Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1

ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

Analisis Penyalahgunaan Napza Dengan Pendekatan Health Belief Model


Analysis of Drug Abuses Using The Health Belief Model Approcah

Nurjanisah1, Teuku Tahlil1, Kartini Hasballah 2


1
Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111
2
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111

Abstrak

Masalah penggunaan Napza merupakan salah satu kontributor utama terhadap beban penyakit global yang berupa
disabilitas dan mortalitas. Berbagai alasan yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan Napza diantaranya
sosial ekonomi, stresor , efek obat; relaks, peningkatan aktifitas, dan penghilangan mod depresi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan desain fenomenologi untuk mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza
berdasarkan pendekatan Health Belief Model. Populasi dalam penelitian ini adalah residen dari tempat rehabilitasi
ketergantungan obat yang ada di Kota Banda. Sampel terdiri atas 21 partisipan yang direkrut dengan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Fokus Group Discussion (FGD), mengeksplorasi persepsi
penyalahguna Napza yang terdiri dari persepsi resiko, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan,
tindakan, dan keyakinan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi resiko; resiko penyalahgunaan Napza
berdampak pada fisik, psikis, sosial, spiritual dan prilaku kriminal. Persepsi keparahan; tingkat keparahan yang paling
dominan mengalami halusinasi, perilaku paranoid, depresi, dan emosi tidak stabil. Persepsi manfaat program rehab;
mendapatkan informasi, motivasi, kegiatan positif, komitmen berhenti menggunakan Napza. Persepsi hambatan;
hambatan untuk berhenti dipengaruhi oleh lingkungan terutama teman. Tindakan; mengikuti program rehab dan
didukung oleh keluarga. Keyakinan diri ; tidak semua partisipan menunjukkan keyakinan diri yang kuat untuk berhenti
menggunakan Napza.

Kata Kunci: Penyalahgunaan Napza, Rehabilitasi, Health Belief Model.

Abstract

Drug abuses are one of main contribution on global diseases burden in the form of disability and mortality. Various reasons
of why somebody using drug found. Some of them are economic social factor, stress, drug effect, relaxation, activity
increasing, and losing depression mode. this is a qualitative research with descriptive phenomenology method to explore
drug abuse perception based on Health Belief Model Approach. Population in this research are resident of Yakita, Tabina,
and Rumoh Harapan Aceh, sampling used is purposive sampling consist of 21 participants. Data collecting is used Focus
Group Discussion (FGD) technic that explore perception of drug abuser which contains risk perception, severe perception,
benefit perception, obstacle perception, action and self confident. The result show that Risk perception; the risk of drug
abuses have affected on physic, psychic, social, spiritual and criminal behavior. Severe Perception; the most dominant
effect of severe is hallucination suffering, paranoid behavior, depression, and unstable emotion. Benefit perception:
rehabilitation program; getting information, motivation, positive activities, commitment of stopping using drug. Obstacle
perception: the barrier of stoping using drug are surrounding influences, friends in particular. Action: participating in
rehabilitation programs and supported by family. Self-confident: not all participant showed strong commitment to
terminating using drug.

Keywords: Drug Abuse, Rehabilitation, Health Belief Model.

Korespondensi:

* Nurjanisah, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala,


Darussalam, Banda Aceh, 23111. Email: nisa.icha1980@gmail.com
Nurjanisah, Tahlil, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1

Latar Belakang penyalahgunaan Napza di Provinsi Aceh pada

Penggunaan alkohol, tembakau, dan obat- tahun 2010 adalah 566 jiwa, meningkat

obatan ilegal terjadi di seluruh dunia. Masalah- menjadi 650 jiwa pada tahun 2011 dan 866
masalah penggunaan zat merupakan salah satu jiwa pada tahun 2012 atau meningkat sebesar

kontributor utama terhadap beban penyakit 15-20 % pertahun (Kemenkes, 2014). Carter
global yang berupa disabilitas dan mortalitas (2015) menemukan bahwa penggunaan

(Li, et al, 2010). Selain itu, munculnya obat- marijuana telah mengalami peningkatan pada
obat psikoaktif baru pada dekade terakhir telah kalangan mahasiswa dan kelompok usia

berkembang penggunaannya menjadi obat- dewasa muda, dari 3,5 persen pada tahun 2007
obat rekreasional oleh karena efek uforia yang menjadi 5,9% pada tahun 2014. Meskipun

ditimbulkannya. Status legalitas obat-obatan tingkat penggunaan Napza pada pria dan
yang bervariasi di setiap negara juga ikut wanita bervariasi dari satu negara dengan

memicu terjadinya penyalahgunaan obat- negara dan dalam hal bahan atau obat yang
obatan (Debruyne & Le Boisseller, 2015). digunakan juga bervariasi,

United Nations Office on Drugs and Crime


Secara statistik global, diperkirakan bahwa
(UNODC), 2014) menyatakan bahwa jumlah
rata-rata 243 juta penduduk dunia yang berusia
pria dua sampai tiga kali lebih besar dalam
15-64 tahun telah menggunakan obat terlarang
penyalahgunaan Napza dibandingkan wanita.
terutama ganja, opioid, kokain, dan
Sementara itu, BNN (2014) mencatat bahwa
amphetamine-tipe stimulan (ATS) dengan
kontribusi jumlah penyalahguna Napza terbesar
angka kematian diperkirakan mencapai 20 juta
berasal dari kelompok pekerja yang
pertahun (WHO, 2010). Di Indonesia, jumlah
dikarenakan mereka memiliki kemampuan
kasus penyalahgunaan Napza diperkirakan
finansial dan tekanan kerja yang besar sehingga
sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau
memiliki tingkat stress tinggi.
sekitar 2,1 sampai 2,25 % dari total penduduk
pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). Hasil Berkembangnya upaya pencegahan dan

proyeksi perhitungan kasus penyalahgunaan pemulihan terhadap penyalahgunaan Napza,

Napza menunjukkan peningkatan jumlah dari pemerintah bekerja sama dengan berbagai

4,1 juta pada tahun 2013 menjadi 5,0 juta pihak telah menyediakan fasilitas rehabilitasi

pada tahun 2020 (BNN, 2014). Jumlah kasus untuk

24
pengguna Napza di berbagai daerah termasuk komponen, yaitu perceived susceptibility
di Kota Banda Aceh. Upaya rehabilitasi (persepsi resiko/ kerentanan) terhadap
ketergantungan obat bertujuan untuk penyakit tertentu, perceived severity (persepsi
membantu penyalah guna Napza agar dapat keparahan)penyakit, perceived benefits
kembali ke tingkat fungsi tertinggi yang (persepsi manfaat) melakukan tindakan
mungkin dicapainya (Stuart & Laraia, 2005). pencegahan, perceived barriers (persepsi
hambatan) untuk melakukan tindakan
Kegiatan rehabilitasi ketergantungan obat pencegahan dan cues to action (panduan untuk
dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan yang bertindak) (Rosenstock, et al dalam Xianhong,
antara lain berupa program residensial baik et al, 2016).
residensial jangka panjang maupun residensial
jangka pendek. Agar dapat mencapai Hasil pengumpulan data awal yang dilakukan
keberhasilan dan keberlanjutan upaya pada tiga panti rehabilitasi ketergantungan
rehabilitasi yang diprogramkan, maka perlu obat di Kota Banda Aceh, yaitu di Panti Yakita,
dipahami alasan yang mendasari penyalahguna Panti Tabina, dan Panti Rumoh Harapan Aceh
Napza untuk melakukan residensial pada panti didapatlan data bahwa dari ketiga panti
rehabilitasi ketergantungan obat. Diantara rehabilitasi tersebut, terdapat 70 orang
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan residen, yang sedang menjalani program
mengalisis persepsi penyalahguna Napza rehabilitasi ketergantungan obat yang terdiri
tentang rehabilitasi ketergantungan obat. dari 10 residen di Panti Yakita, 40 residen di
Pemahaman tentang persepsi yang menjadi Panti Tabina, dan 20 residen di Panti Rumoh
penyebab penyahguna Napza ikut serta sebagai harapan Aceh.
residen para panti rehabilitasi ketergantungan
obat, dapat dilakukan melalui pendekatan Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan
aplikasi Health Belief Model (HBM). dengan 2 orang residen pada masing-masing
Panti, 4 orang diantaranya mengatakan bahwa
HBM mengasumsikan bahwa keinginan mereka ikut program rehabilitasi awalnya
seorang individu untuk melakukan tindakan karena dipaksa oleh keluarga dan 2 orang
pencegahan kesehatan tergantung pada lima
lainnya melakukannya dengan alasan ingin 70 orang. Teknik pengambian sampel adalah
terbebas dari narkoba. purposive sampling dengan besarnya sampel
penelitian adalah 21 Partisipan.
Mengetahui keyakinan dan persepsi
penyalahguna Napza terhadap tindakan Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik
penyalahgunaan Napza akan dapat Fokus Group Discussion (FGD) mengeksplorasi
mengetahui pemicu penyalahgunaan napza persepsi penyalahguna Napza yang terdiri dari
sehingga dapat menjadi sumber data untuk persepsi resiko, persepsi keparahan, persepsi
melakukan pencegahan primer bagi generasi manfaat, persepsi hambatan, tindakan, dan
muda agar dapat menyadari bahwa pada keyakinan diri. Analisis data menggunakan
dasarnya setiap orang dapat terjerumus pada statistik deskriptif yaitu untuk mengambarkan
penyalagunaan Napza. Oleh karena itu, karakteristik partisipan dan analisis tematik
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisa data terkait persepsi
terhadap penyalahgunaan Napza khususnya penyalahguna Napza tentang rehabilitasi
mengeksplorasi penyalahgunaan Napza ketergantungan obat.
tentang rehabilitasi ketergantungan obat
dengan pendekatan health belief model pada Pengumpulan data dilakukan setelah
residen rehabilatasi napza di Kota Banda Aceh. mendapatkan surat rekomendasi etik dan
menyelesaikan seluruh prosedur yang ada.
Metode
Kajian etik penelitian dilakukan oleh Komite
Penelitian kualitatif ini menggunakan desain Etik Penelitian Keperawatan pada Fakultas
studi fenomenologi. Fokus penelitian ini yaitu Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
mengeksplorasi persepsi penyalahguna Napza
tentang rehabilitasi ketergantungan obat Hasil
dengan pendekatan Health Belief Model pada Karakteristik responden
residen rehabilitasi Napza di Kota Banda Aceh.
Karakteristik partisipan dapat dilihat pada

Populasi penelitian adalah residen rehabilitasi Tabel 1. Berdasarkan tabel 1, 48 % partisipan

ketergantungan obat pada 3 pusat rehabilitasi berusia 26 – 35 tahun (usia dewasa awal), 81 %

yang ada di Kota Banda Aceh yang berjumlah dengan tingkat pendidikan sekolah menengah
akhir, 90% belum menikah, 52% sebelumnya
tidak bekerja, 15% dengan penghasilan kurang penyalahgunaan Napza baik secara fisik, psikis,
dari dua juta, dan 43% menyatakan telah sosial, spiritual dan bahkan prilaku kriminal.
menggunakan salah satu zat atau Napza Beberapa dampak Napza yang disebutkan
dengan waktu > 5 tahun. diantaranya menyebabkan HIV, hepatitis, dan
kerusakan pada diri sendiri, kerusakan
Tabel 1. Distribusi frekuensi partisipan berdasarkan data
demografi (n=21)
hubungan dengan keluarga, serta kerusakan
interaksi sosial dan seks bebas. Berikut
Kategori Frekuensi Persentase beberapa pernyataan partisipan.
Usia
a. 17 – 25 8 38
b. 26 – 35 10 48 “Kalau pake drug ya pasti sakit paru – paru,
c. 36 – 45 3 14
Pendidikan kanker tenggorokan (partisipan 3)”.
a. SMP 1 5
b. SMA 17 81 “Salah satunya ya bisa menyebabkan
c. Perguruan Tinggi 3 14
hepatitis (partisipan 8)”
Status Perkawinan
a. Menikah 2 10
“yang paling bahaya bisa buat OD
b. Belum Menikah 19 90
(overdosis) kita buk (partisipan 15)”
Pekerjaan sebelumnya
a. PNS 2 10
“kalau saya lebih ke paranoid, curiga
b. Swasta 7 33
c. Dagang 1 5 berlebihan (partisipan 11)”
d. Tidak Bekerja 11 52
Penghasilan
15 71
“timbulnya waham, dapat mengakibatkan
a. < 2.000.000
b. >2. 000.000 6 29 OD, hubungan retak dengan keluarga,
Lama Waktu Pemakaian Zat
a. 2 tahun 1 5 teman, dan semuanya terganggu
b. > 2 tahun 6 29
c. 5 tahun 5 23 (partisipan 15)”
d. > 5 tahun 9 43
“ yang saya tau sangat merusak komunikasi
dengan orang tua (partisipan 11)”
Hasil Penelitian
“saya banyak mengambil uang orang tua,

Persepsi partisipan terhadap resiko seringkali lah buk, saya ambil uang orang

penyalahgunaan Napza tua sama kayak mencuri gitu buk (partisipan


10)”.
Hasil penelitian menunjukkan partisipan
mengetahui resiko yang dapat terjadi akibat
Persepsi partisipan terhadap keparahan meski harus melawan adiksi dari pengaruh
akibat dari penyalahgunan Napza penggunaan napza sebelumnya, partisipan juga
mengakui tingkat spiritualnya menjadi lebih
Tingkat keparahan yang dirasakan berbeda
baik.
setiap partisipan, bergantung dari lama dan
tingkat kecanduan yang dirasakan partisipan. “disini banyak dapat informasi yang dulu
saya ga pernah dengar (partisipan 11)”
“saya buk, berefek kali ke badan, badan
kurus kali, sampe saya pun sering sakit, “kita banyak diajarkan bahaya narkoba,
pokoknya hidup ga semangat”(partisipan saya mendapatkan kehidupan lebih baik,
11)” dan kita harus ada tujuan hidup,
mendapatkan masa depan lebih cerah
Saya cepat kali marah buk, kalau saya
(partisipan 12)”
marah, apa yang ada di depan saya, saya
lempar (partisipan 10)” “yang saya rasakan selama disini
maanfaatnya cukup banyak salah satunya
“yang diserang fisik buk, mental, emosional
mengendalikan kesabaran saya (partisipan
dan spiritual. Kalau malam susah tidur buk,
3)”
ada waham (partisipan 15)”

Persepsi partisipan tentang hambatan untuk


“Mempengaruhi kejiwaan, menyendiri,
berhenti menggunakan Napza.
hubungan dengan keluarga terganggu,
masa depan suram (partisipan 12)” Menurut partisipan hambatan utama untuk
berhenti menggunakan napza adalah faktor
Persepsi partisipan terhadap manfaat
pengaruh lingkungan. Selama mengikuti
mengikuti program rehabilitasi
program rehab partisipan dapat berhenti
penyalahgunaan Napza
menggunakan Napza, namun tidak yakin jika

Selama berada pada pusat rehab, partisipan setelah keluar dari pusat rehab karena akan

mengatakan banyak mendapatkan informasi sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan

yang bahkan tidak pernah didapatkan ketika sekitar terutama teman. Berikut ungkapan

menggunakan napza, selain itu muncul partisipan.

keinginan untuk berhenti menggunakan napza


“Saya pernah coba berhenti, tapi ajakan “orang tua saya sangat mendukung saya
kawan bahaya sekali, ga bisa nolak kalau iku rehab (partisipan 15)”
ingat obat nya (partisipan 5)”
“keluarga saya sangat peduli untuk saya
“pernah dulu coba berhenti, tapi susah ya ikut rehab (partisipan 16)”
terutama pengaruh kawan (partisipan 4)”
“semuanya, keluarga dan teman, berharap
“ya sama juga kayak yang lain ya saya sembuh (partisipan 20)”
pergaulan, karena memang pergaulan saya
Sedangkan untuk tindakan yang dilakukan
hampir tidak ada yang bersih kak, dunia
malam dan narkoba hanya itu itu saja dulu selama di program rehab diantara nya
seperti yang diungkapkan;
(partisipan 7)”

“sebenarnya banyak juga misalnya dengan


“lingkungan buk, pengaruh uang juga iya
buk (partisipan 13)” kita ngumpul seperti ini, banyak yang
hilang, alhamdulilah hilang, kemarin itu
Persepsi partisipan terhadap dukungan untuk sempat satu bulan juga, saya diawalnya
mengikuti program rehab serta tindakan yang cepat tersinggung,akibat pengaruh zat itu,
dilakukan selama program rehab untuk kemudian juga ada masukan dari konselor,
mencegah penggunaan Napza. kenapa orang lain itu dapat sembuh, dan
kita tidak sembuh, pasti kita juga bisa
Dukungan yang diterima dan tindakan yang
sembuh (partisipan 17)”
dilakukan selama program rehab untuk
mencegah penggunaan Napza berbeda antar “awalnya agak susah, karna dulu waktu
partisipan. Berikut contoh pernyataan masih pake, pikiran kita itu baru terasa
partisipan tersebut. nyaman kalau sudah ada obat, tapi selama
disini (di pusat rehab), sudah bisa lebih
“saya terutama sekali keluarga (partisipan
enjoy dengan keadaan yang sama seperti
9)”
seblum pake obat, baru terasa nyaman lagi,

“ ibu, bapak, semuanya buk (partisipan 12)” dan enjoy juga dengan langkah – langkah
dengan program yang diberikan disini
(Partisipan 18)”
Persepsi tingkat keyakinan partisipan untuk penyakit dapat terjadi pada pecandu narkoba
berhenti penyalahgunaan Napza. termasuk prilaku menyimpang yang dapat
Semua partisipan menjawab bahwa mereka mengancam gangguan jiwa, selain dapat
akan berhenti menggunakan napza, namun ada menyebabkan penyakit menular yaitu HIV,
juga beberapa yang masih menunjukkan pecandu dapat menyebabkan untuk
keraguan untuk dapat berhenti menggunakan meningkatkan dosis obat yang beresiko
napza. Berikut pernyataan partisipan. menjadi overdosis.

“Kalo yakin, belum yakin kak karena kita Pada saat pecandu dalam kondisi stres atau
masih dalam pemulihan, masih dalam apabila menghadapi tekanan baik dari dalam
lingkungan yang aman kak, kita berjumpa maupun dari luar dirinya maka pada saat itulah
dengan berjuta juta orang di luar sana sering terjadi relapse, yaitu peristiwa mantan
faktor lingkungan. Yang penting kita pecandu yang telah beberapa lama tidak
berusaha aja ya (partisipan 5)” memakai NAPZA kembali memakai dan terus
mengkonsumsinya. Hasil penelitian Pandjalina
“Belum seratus persen yakin, belum kita
(2013) menunjukkan bahwa seorang mantan
coba dunia luar, kalo kita mau berusaha
pecandu yang kembali ke lingkungan keluarga,
insyaAllah berhasil (pasrtisipan 4)”
lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan

“sayakan sebulan lagi mau keluar, untuk kerja mengalami reaksi dan hambatan dalam

masalah yakin gak yakin gimana ya, untuk berinteraksi yang berasal dari stigma negatif

program ini saya yakin karena inilah usaha yang ada dalam masyarakat yang dapat

maksimal kami kak,lebih dari itu gak tau memperbesar kemungkinan terjadinya relapse.

saya lari kemana lagi kak, kalo untuk yakin


Hasil penelian ini menunjukkan bahwa
saya fivety-fivety kak, karena emanng udah
partisipan mempersepsikan keparahan atau
luar biasa lingkungan kita ini ya (partisipan
akibat dari penyalahgunan Napza berupa
7)”
masalah fisik, psikis dan kerusakan sosial -

Pembahasan bergantung dari tingkat keparahan yang

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dirasakan partisipan dan yang paling dominan

penelitian yang sebelumnya. McHugh et al adalah ada yang menyebutkan mengalami

(2015) menyatakan bahwa berbagai resiko halusinasi, perilaku paranoid, depresi, emosi
tidak stabil dan muncul prilaku seks bebas. pernah didapatkan ketika menggunakan napza,
Swendsen (2010) melaporkan bahwa 67% selain itu muncul keinginan untuk berhenti
pasien yang menunjukkan perilaku paranoid menggunakan napza meski harus melawan
adalah akibat dari penyalahgunaan Napza. adiksi dari pengaruh penggunaan napza
Radin et al (2015) menunjukkan bahwa orang sebelumnya, partisipan juga mengakui tingkat
dengan penyalahgunaan Napza berpotensi spiritualnya menjadi lebih baik.
melakukan prilaku kekerasan 42 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak dalam Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penyalahgunaan Napza. Horigian (2010) partisipan merasakan manfaat mengikuti

menyebutkan bahwa ada kecendrungan 75% program rehab, seperti mendapatkan informasi

pecandu penyalagunaan Napza untuk terinfeksi baru terhadap bahaya penyalahgunaan Napza,

virus HIV. mendapatkan kegiatan positif, menanamkan


keinginan untuk berhenti menggunakan Napza
Usaha untuk menyembuhkan dari sehingga mendapatkan dukungan dan motivasi
ketergantungan NAPZA partisipan saat ini telah untuk berhenti dalam penyalahgunaan Napza.
dilakukan dengan rehabilitasi. Tujuan dari NIDA (2015) menjelaskan bahwa proses
program rehabilitasi ini adalah memotivasi rehabilitasi ketergantungan Napza bervariasi
pecandu untuk melakukan perubahan ke arah tergantung dari jenis ketergantungan, rencana
positif serta menciptakan lingkungan yang pengobatan yang digunakan, dan jenis
kondusif bagi partisipan untuk melakukan rehabilitasi yang dicari oleh orang yang
perubahan, dan menerapkan kegiatan positif bersangkutan. Akan tetapi, semua proses
serta meningkatkan integrity diri untuk rehabilitasi cenderung memiliki elemen yang
berhenti menggunakan Napza, namun hal itu sama yang terdiri dari intake, detoxification
bukanlah hal yang mudah. Beberapa tahapan (detox), rehabilitation (rehab) dan recovery.
dalam masa pemulihan ketergantungan NAPZA Diperlukan komitmen terhadap waktu agar
antara lain tahap prakontemplasi, kontemplasi, pengobatan menjadi efektif.
bertindak, pemantapan dan pemeliharaan.
Pengobatan sangat terstruktur dan dapat
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa selama dikonfrontasikan sepanjang waktu dengan
berada pada pusat rehab, partisipan banyak aktifitas yang dirancang untuk membantu
mendapatkan informasi yang bahkan tidak residen mengkaji kerusakan kepercayaan,
konsep diri, dan kerusakan pola perilaku dan (74,7%), komunikasi kurang baik (73,4%),
mengadopsi perilaku yang baru, dengan cara
yang lebih harmonis dan konstruktif dalam
berinteraksi dengan orang lain. Falck et al
(2007) menyebutkan bahwa program
rehabilitasi membantu para pecandu narkoba
dalam penanggulangan narkoba, namun, tidak
semua para pecandu narkoba memilih
mengikuti program rehabiitasi. Pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis
atau rehabilitasi sosial di pusat rehabilitasi
ketergantungan narkotika (Pandjalina, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


hambatan dalam berhenti menggunakan napza
termasuk faktor lingkungan. Partisipan
mengatakan selama megikuti program rehab
dapat berhenti menggunakan Napza, namun
partisipan juga mengatakan apabila selesai dari
program rehab kemungkinan untuk berhenti
menggunakan napza sangat besar dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar terutama teman.
Rosida dkk (2015) menyebutkan faktor internal
yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA
adalah sifat mudah terpengaruh (63,9%),
memiliki gaya hidup mewah dan suka
bersenang-senang (63,9%), Faktor eksternal
adalah berteman dengan pengguna (87,9%),
keluarga tidak utuh (74,7%), tidak beragama
lingkungan sekitar membuat tertekan (60,2%),
keadaan ekonomi (51,8%) dan cara
memperoleh gratis (51,8%). Faktor dominan
yang diperoleh adalah NAPZA membuat
ketagihan dan ingin mencoba kembali (100 %),
dan berteman dengan kumpulan pengguna
(87,9 %).

Selain itu faktor yang paling berkontribusi


terhadap penyalagunaan napza adalah mereka
dipengaruhi oleh teman sebaya dan faktor
ingin mencoba, sedangkan faktor lainnya
adalah karena masalah diabaikan oleh
keluarga dan masalah konflik dalam keluarga
(Tam, L & Foo, C 2012). Prilaku membentuk
integritas individu, individu dengan integritas
diri yang tinggi memiliki factor resiko yang
rendah terhadap penyalahgunaan napza.
Perilaku individu terhadap penyalahgunaan
napza sangat dipengaruhi oleh besarnya
problematika kehidupan individu tersebu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


partisipan memiliki dukungan dalam
mengikuti program rehab, dan tindakan apa
saja yang dilakukan selama program rehab
untuk mencegah penggunaan Napza. Worley
et al (2014) mengatakan bahwa responden
yang memperoleh dukungan yang besar dari
keluarga untuk mengikuti program rehabilitasi
menurunkan angka penggunaan berulang
penyalahgunaan Napza (70 %). Sebelum efficacy menentukan apakah kita akan
mengikuti program rehab keterpaparan menunjukkan perilaku tertentu. Kadden et al
lingkungan pergaulan yang negatif telah (2011) menunjukkan bahwa responden yang
mengakibatkan partisipan terjebak pada menunjukkan self efficacy tinggi untuk berhenti
perilaku yang menyimpang. Pencetus awal menggunakan Napza sebesar (35%), sedang
partisipan mengkonsumsi Napza disebabkan sebesar (50%) rendah sebesar (15 %).
lingkungan pergaulan, permasalahan keluarga
yang dihadapi sehingga mendorong mereka Salah satu aspek penting yang berkaitan
memiliki keinginan untuk mencoba. dengan hasil dari program rehab yang
diharapkan adalah harapan (expectancy) dan
Berbagai dampak yang dirasakan partisipan
self-efficacy dalam melawan penyalahgunaan
sebagai akibat ketergantungan Napza. Rasa
obat-obatan. Semakin baik self-efficacy
penyesalan yang muncul akibat
seseorang, maka hasil yang didapatkan akan
ketergantungan Napza merupakan respon
semakin baik. Didalam konteks situasi relapse
pengguna setelah menyadari dampak yang
penyalahguna narkoba, salah satu aspek
ditimbulkan akibat mengkonsumsi Napza.
penting yang berhubungan dengan self-efficacy
Partisipan menyatakan bahwa mereka
yang dimiliki seseorang adalah koping. Strategi
menyesal telah mengkonsumsi narkoba dan
koping yang dilakukan dengan efektif seperti
igin sembuh merasakan hidup normal seperti
mencari dukungan atau mengatur waktu
semula.
dengan baik, maka akan dapat mengahasilkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan self-efficacy yang meningkat (Fauziannisa &
yakin untuk berhenti menggunakan napza, Tairas, 2013).
namun ada beberapa diantara mereka masih
menunjukkan keraguan diri mereka sendiri Menurut Papalia (2008) pemebrian dukungan
apakah sudah benar – benar dapat berhenti sosial dari orang – orang yang berarti disekitar
menggunakan napza. Tomey (2002) kehidupan akan memberikan kontribusi yang
menyebutkan penilaian individu bersifat terbesar dalam proses penyembuhan penderita
subjektif karena menekankan pada keyakinan ketergantungan Napza. Dukungan yang
individu sebagai hasil persepsinya tentang diberikan oleh orang tua, saudara, teman,
kemampuan yang ia miliki. self- pacar dan orang sekitar yang memiliki
pengaruh pada indin=vidu tersebut. Dukungan Carter, D. (2015). Drug Use Among Young
dapat berupa dukungan emosional, People. American Journal of Nursing,
20-32.
informasional, instrumental, penghargaan dan
Debruyne, D & Le Boisseller. R. (2015).
dukungan companionship. Emerging Drug of Abuse: Current
Perspective on Synthetic
Cannabinoids. Dove Medical Press,
Kesimpulan 113-129.

Fauziannisa, M & Tairas, W. (2013). Hubungan


Hasil diskusi dan wawancara ke tiga group yang Antara Strategi Koping Dengan Self
dilakukan dengan focus group discussion Efficacy Pada Penyalahguna Narkoba
Pada Masa Pemulihan. Jurnal Psikologi
diperoleh bahwa partisipan menunjukkan Kepribadian dan Sosial 2 (3) 136 – 140
masalah fisik, psikis, sosial, agama dan kriminal.
Katherin R.K., Nielsen, S., Weiss, R.D. (2015).
Beberapa partisipan menunjukkan keyakinan
Prescription Drug Abuse: From
diri (self efficacy) yang masih ragu untuk benar Epidemiology to Public Policy. Journal
– benar dapat berhenti dalam penyalahgunaan Subst Abuse Treat, 48 (1) 1-16.

Napza. Kemenkes.(2014). Data dan Informasi


Kesehatan Gambaran Umum
Ucapan Terima Kasih Penyalahgunaan Narkoba
di Indonesia.
Ucapan terimakasih kepada seluruh partisipan Jakarta. Kemenkes RI.

yang terlibat dalam penelitian ini dan pada Li, t.w., Ling, W., Burchett, B., Blazer, D.G.,
Shostak, J., Woody, G. E., (2010).
pihak yayasan tempat penelitian yang telah Gender and Racial/Ethnic Differences
mempercayai peneliti untuk mengeksplorasi in Addiction Severity,HIV Risk, and
Quality of Life Among Adults in Opioid
persepsi para residen terkait pengalaman Detoxification: results from the
penyalahgunaan Napza. National Drug Abuse Treatment
Clinical Trials Network. Dovepress, 13-
22.
Referensi NIDA, N. I. (2015, Januari 4). Drug Abuse Rehab.
Diakses dari NIDA web site:
http://www.DrugAbuse.com
Badan Narkotika Nasional. (2014). Laporan
Pantjalina. E.R. Syafar, M. Natsir. M., (2013).
Akhir Survey Nasional Perkembangan
Faktor Mempengaruhi Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta.
Pecandu Penyalahgunaan Napza Pada
BNN.
Masa Pemulihan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Samarinda.
Jurnal Keperawatan
Jiwa, 1-11.
Papalia dkk. (2008). Psikologi Perkembangan.
Jakarta. Kencana
Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles
and Practice of Psychiatric Nursing. St.
Louis, Missouri: Mosby, Inc.
Tomey, Marriner Ann ., Raile Alligood, Martha.
2002. Nursing Theorist and Their Work.
United State of America : Mosby
Elsevier
United Nations Office on Drugs and Crime
/UNODC. (2014). World Drug Report.
Diakses dari
https://www.unodc.org/documents/wd
r2014/ orld_Drug_Report_2014web.pdf
WHO. (2010). Neuroscience of Psychoactive
Substance Use and Dependence.
World Health Organization, Geneva.
Worley, J.M., Trim, S.R., Tate, R.S., Roesch, C.S.,
Brown, A.S. (2014). Self-Efficacy and
Social Networks following Treatment
for Alcohol or Drug Dependence and
Major Depression: Disentangling Person
and Time-Level Effects. Journal Psychol
Addict Behav 28 (4) 1120 – 1129.
Xianhong, L. Yunxiao, L. Honghong, W.
Guoping, H & William, A.B., (2016).
The Health Belief Model: A Qualitative
Study to Understand High-Risk Sexual
Behavior in Chinese Men Who Have
Sex With Men. JANAC , 27, 67-76.

Anda mungkin juga menyukai