainnya merupakan bahan atau zat yang apabila masuk ke
dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat
atau otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan
gangguan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap Napza
Banyak hal upaya tenaga kesehatan khususnya Perawat jiwa
yang bisa dilakukan dalam berperan aktif melakukan pendekatan kepada
pengguna Napza saat direhabilitasi dan juga bagi anak-anak usia sekolah
yang tidak menggunaka Napza sebagai pencegahan menggunakan
Napza seperti memberikan edukasi tentang bahaya menggunakan Napza
dengan media permainan ular tangga, perawat juga diharapkan mampu
menjadi role model pagi pengguna napza dalam menentukan lifestylenya.

3.2. Saran
Penulis menyarankan untuk perawat jiwa lebih lagi mencari tau
tentang cara-cara berperan ditren dan isu pada masalah napza ini, seperti
mencari dijurnal atau buku-buku terbaru agar menambah pengetahuan
perawat dan menjadi salah satu cara mengurangi angka pengguna napza
di Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azhari. “Pendekatan-Pendekatan Terapi Dalam Penanganan Residen Napza


Therapy Approaches In Handling Resident Of Drug.” Nurse Line Journal,
2017: 12-19.

Bambang Wiseno, Indah Winarni, Fransisaka Imavike Fevriasanty. “Studi


Fenomenologi: Makna Pengalaman Mantan Narapidana Pengguna
Narkotika Kembali Ke Masyarakat Dikabupaten Kediri.” Nurseline Journal,
2017: Vol 2. No.02.

Firdaus, Angga Mahargia Yuanta. “Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap


Penggunaan Napza Disekolah Menengah Atas Dikota Semarang.” Jurnal
Keperawatan, 2018: Vol 6, 1 -7.

Iva Milia Hani Rahmawati, Retty Ratnawati, Septi Dewi Rachmawati.


“Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Layanan Keperawatan Jiwa
Pada Pecandu Napza Di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Karesidenan Kediri.” Jurnal Ilmu Keperawatan, 2016: 256-330.

Kusnarto, Diana Roos. F Dan. “Komunikasi Terapeutik Dalam Penyembuhan


Pecandu Narkoba.” Jurnal Ilmu Komunikasi, 2015: 71-78.

Sanchez, Ana Paula Dias Pereira And Zila M. “Drug Use Prevention: Factors
Associated With Program Implementation In Brazilian Urban Schools.”
Bmc Public Health, 2018: 18-334.

Sutrisno. “Berbagai Pendekatan Dalam Pendidikan Nilai Dan Pendidikan


Kewarganegaraan.” Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2017:
27-39.

14

Anda mungkin juga menyukai