Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NAPZA

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Dengan Dosen
Pembimbing Susanti Niman,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Mahasiswa DIII Keperawatan tingkat 3
Kelas Santa Philomena

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat


jikamasukkedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA (BNP Jabar,
2010).
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau
istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat
berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor,
dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen
dan konsisten.
Menurut laporan United Nations Office Drugs and Crimepada tahun 2009 menyatakan
149 sampai 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya
satu kali dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk dunia
dengan prevalensi 2,8%-4,5% (UNODC, 2011).
Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI)memperkirakan prevalensi penyalahgunaan
NAPZA pada tahun 2009 adalah 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada
tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan NAPZA meningkat menjadi 2,21%.
Jika tidak dilakukan upaya penanggulangan diproyeksikan kenaikan penyalahgunaan NAPZA
dengan prevalensi 2,8% pada tahun 2015 (BNN, 2011).
Berdasarkan data Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) cabang DKI
Jaya dari sekitar 2 juta orang pengguna NAPZA di Indonesia, mayoritas pengguna berumur 20-
25 tahun dan pengguna adalah pria dengan proporsi 90%. Usia pertama kali menggunakan
NAPZArata-rata 19 tahun.Kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar
menjadi daerah tujuan pasar narkotika Internasional. Target utama pasar narkotika adalah
remaja(BKKBN, 2002).
Survei Nasional BNN Tahun 2006 tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap NAPZA
pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia diperoleh hasil bahwa dari
100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 orang pernah pakaidan 5 orang dalam setahun terakhir
pakai NAPZA. Total penyalahgunaan NAPZA pada kelompok pelajar dan mahasiswa sebesar 1,1
juta jiwa dengan angka prevalensi 5,6% (BNN, 2007).
Kasus NAPZAyang telah diungkap oleh BNN selama tahun 2011 sejumlah 26.500 kasus.
Jumlahini meningkat 12,62% dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak 23.531 kasus. Dari data
tersebut, peningkatan tajam secara persentase adalah jenispsikotropika yaitu 55,75%. Untuk jenis
narkotika, yang paling terbanyak diungkap adalah ganja sebanyak 23.186.122 gram, ekstasi
sebanyak 780.885 tablet, dan shabu sebanyak 433.868 gram. Jenis psikotoprika, yang terbanyak
adalah Daftar G sebanyak 1.666.401 buah, kemudian Benzo sebanyak 470.758 buah. Uang yang
berhasil diselamatkan dari kasus yang berhasil diungkap berikut barang bukti mencapai hampir 1
trilyun rupiah dan pemakai pemula yang dapat diselamatkan adalah 93.980.980 jiwa
(NapzaIndonesia, 2012).
Meningkatnya jumlah pemakai NAPZA, terutama yang menggunakan jarum suntik, telah
menambah jumlah penderita penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. HIV/AIDS adalah
penyakit yang mematikan, mudah menular, dan belum ada obatnya. Penyakitituawalnyamenular
diantara sesama pemakai NAPZA,namun akhirnya dapat menular kepada keluarganya dan
masyarakat luas (Partodiharjo, 2008).
Berdasarkan Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku (STBP) pada kelompok berisiko
tinggi di Indonesia tahun 2011, pengguna NAPZA suntik memiliki jumlah kasus HIV tertinggi di
antara kelompok paling berisiko di Indonesia dengan prevalensi Jakarta 56,4%, Surabaya 48,8%,
Medan 39,2%, dan Bandung 25,2% (Depkes, 2011).
Masalah penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks, baik latar Belakangmaupun cara
memperoleh serta tujuan penggunaannya. Pada umumnya NAPZA disalahgunakan oleh mereka
yang kurang mengerti efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaiannya, hal tersebut
disebabkan antara lain oleh tata budaya, tingkat pendidikan dan karakteristik yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia, yaitu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, namun kurang tanggap
dan kurang bisa membicarakan hal-hal yang dianggap negatif antara lain mengenai NAPZA.
Sehingga NAPZA dengan segala permasalahannya tetap menjadi sesuatu yang misterius bagi
kebanyakan masyarakat kita (Prasetyaningsih, 2003).
Salah satu resolusi dari Single Convention On Narcotic Drug yang diadopsi oleh
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan bahwa salah satu metode terapi yang
paling efektif bagi pecandu zat adalah pengobatan di unit pelayanan kesehatan yang bersuasana
bebas obat. Metode yang dimaksud adalah dengan rehabilitasisosial untuk memulihkan perilaku
dan interaksisosial bekas pecandu NAPZAke tengah masyarakat, dapat ditempuh beberapa cara :
keterampilan dan latihan kerja, pembinaan agama, narkotik anonymous, konseling, seminar-
seminar kepribadian, dan kehidupan dalam komunitas bersama (BNN, 2003).
Meskipun seorang penyalahguna NAPZA telah mengikuti program rehabilitasi, masih
banyak dari mereka yang kembali menggunakan NAPZA (kambuh). Hal ini disebabkan oleh ada
situasi atau benda-benda tertentu yang dapat merangsang mereka untuk kembali menggunakan
NAPZA. Ini suatu keadaan yang sangat merugikan pecandu, keluarga, dan masyarakat secara
umum. Di Amerika Serikat (California), Koob, seorang ahli neurofarmakologi, mempunyai
estimasi bahwa 80% dari penyalahguna NAPZA akan kembali menggunakan NAPZA(Hukom,
2008).
Dengan mengetahui aspek yang paling berpengaruh pada penyalahguna NAPZA dapat
dirumuskan dengan tepat cara menanganinya, agar pasien tidak kambuh kembali, karena
sebagian besar penyalahguna NAPZA yang dirawat sering mengalami keadaan kambuh kembali
dan dibutuhkan penanganan baru dengan biaya yang lebih mahal (Dwiyanny, 2001).
Menurut penelitianHawari yang dilakukan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1999 di
empat rumah sakit di Jakarta yaitu : RS. Indah Medika, RS. Agung, RS. MM Abadi, dan
RS.MH.Thamrin terdapat 2 rumah sakit dengan kekambuhan pasien cukup besar dan meningkat
dari tahun ke tahun, yaitu RS. Indah Medika dengan proporsi rawatinapulangsebesar 16,28% dan
RS. Agung sebesar 12,14%. Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh bahwa
pengaruh/bujukan teman merupakan awal seseorang menggunakan NAPZA dengan proporsi
81,3% dan selanjutnya dari teman itu pula kekambuhan terjadi dengan proporsi 58,36% (Hawari,
2006).
Hasil penelitian Domino, dkk (2005) menyatakan bahwa faktor risiko untuk terjadinya
kekambuhan kembali adalah pada penyalahguna NAPZA yang menggunakan narkotika yang
memberikan daya adiktif yang sangat tinggi sehingga potensi untuk menimbulkan kekambuhan
semakin kuat.
Berdasarkan hasil penelitian Husin (2008) mayoritas pasien penyalahguna NAPZA yang
kambuh kembali yang dirawat di Pusat Rehabilitasi BNN Lido-Jawa Barat umur 20-25 tahun
(53,3%) dan tingkat pendidikan SLTA (50%) dan motivasi rendah untuk pulih kembali. Secara
teoritis, diduga faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan kembali pada penyalahguna
NAPZA adalah sebagai berikut (Martono, 2008) :
a. Gagal memahami dan menerima bahwa adiksi adalah penyakit.
b. Menyangkal telah kehilangan kendali.
c. Ketidakjujuran.
d. Keluarga yang tidak berfungsi normal.
e. Kurangnya program yang bersifat rohani.
f. Stres.
g. Mengisolasi diri.
h. Musim libur.
i. Kembali pada teman pecandu dan kebiasaan lama.
j. Merasa bersalah tentang masa lalu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari NAPZA?
2. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan NAPZA?
3. Apa saja jenis-jenis NAPZA?
4. Bagaimana pengaruh dan efek dari penggunaan NAPZA?
5. Apa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan NAPZA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian NAPZA.
2. Untuk mengetahui pengertian dari penyalahgunaan NAPZA.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari NAPZA.
4. Untuk mengetahui pengaruh dan efek dari penggunaan NAPZA.
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan NAPZA..
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian dari NAPZA


NAPZA adalah kependekan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Menurut UU No.22 Tahun 1997, yang dimaksud dengan narkotika meliputi :
1. Golongan Opiat : heroin, morphin, madat, dan lain-lain.
2. Golongan Kanabis : ganja, hashish
3. Golongan Koka : kokain, crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung ethanol (ethyl alcohol). Psikotropika
menurut UU No.5 Tahun 1997, meliputi : ecxtasy, shabu-shabu, Isd, obat penenang, obat anti
depresi dan anti psikosis. Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem,
nikotin [tembakau], kafein[kopi]).
NAPZA tergolong zat psikoaktif. Zat psikoaktif adalah zat yang terutama berpengaruh
pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi dan
kesadaran. Zat psikoaktif yang sering disalahgunakan menurut WHO tahun 1992 adalah :
1. Alcohol (semua minuman beralkohol)
2. Opioida (heroin, morphin, pethidin, candu)
3. Kanabinoida (ganja; mariyuana, hashish)
4. Sedatifa atau hipnotika (obat penenang)
5. Kokain (daun koka, serbuk kokain, creck)
6. Stimulansi lain, termasuk kafein, ecxtasy, dan shabu-shabu.
7. Halusinogenika (Isd, mushroom, mescalin)
8. Tembakau (mengandung nikotin)
9. Pelarut yang mudah menguap (aseton, lem)
10. Multiple (kombinasi) dan lain-lain, misalnya : kombinasi heroin dan shabu-shabu,
alcohol dan obat tidur.
B. Penyalahgunaan NAPZA
Bentuk penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam jumlah berlebihan,
secara berkala atau terus-menerus, berlangsung cukup lama sehingga dapat meerugikan
kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial.
Ketergantungan NAPZA dapat ditandai dengan :
1. Keinginan kuat untuk memakai NAPZA
2. Tidak dapat mengendalikan pemakaiannya
3. Toleransi : dosis semakin tinggi
4. Gejala putus zat
5. Tidak dapat menikmati kesenangan hidup
6. Tetap menggunakan NAPZA meski sakit berat akibat NAPZA.
Yang dimaksud dengan toleransi adalah dosis pemakaian meningkat terus agar diperoleh
khasiat yang sama seperti semula. Sedangkan gejala putus zat ialah gejala fisik dan mental
yang timbul bila orang sudah ketergantungan NAPZA mengurangi atau menghentikan
penggunaan NAPZA tersebut.

C. Jenis-jenis NAPZA
Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Tiap jenis dibagi-bagi lagi beberapa kelompok :
1. Narkotika
Narkotika adlah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun bukan sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki
daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan yang sangat tinggi). Ketiga sifat
narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkraman nya. Berdasarkan UU No. 22 tahun 1997, jenis narkotika dibagi kedalam
3 kelompok, yaitu narkotika glongan 1, golongan 2, dan golongan 3
Narkotika golongan 1 adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktif yang sangat
tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk
penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin,
opium, dan lain-lain.
Narkotika golongan 2 adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya,
benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
Narkotika golongan 3 adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian, contohnya adalah kodein dan turunannya,
berdasarkan cara pembuatannya narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu alami,
semisintesis, dan sintesis.
1) Narkoba alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan
(alami) contohnya
i. Ganja
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun yang menyerupai daun singkong yang
tepinya bergeligi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, 9.
Tumbuhan ini banyak tumbuh di beberapa daerah di indonesia. Daun ganja sering
digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan seabgai bmbu
masak daya adiktifnya rendah. Namun, tidak demikian bila dibakar dan asapnya
dihirup daya adiktifnya tinggi. Cara penanggulannya adalah dikeringkan dan
dicampur dengan tembakau rokok atau dijadikan roko lalu dibakar serta dihisap.
ii. Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di amerika latin dan eropa. Daun
ganja, hasis dan mariyuana juga dapat disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk
car, harganya sangat mahal gunanya adalah untuk disalahgunakan oleh pemadat-
pemadat kelas tinggi.
iii. Koka
Koka adalah tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang berwarna
merah seperti biji kopi. Dalam komunitas masyarakat indian kuno, biji koka
sering digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu
binatang. Koka diolah menjadi kokain.
iv. Opium
Opium adalah bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah bunga
opim dihasilkan candu (opiat). Dimesir dan daratan cina, opium dulu digunakan
untuk mengobati beberapa penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa
sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu opium banyak
tumbuh disegitiga emas dalam kalangan internasional ada kebiasaan keliru
menamai daerah tempat penanaman opium sebagai daerah emas.
2) Narkotika semisintesis
Narkotika semisintesis adalah narkoika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya
( inti sariya) agar memilik khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan kedokteran conthnya :
a. Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau
pebiusan pada operasi (pembedahan)
b. Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk.
c. Heeroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya aduktifnya sangat besar
dan manfaatnya secara medis belum ditemukan heroin juga diberi nama putau,
atau pete bentuknya seperti tepung terigu ( halus, putih, dan agak kotor).
d. Kokain hasil olahan biji kokai.
3) Narkotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang di buat dari bahan kimia. Narkotika in
digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita
ketergantungan narkoba (substitusi) contohnya :
a. Petidin : untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dsb.
b. Methadon : untuk pengobatan candu narkoba
c. Naltrexon : untuk pengobatan candu narkoba
Selain itu pembiusan, narkotka sintesis biasanya diberikan oleh dokter kepada
penyalahgunaan narkoba untuk menghentikan kebiasaan yang tidak kuat melawan
sugesti (relaps) atau sakaw. Berfungsi sebagai pengganti sementara.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis,
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaru selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normaldan perilaku.
Psikotropika memiliki 4 golongan :
a. Golongan pertama, psikotropika dengan daya adiktif sangat kuat contohnya MDMA,
ekstansi, LSD, dan STP.
b. Golonan kedua dengan daya adktif kuat serta berguna untuk pegobatan dan
penelitian. Contohnya amfetamin, metamfetamin, metakualon, dsb.
c. Golongan ketiga, dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan
contohnya, lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dsb.
d. Golongan ke empat, antara lain nitrazepam (BK,mogadon, dumolid), diazepam dll.

3. Zat adiktif
Zat adiktif merupakan pengantar untuk memasuki dunia penyalahgunaan narkoba
dalam KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang diproses dari
bahan pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermintasi tanpa destilasi maupun yang diproses dengan mencampur konsentrat dengan
etanol atau dengan cara mengencerkan minuman mengandung etanol. Minuman alkohol
dibagi menjadi 3 golongan dengan kadar sesuai dengan kadar alkoholnya yaitu
Golongan A, adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1%-5%
Golongan B, minuman beralkohol dengan kadar etanol 5%-20%
Golongan C, minuman beralkohol dengan kadar etanol 20%-55%

D. Pengaruh dan Efek dari Penggunaan NAPZA


Masuknya narkoba akan mempengaruhi fungsi vital organ tubuh, yaitu jantung,
perederan darah, penafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat). Hal ini akan
menyebabkan kerja otak berubah (bisa meningkaat atau menurun).
Narkoba yang ditelan akan masuk ke lambung kemudian ke pembuluh darah. Kalau
dihisap, zat diserap masuk kedalam pembuluh darah lewat saluran hidung dan paaru-paru.
Sedangkan kalau masuk kebadan melalui cara disuntikan, zat langsung masuk ke aliran
darah, selanjutnya darah membawa zat itu ke otak.
Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan
perasaan, yang disebut dengan system limbus. Pusat kenikmatan pada otak (hipotalamus)
adalah bagian dari system limbus. Narkoba menghasilkan perasaan tinggi dengan mengubah
susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neurotransmitter.

Kalau dilihat menurut efeknya pada system saraf pusat pemakai, narkoba, dan zat adiktif
lainnya dibedakan menjadi 3 jenis :
1. Depresan
Obat jenis ini menekan atau memperlambat fungsisistem saraf pusat sehingga
dapat mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Obat antidepresan ini dapat membuat
pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa bahagia dan
bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri. Contoh : opida / opiate ( opium
morfin, heroin, kodein ), alkohol, dan obat tidur trankuiliser atau obat penenang.
Obat penenang depresan yang tergolong pada kelompok obat yang disebut
benzodiazepine. Obat obat ini di resepkan oleh para dokter untuk mengurangi stress,
kecemasan, untuk membantu orang tidur, dan kegunaan kedokteran lainnya. Biasanya
obat obat ini berbentuk kapsul atau tablet. Beberapa orang menyalah gunakan obat
penenang karena efeknya menenangkan.
2. Stimulan
Yaitu berbagai jenis zat yang dapat merangsang system saraf pusat dan
meningkatkan kegairahan ( segar dan bersemangat ) dan kesadaran. Obat ini dapat
bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafssu makan, mempercepat
detak jantung, tekanan darah dan pernapasan, mengerutkan urat nadi, serta membesarkan
biji mata.
3. Halusinogen
Merupakan obat obatan alamiah ataupun sintetik yang memiliki kemampuan
untuk memproduksi zat yang dapat mengubah rangsangan indra yang jelas serta merubah
perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Efek penyalahgunaan narkoba secara mikro sebagai berikut :


1) Bagi diri sendiri :
a. Terganggunya fungsi otak
b. Daya ingat menurun
c. Sulit berkonsentrasi
d. Impulsif
e. Suka berkhayal
f. Intoksikasi (keracunan)
g. Overdosis (OD)
h. Gejala putus zat
i. Berulang kali kambuh
j. Gangguan perilaku / mental social
k. Gangguan kesehatan
l. Kendornya nilai nilai
m. Timbulnya kriminalitas
n. Terinfeksi HIV-AIDS
2) Bagi keluarga :
a. Hilangnya suasana nyaman dan tentram dalam keluarga
b. Keluarga resah karena barang barang berharga dirumah hilang
c. Anak berbohong, mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan
keluarga, tak bertanggung jawab
d. Hidup semaunya sehingga hilangnya norma dalam keluarga
e. Orang tua merasa malu, karena memiliki anak pecandu
3) Bagi sekolah
a. Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar
b. Siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar mengajar. Prestasi belajar turun
drastic
c. Penyalahguna membolos lebih besar daripada siswa lain. Penyalahgunaan
narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asocial lain yang
mengganggu suasana tertib dan aman
d. Perusakan barang barang milik sekolah dan meningkatnya perkelahian.
4) Bagi masyarakat, bangsa dan negara
Mafia perdangangan gelap selalu berusaha memasok narkoba. Terjalin hubungan
antara pengedar atau Bandar dan korban sehingga tercipta pasar gelap. Oleh karena
itu, sekali pasar terbentuk, sulit untuk memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat
yang rawan narkoba tidak memliki daya tahan sehingga kesinambungan
pembangunan terancam. Negara menderita kerugian karena masyarakatnya tidak
produktif dan tingkat kejahatan meningkat ; belum lagi sarana dan prasarana yang
perlu disediakan. Disamping itu rusaknya generasi penerus bangsa.

E. Penyebab dari penggunaan NAPZA


1) Ada lima akibat yang terjadi pada pencandu narkoba yaitu Habituasi, Adiksi/ketagihan,
Toleransi, Obsesi, Kompulasi.
1. Habituasi
Habituasi berarti terdapat keinginan yang kuat untuk mengunakkan obat tertentu
secara teratur, agar tercapai ketergantungan psikis. Sebaliknya, ketergantungan
tubuh/fisik tidak terjadi. Artinya setelah penghentian pemakaian obat tidak akan
terjadi efek putus oabt dan hanya sedikit kecendrungan menaikan dosis.
2. Adiksi
Ketagihan (adiksi) adalah keadaan keracunan yang terjadi dalam jangka lama dan
merupakan peralihan dari habituasi obat. Hal ini karena keinginan berulang untuk
memakai narkoba. Yang termasuk ketagihan adalah keinginan yang mendesak untuk
melanjutkan pemakaian obat dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya,
kecenderungan menaikan dosis, dan ketergangtungan psikis dan juga kebanyakan
fisik pada kerja obat. Contoh-contoh jenis narkotika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan adalah morfin, barbiturate, kokain, amina penyegar, meskalina/LSD,
kanabis/ganja, zat pemberi kenikmatan (alkohol, nikotina).
3. Toleransi
Toleransi terjadi bila pada pemberian obat berulang, dosis harus dinaikan untuk
mencapai efek yang sama. Jadi pencandu cenderung untuk menaikkan dosis obat
yang dikonsumsinya secara terus menerus. Apabila dosis tidak dinaikkan, efek yang
dirasakan akan berkurang bahkan tidak berpengaruh sama sekali
4. Obsesi
Tahap obsesi terjadi apabila narkoba tidak lagi peduli dengan hidup dan lingkungan
nya ia hanya memikirikan bagaimana caranya terus memakai narkoba
5. Kompulasi
Tahap kompulasi terjadi apabila pemakai narkoba bila sudah benar-benar tidak dapat
berfikir sehat lagi. Ia tidak dapat menghentikan keinginannya untuk memaikai
narkoba padahal mengetahui narkoba itu berbahaya.

2) Ada empat dampak yang ditimbulkan dari pengaruh narkoba, yaitu fisik, mental,
emosional dan spiritual.
1. Dampak Fisik
Penggunaan jangka panjang narkoba mengakibatkan sel-sel tubuh menjadi ketagihan.
Apabila pemakaian narkoba berhenti, maka sel-sel tubuh pencandu tersebut akan
bereaksi. Kondisi ini dinamakan kondisi putus obat. Contohnya, apabila pada kondisi
dipengaruhi narkoba seseorang akan merasa penuh semangat dan bertenaga, maka
pada saat putus obat orang tersebut akan merasa sangat lemah dan
merasakankeletihan yang amat sangat. Hal inilah yang biasanya ditakuti oleh para
pencandu pada saat memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba.
Untuk itu, lebih baik menghindari dari pada mengobati. Lebih baik menjauhinya
daripada terperosok ke dalam jurang hitam dari barang terlarang ini. Selain itu, organ-
organ dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru dan otak. Juga mengalami
kerusakan akibat penggunaan jangka panjang dari penggunaan narkoba. Banyak
sekali pencandu narkoba yan berakhir dengan katup jantung bocor, paru-paru bolong,
gagal ginjal serta liver rusak, belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi
virus Hepatitis, atau HIV AIDS yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna
jarum suntik.

2. Dampak Mental
Dampak mental pada para pencandu adalah dampak yang tidak bisa disembuhkan
dampak mental ini hanya dapat dikendalikan dan dilawan apabila para pecandu
sungguh-sungguh ingin berhenti dari kebiasannya mengonsumsi narkoba. Hal ini
terjadi karena keinginan untuk memakai dan menggunakan narkoba akan selalu
membayanginya, meskipun ia sudah berhenti memakai narkoba. Dampak mental
yang lain adalah menghalalkan segara cara untuk mendapatkan narkoba. Ia tidak bisa
lagi berfikir jernih. Yang ada diotaknya adalah bagaimana caranya mendapatkan
narkoba. Akibatnya, banyak hal-hal negatif yang dilakukannya, seperti mencuri,
manipulatif, menjual barang-barang sampai membunuh. Dampak mental inilah yang
mengakibatkan jumlah kriminalitas meningkat.
3. Dampak emosi sosial
Narkoba dapat merubah kepribadian seseorang. Seorang pecandu tidak akan segan-
segan untuk melakukan tindak kekerasan apabila ada seseorang yang mencoba
menghalangiuntuk memakai narkoba. Ketergantungan terhadap narkoba membuat
seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya. Para pecandu sering kali diselimuti
oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, dan depresi mendalam yang sering
kali membuatnya berfikir untuk melakukan tindakan bunuh diri.
4. Dampak spiritual
Ketergantungan terhadap narkoba membuat seseorang jauh dari Tuhan bahkan merasa
narkoba adalah Tuhan, segala-galanya dalam hidupnya. Ia tidak lagi peduli kehidupan
keluarga dan sosialnya. Hanya satu tujuan dalam hidupnya yaitu memakai narkoba.
Hal ini sudah dipastikan pecandu akan hidup terkucilkan pada akhirnya ia bergabung
bersama teman-temannya sesama pecandu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk
perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa.
Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup serta
bersenang-senang. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa
juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalah gunakan narkoba. Data menunjukkan
bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.

B. Saran
Diharapkan setelah menyusun makalah ini kita semua sadar akan bahaya mengkonsumsi
narkoba dan menyalah gunakan narkoba. Karena jika salah seorang sudah menggunakan
narkoba dan kecanduan, orang tersebut akan mengalami jantung berdebar-debar, sering
menguap, mengeluarkan air mata berlebihan, mengeluarkan keringat berlebihan, nyeri
kepala, menglami nyeri badan. Dan dengan makalah ini menyadarkan kita semua
pentingnya kesehatan, dan tidak mencoba untuk memakai narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

Sofiyah.Mengenal Napza dan Bahayanya.


Subagyo, Partodiharjo.2008.Kenali Narkoba & Masalah Penyalahgunaan.Jakarta: Esiensi
Hawari, D.2000.Peyalahgunaan Narkotik & Zat Adiktif.Jakarta: Fakultas Kedokteran
Umum Universitas Indonesia.
Joewana, Satya, dkk.2001.Narkoba: Petunjuk Praktisi Bagi Keluarga Untuk Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba.Yogyakarta: Media Pressindo.
www.bnn.go.id

Anda mungkin juga menyukai